Reforma Agraria Land Reform dan Landasan Hukum Kebijakan Alih

19 Tabel 5. Penelitian Terdahulu No. Pengarang, Tahun dan Judul Tujuan Metode Hasilnya 1. Neneng Solihah, 2002, Dampak Alih Fungsi Lahan Sawah ke Penggunaan Non Sawah Terhadap Pendapatan Petani di Kabupaten Bogor. 1. Mengkaji besar alih fungsi lahan sawah dan pola alih fungsi yang terjadi di Kabupaten Bogor. 2. Menganalisis pola alih fungsi lahan sawah di tingkat petani dan aktivitas petani setelah melakukan alih fungsi lahan. 3. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan sawah di tingkat wilayah dan tingkat petani. 4. Menganalisis dampak alih fungsi lahan sawah terhadap pendapatan petani. 1. Tabulasi deskriptif 2. Analisis regresi Linier Berganda. 3. Analisis faktor logit 1. Perubahan lahan sawah di Kabupaten Bogor 1996-2001, secara keseluruhan menurun 2.946 ha atau 491 ha per tahun. 2. Konversi lahan yang terjadi di kabupaten Bogor selama 1998-2001 adalah 19,61 atau 22,9 per tahun sedang non sawah 8,39 atau 2,1 per tahun, dengan kehilangan lahan sawah seluas 76,45 ha untuk non pertanian dan 82,68 untuk perumahan. 3. Faktor –faktor yang mempengaruhi adalah jumlah penduduk, jumlah sarana pendidikan, panjang jalan aspal dan produktivitas lahan sawah. 4. Secara empirik, alih fungsi lahan sawah menurunkan pendapatan petani. 2 . Fanny Anugerah K, 2005, Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konversi Lahan Sawah ke Penggunaan Non Pertanian di Kabupaten Tangerang. 1. Mengidentifikasi perkembangan dan pola konversi lahan sawah selama sepeluh tahun terakhir di wilayah Kabupaten Tangerang. 2. Mengidentifikasi dampak konversi lahan sawah seiring dengan terjadinya pergeseran struktur ekonomi di Kabupate n Tangerang. 3. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya konversi lahan sawah ke penggunaan non pertanian di Kabupaten Tangerang. 1. Analisis deskriptif 2. Analisis estimasi dampak konversi lahan 3. Metode Location Quotieny LQ 4. Analisis surplus pendapatan dan tenaga kerja. 5. Analisis regresi linier berganda. 1. Konversi lahan yang terjadi di Kabupaten Tangerang pada tahun 1994-2003 sebesar 5.407 ha dengan laju sebesar 2,44 per tahun. 2. Rata-rata lahan sawah yang terkonversi selama 1994-2003 yaitu sebesar 3.588,11 ton per tahun dan kehilangan nilai produksi sebesar Rp 48.439.427.500. 3. Hasil perhitungan LQ berdasarkan indikator pendapatan menunjukan sektor pertanian merupakan sektor basis dan mampu memberikan nilai surplus. 20

3. Desi Irnalia Astuti. 2011.

Keterkaitan Harga Lahan Terhadap Laju Konversi Lahan Pertanian Di Hulu Sungai Ciliwung Kabupaten Bogor 1. Mengidentifikasi laju konversi lahan di Kecamatan Cisarua. 2. Menganalisis keterkaitan harga lahan terhadap laju konversi lahan pertanian di Kecamatan Cisarua. 3. Mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi penduduk dalam mengkonversi lahan di hulu sungai. 1. Analisis Keterkaitan Harga Lahan terhadap Laju 2. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konversi Lahan 1. Tren laju konversi lahan di Kecamatan Cisarua tahun 2001-2010 terus mengalami peningkatan. Konversi lahan tertinggi terjadi pada tahun 2006, karena ada pertambahan jumlah obyek wisata dan jumlah penduduk. Tingkat konversi lahan untuk pertanian dan untuk pemukiman masing-masing sebesar 2.28 dan 3.94 . 2. Harga lahan di tingkat Kecamatan Cisarua pada tahun 2001-2010 berhubungan positif terhadap konversi lahan. Laju konversi semakin tinggi karena kenaikan harga lahan di Kecamatan Cisarua lebih murah dibandingkan dengan daerah asal mayoritas pembeli yaitu Jakarta dimana pembeli memiliki keinginan untuk berinvestasi. 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi penduduk pada tingkat rumah tangga dalam mengkonversi lahan adalah harga lahan, jumlah tanggungan, pendapatan, dan luas lahan yang dimiliki saat sebelum menjual. 4. Irvan Maulana Sadikin, 2009, Analisis Dampak Konversi Lahan Pertanian Terhadap Produksi Padi dan Land Rent Kasus Perumahan Pakuan Regency, Bogor Barat, Kota Bogor 1. Menjelaskan faktor-faktor yang mendorong Pemerintah Kota Bogor mengkonversi lahan pertanian menjadi lahan pemukiman. 2. Menjelaskan dan menghitung dampak pembangunan perumahan Pakuan Regency terhadap hilangnya padi dan pemasukan income petani dari usahatani padi. 3. Menjelaskan dan menghitung 1. Analisis deskriptif 2. Analisis dampak konversi lahan pertanian 3. Dampak lingkungan 4. Analisis hilangnya produksi padi 5. Analisis hilangnya penerimaan petani 6. Analisis Land rent 7. Analisis faktor-faktor yang 1. Faktor-faktor yang mendorong peningkatkan kualitas pemukiman yang telah ada, yaitu visi Kota Bogor sebagai kota pemukiman sebelum diubah menjadai kota jasa dan kontribusi terhadap PDRB. 2. Pembangunan perumahan Pakuan Regency menghilangkan akses air irigasi pada lahan pertanian dengan kehilangan jumlah produksi padi 21 perbandingan nilai Land Rent sebelum dan sesuadah dibangunnya perumahan Pakuan Regency. 4. Menjelaskan pengaruh dari faktor- faktor Land Rent terhadap nilai ekonomi lahan land rent pada lahan pertanian dan lahan pemukiman perumahan Pakuan Regency. mempengaruhi Land Rent sebesar 392 ton Gabah Kering Giling GKG dan lahan yang terganggu aliran air irigasinya sebesar 22,4 ton GKG dengan jumlah pendapatan yang hilang Rp 1.141.760.000,00 per tahun. Land Rent pemukiman lebih besar 71,68 kali dibandingkan dengan Land Rent pertanian. 3. Variabel luas lahan dan biaya operasional berpengaruh negatif terhadap land rent pertanian dan variabel penerimaan berpengaruh secara negatif oleh variabel luas lahan, biaya operasional dan pajak, sedangkan variabel luas bangunan dan total penerimaan berpengaruh positif. 5. Deny Syaiful Hayat, 2002, Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Konversi Lahan Sawah Studi Kasus Kabupaten Bogor, Jawa Barat 1. Mengetahui pola konversi lahan sawah yang terjadi dan mengetahui dampak ekonomi konversi lahan sawah ke penggunaan non pertanian terhadap pembangunan wilayah di kabupaten Dati II di Bogor. 2. Mengetahui proses transformasi perekonomian yang terjadi sebagai implikasi konversi lahan sawah yang terjadai di Kabupaten Bogor. 3. Faktor –faktor apa yang mempengaruhi konversi lahan sawah ke penggunaan non pertanian di Kabupaten Dati II Bogor. 1. Analisis deskriptif 2. Analisis kuantitatif estimasi dampak konversi lahan sawah 3. Metode Location Quotient LQ. 4. Analisis surplus pendapatan petani dan tenaga kerja. 5. Analisis estimasi pertumbuhan. 6. Analisis regresi linier berganda. 1. Pada tahun 1991-2000 jumlah lahan yang terkonversi seluas 19.262 ha. Rata –rata luas lahan yang terkonversi adalah 1.926,2 ha per tahun. 2. Pola konversi lahan sawah yang terjadi di Kabupaten bogor terjadi pada jenis lahan sawah irigasi sederhana yaitu 44 dari luas lahan yang terkonversi. 3. Faktor –faktor yang mempengaruhi adalah produktivitas lahan sawah, proporsi lahan sawah beririgasi teknis dan non teknis, kontribusi pertumbuhan PDRB dan pertambahan jalan aspal. 6. Dicky fajar Utama, 2006, Analisis Faktor –Faktor yang Mempengaruhi Konversi Lahan Sawah ke Penggunaan Non Sawah 1. Mengetahui besaran dan laju konversi lahaan sawah ke penggunaan non sawah di Kabupaten Cirebon. 2. Mengetahui pola konversi lahan sawah yang terjadi dan mengetahui dampak 1. Analisis Deskriptif 2. Analisis Kuantitatif Estimasi Dampak Konversi Lahan Sawah 3. Analisis Regresi 1. Konversi lahan yang terjadi di Kabupaten Cirebon pada tahun 1990- 2004 sebesar 5.872 ha atau sekitar 391,47 ha per tahun. 2. Konversi lahan sawah yang terjadi 22 di Kabupaten Cirebon ekonomi konversi lahan sawah. 3. Menganalisis faktor –faktor yang berpengaruh terhadap konversi lahan sawah ke penggunaan non sawah di kabupaten Cirebon. 4. Analisis Operasional mengakibatkan kehilangan peluang produksi padi sebesar 42.209,08 ton dengan nilai sebesar Rp 78.086.798.000 jika diasumsikan harga 1 ton gabah kering giling sebesar Rp 1.850.000. 3. Faktor –faktor yang mempengaruhi adalah kepadatan penduduk, produktivitas lahan sawah, kontribusi PDRB non pertanian dan pertumbuhan panjang jalan aspal.