Hartwick Rule Pembangunan Berkelanjutan

Model Gordon-Schaefer menggambarkan bahwa pada keseimbangan open access agar potensi lestari dapat dipertahankan, effort yang dibutuhkan lebih besar ketimbang effort yang optimal secara sosial E MSY E dan juga tingkat keuntungan yang diperoleh lebih kecil. Secara analisis biologi, gambar II-2 menggambarkan bahwa tingkat keuntungan yang optimal juga memberikan keseimbangan biomas yang lebih besar x x MSY .

2.2 Pembangunan Berkelanjutan

Isu-isu tentang pembangunan berkelanjutan mulai berkembang pada dekade 70-an bersamaan dengan maraknya publikasi ilmiah untuk mencari model pemanfaatan sumberdaya secara optimal. Adalah Kenneth Boulding yang pertama kali memulai mengangkat isu keberlanjutan melalui publikasinya yang berjudul The Economics of the Coming Spaceship Earth pada tahun 1966. Dalam essay tersebut Boulding mengkritik apa yang disebutnya sebagai perilaku cowboy economy sebagai simbol dari perilaku eksploitatif dan tidak bertanggung jawab reckless terhadap sumberdaya yang ada di bumi. Boulding mengungkapkan bahwa bumi harus dipandang sebagai sistem tertutup yang tidak memiliki reservoir yang tidak terbatas baik untuk ekstraksi maupun polusi. Publikasi berikutnya yang memancing kontroversi dan membuka perdebatan tentang isu keberlanjutan adalah The Limits to Growth. Dalam buku ini kelompok yang bernama The Club of Rome memprediksikan bahwa pertumbuhan ekonomi dunia tidak bisa terus berlanjut tanpa batas. Hal ini disebabkan bumi memiliki keterbatasan sumberdaya. PBB akhirnya mengangkat isu ini menjadi agenda internasional ketika pada tahun 1983 membentuk komisi yang dinamakan WCED World Comission on Environment and Development . Komisi ini pada tahun 1987 mengeluarkan publikasi yang diberi judul Our Common Future atau disebut juga sebagai Brundtland Report . Laporan ini memberi definisi normatif tentang keberlanjutan sustainability sebagai “development that seeks to meet the needs and aspirations of the present without compromising the ability to meet those of the future” Perman et al, 2003 . Isu keberlanjutan akhirnya diterima menjadi agenda global dengan diadakannya KTT Bumi di Rio de Janeiro tahun 1992.

2.2.1 Hartwick Rule

Pada tahun 1977, ekonom John Hartwick mengemukakan dua kondisi yang merupakan syarat cukup untuk mencapai konsumsi konstan lebih tepatnya non declining , yakni :  Aturan saving yakni bahwa rente scarcity rent yang dihasilkan dari ekstraksi SDA tak pulih seluruhnya diinvestasikan untuk capital yang dapat di-reproduksi yakni modal fisik dan modal SDM  Kondisi yang menjaga perkembangan teknologi dalam ekonomi Aturan pertama-lah yang kemudian dikenal sebagai aturan Hartwick. Dalam merumuskan kondisi yang bisa menjaga konsumsi konstan, ada beberapa asumsi yang digunakan oleh Hartwick, yakni kesejahteraan W merupakan fungsi utilitarian, sehingga konsumsi, tabungan dan akumulasi kapital dilakukan untuk maksimalisasi fungsi ∫ Dengan kendala  Laju pertumbuhan kapital adalah output dikurangi konsumsi ̇  Sumberdaya tak dapat diperbarui ̇  Stok awal sumberdaya finite ̅ ∫ Aturan Hartwick juga mensyaratkan fungsi produksi merupakan fungsi Cobb-Douglas dengan constant return to scale dan pengaruh reproducible capital lebih besar ketimbang resource input dengan α + β = 1 dan α β 3 KERANGKA PEMIKIRAN Pemanfaatan Sumberdaya Alam selain memiliki dampak pertumbuhan ekonomi, juga mengikabatkan berkurangnya stok sumberdaya alam deplesi. Pengurangan stok ini seringkali dibarengi dengan pengurangan dayadukung dari sumberdaya alam degradasi. Deplesi dan degradasi lingkungan membawa dampak lingkungan dan sosial dari pemanfaatan SDA. Keberlanjutan pemanfaatan sumberdaya alam bisa terbaca dari keseimbangan dampak ekonomi, lingkungan dan sosialnya. Kerangka konseptual dalam penelitian ini mengacu pada kerangka konseptual model pembangunan berkelanjutan yang diajukan oleh Maria-Ene dkk 2011. Karena beberapa keterbatasan, penelitian ini hanya akan menghitung dampak ekonomi dan lingkungan dari pemanfaatan SDA. Sumberdaya alam pada penelitian ini dibatasi pada pertanian padi dan perikanan tangkap laut. Gambar 4 Kerangka Pemikiran Gambar 5 Model Dinamik Pembangunan Berkelanjutan menurut Maria-Ene Sumberdaya Alam Pemanfaatan Indeks Ekonomi Indeks Lingkungan Indeks Sosial Pertumbuhan Deplesi dan Degradasi SDA Keseimbangan Keberlanjutan 4 METODE PENELITIAN 4.1 Metode Analisis 4.1.1 Analisis regresi data panel Analisis regresi data panel digunakan untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi produksi pertanian padi dan perikanan tangkap di Jawa Barat. Data panel diperoleh dengan menggabungkan data cross section dan time series. Penggunaan model regresi data panel memungkinkan peneliti untuk dapat menangkap karakteristik antarindividu dan antarwaktu yang bisa saja berbeda- beda. Regresi dengan menggunakan panel data data panel pooled data, memberikan beberapa keunggulan dibandingkan dengan pendekatan standar cross section dan time series Gujarati, 2004, diantaranya sebagai berikut: 1. Data panel mampu menyediakan data yang lebih banyak, sehingga dapat memberikan informasi yang lebih lengkap. Sehingga diperoleh degree of freedom df yang lebih besar sehingga estimasi yang dihasilkan lebih baik. 2. Dengan menggabungkan informasi dari data time series dan cross section dapat mengatasi masalah yang timbul karena ada masalah penghilangan variabel omitted variable 3. Data panel mampu mengurangi kolinearitas antarvariabel 4. Data panel lebih baik dalam mendeteksi dan mengukur efek yang secara sederhana tidak mampu dilakukan oleh data time series murni dan cross section murni 5. Dapat menguji dan membangun model perilaku yang lebih kompleks. Sebagai contoh, fenomena seperti skala ekonomi dan perubahan teknologi 6. Data panel dapat meminimalkan bias yang dihasilkan oleh agrerat individu, karena data yang diobservasi lebih banyak Model regresi linear pada data panel dapat dituliskan sebagai berikut: Y it = αᵢ + βX it + U it Dimana: і= 1,......, N; N adalah jumlah individu cross sectional units kabupatenkota t= 1,.........T; T adalah jumlah periode waktu 5 yaitu dari tahun 2008-2012 Pada X it ada sebanyak k slope tidak termasuk intersep yang menunjukkan jumlah variabel bebas yang digunakan dalam model. Sedangkan αᵢ merupakan efek individu yang dapat bernilai konstan sepanjang periode t atau bahkan berbeda-beda untuk setiap individu ke-i. Apabila αᵢ diasumsikan sama untuk setiap unit, maka modal itu dapat disebut juga sebagai model regresi klasik classical regression model, dimana metode ordinary least square OLS akan menghasillkan penduga yang konsisten dan efisien untuk α dan β. Apabila αᵢ diasumsikan berbeda-beda antar cross section unit, dan slope konstan, maka terdapat dua model regresi data panel yang mungkin yaitu model fixed effects atau model random effects. Apabila perbedaan interstep antar cross sectional units tersebut merupakan variabel random atau stochastic maka model random effects-lah yang sesuai. Sementara itu error dalam model regresi data panel dapat dituliskan sebagai berikut: U it = e t +v t +Ɛ it Dimana e t = time specific effects residual yang terjadi karena pengaruh perbedaan waktu v t = individual specific effects residual yang terjadi karena perbedaan karakteristik setiap individu Ɛ it = efek hanya pada observasi it Untuk menyederhanakan analisis biasanya sering diasumsikan e t = 0 tidak ada pengaruh spesifik waktu no time specific effects time invariant. Terdapat tiga jenis estimasi standar untuk regresi data panel yaitu common effects model pooled regression, fixed effects model least square dummy variables estimation, LSDV estimation dan data random effects model. Model common effects pooled regression Model common effects merupakan pendekatan data panel yang paling sederhana, yakni dengan hanya mengkombinasikan data cross section dalam bentuk pool. y it =αᵢ + βXᵢ t + Ɛ it untuk i= 1,2,.....26 t=1,2,.....5 Model pooled regression common efects dapat diestimasi dengan motode least square. Model ini tidak memperhatikan dimensi individu maupun waktu, sehingga diasumsikan bahwa perilaku individu sama dalam berbagai kurun waktu. Kelemahan model ini adalah ketidaksesuaian model dengan keadaan sebenarnya. Kondisi tiap obyek dapat berbeda dan kondisi suatu obyek satu waktu dengan waktu yang lain dapat berbeda. Pada model ini asumsi regresi linear klasik dengan metode OLS berlaku sepenuhnya. Model fixed effects Model ini mengasumsikan bahwa perbedaan antarindividu dapat diakomodasi dari perbedaan intersepnya. Namun intersep masing-masing cross section bersifat fixed, tidak random. Untuk mengestimasi model fixed effects dengan interstep berbeda antarindividu, maka digunakan teknik variabel dummy. Model estimasi ini sering disebut dengan teknik least square dummy variable LSDV. Model persamaan panel fixed effects dengan asumsi tidak ada pengaruh periode waktu no time specific effects. Model random effects Estimasi data panel dengan fixed effects melalui teknik variabel dummy sering menunjukkan ketidakpastian model yang digunakan. Untuk mengatasi masalah ini kita bisa menggunakan metode random effects yang mengasumsikan bahwa individual effects vᵢ bersifat random dan tidak berkorelasi dengan variabel bebasnya. Dengan asumsi tidak ada pengaruh waktu no time specific effects maka dalam model random effects terdapat dua komponen residual, yaitu residual yang tidak terukur oleh pengaruh individu dan waktu Ɛ it dan residual secara individu vᵢ.

4.1.2 Analisis Model Dinamik