Simpulan Saran SIMPULAN DAN SARAN

5. Kertas saring dan isinya dimasukkan ke dalam cawan porselin, dikeringkan selama 1 jam, lalu disimpan dalam desikator dan ditimbang Y. Hasilnya kemudian dipijarkan, didinginkan lalu ditimbang Z. Serat kasar = 100 . .x X A Z Y

E. Kadar air

1. Cawan porselen dipanaskan pada suhu 105 C selama 3 jam. 2. Bahan seberat A g dimasukkan ke dalam cawan dan ditimbang X. 3. Cawan yang sudah berisi bahan dimasukkan ke dalam oven pada suhu 105 C selama 3 jam, selanjutnya didinginkan dalam desikator dan ditimbang Y. 4. Prosedur no. 3 diulang kembali, jika tidak ada perubahan berat makanan, maka pengukuran selesai. Kadar air = 100 . . x A Y X Lampiran 2. Komposisi vitamin mix dan mineral mix pakan uji Komposisi vitamin mix mgkg pakan No. Bahan Jumlah 1. Vitamin B1 60 2. Vitamin B2 100 3. Vitamin B6 40 4. Vitamin B12 100 5. Vitamin C 1000 6. Niacin 400 7. Ca Panthotenat 100 8. Inositol 2000 9. Biotin 300 10. Folic acid 15 11. Vitamin K3 50 12. Vitamin A+D3 400 13. BHT 200 14. Vitamin E 200 Komposisi mineral mix g100 g mineral No. Bahan Jumlah g100 g 1. NaCl 1,0 2. MgSO4.7H 2 O 15,0 3. NaH 2 PO 4 .2H 2 O 25,0 4. KH 2 PO 4 32,0 5. CaH 2 PO 4 2.H 2 O 20,0 6. FeSO 4 4,028 7. Ca.laktat 3,5 8. Trace element mix 1,0 Terdiri dari komposisi trace element100 g No. Bahan Jumlah 1. ZnSO 4 .7H 2 O 35,3 2. MnSO 4 16,2 3. CuSO 4 .5H 2 O 3,1 4. COCl 2 .6H 2 O 0,1 5. KIO 3 0,3 6. Cellulosa 45,0 Lampiran 3. Prosedur preparasi sampel untuk analisis kadar Se 1. Sampel berupa pakanikanlainnya ditimbang sebanyak 1 g dan dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer ukuran 125 mL100 mL. 2. Ditambahkan 5 mL HNO 3 didiamkan selama 1 jam pada suhu ruang di ruang asam. 3. Dipanaskan di atas hot plate dengan temperatur rendah selama 4-6 jam dalam ruang asam. 4. Sampel tersebut kemudian ditutup dan dibiarkan semalam. 5. Ditambahkan 0,4 mL H 2 SO 4 , lalu dipanaskan di atas hot plate sampai larutan berkurang lebih pekat, biasanya 1 jam. 6. Ditambahkan 2-3 tetes larutan campuran HClO 4 : HNO 3 2:1. Sampel masih tetap di atas hot plate, karena pemanasan terus dilanjutkan sampai ada perubahan warna dari coklat menjadi kuning tua, kemudian menjadi kuning muda biasanya 1 jam. 7. Setelah ada perubahan warna, pemanasan masih dilanjutkan selama 10-15 menit. 8. Sampel kemudian dipindahkan, didinginkan dan ditambahkan 2 mL akuades dan 0,6 mL HCl. 9. Dipanaskan kembali agar sampel larut + 15 menit kemudian dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL. 10. Apabila ada endapan disaring dengan glass wool. 11. Hasil pengabuan basah kemudian dianalisis di AAS atau spektrofotometer sesuai dengan panjang gelombang untuk mineral Se. Lampiran 4. Prosedur pengukuran glikogen hati dan otot 1. Jaringan hati atau otot seberat 100 mg dididihkan ke dalam 3 mL larutan KOH 30 sampai melarut 20-30 menit. 2. Ditambahkan 0,5 mL Na 2 SO 4 jenuh dan 3,5 mL etil alkohol 96, dipanaskan sampai mendidih 5 menit. 3. Didinginkan lalu sentrifuse 3.000 rpm selama 15 menit, setelah itu dibuang supernatan. 4. Glikogen tersebut dilarutkan ke dalam 2 mL air dan diendapkan kembali dengan 2,5 mL etil alkohol 96 dan didiamkan sampai mengendap. 5. Dibuang supernatan dan hidrolisa glikogen yang mengendap selama 30 menit dalam 2 mL HCl 5 M. 6. Larutan didinginkan dan dinetralkan dengan NaOH 0,5 M gunakan indikator pp 1-2 tetes. 7. Diencerkan sampai volume yang diketahui 50-100 mL, bergantung pada glikogen yang diharapkan. 8. Uji lanjut dengan uji glukosa. Perhitungan: glikogen = Lampiran 5. Prosedur analisis RNA dan DNA Penghancuran sel cell lysis 1. Semua peralatan yang akan digunakan dalam pembuatan ekstraksi DNA diatoklaf. 2. Sampel ditimbang sebanyak 10-20 mg, lalu dimasukkan ke dalam tabung eppendorf 1,5 mL. 3. Sebanyak 400 µL Cell Lysis Solution ditambahkan ke dalam tabung yang diletakkan di atas es lalu jaringan digerus hingga homogen. Ditambahkan kembali dengan 200 µL Cell Lysis Solution pada tabung tersebut. 4. Proteinase K sebanyak 3 µL ditambahkan ke dalam tabung dan diaduk dengan menggunakan pipet. 5. Tabung berisi suspensi kemudian diinkubasi pada suhu 55 o C selama 3-24 jam. Eliminasi RNA 1. RNase sebanyak 3 µ L dimasukkan ke dalam setiap tabung, lalu diaduk dengan membolak-balikkan tabung sebanyak 25 kali, kemudian diinkubasi pada suhu 37 o C selama 15-60 menit. 2. Homogenat didinginkan pada suhu ruang. Pengendapan protein 1. Protein Precipitation Solution sebanyak 200 µL dimasukkan ke dalam larutan homogenat lalu divortex pada kecepatan tinggi selama 20 detik. 2. Homogenat disentrifuse pada kecepatan 14.000 rpm selama 3 menit hingga terbentuk endapan protein dan larutan yang mengandung DNA. Pengendapan DNA 1. Larutan supernatan yang terbentuk dituangkan secara hati-hati ke dalam tabung baru yang telah berisi 600 µ L larutan isopropanol 100. 2. Tabung yang berisi larutan DNA ini kemudian diaduk dengan membolak- balikan tabung sebanyak 50 kali hingga terlihat untaian pita DNA yang berwarna putih. 3. Tabung tersebut disentrifuse dengan kecepatan 14.000 rpm selama 1 menit hingga terbentuk pelet DNA di dasar tabung. 4. Larutan supernatan dibuang dan tabung dikeringkan di atas kertas tissue. 5. Larutan etanol 70 dingin sebanyak 600 µL, kemudian dimasukkan ke dalam tabung yang berisi pelet DNA. Tabung dibolak-baik beberapa kali untuk membilas sisa-sisa DNA yang berada di dinding tabung. 6. Tabung disentrifuge pada kecepatan 14.000 rpm selama 1 menit. 7. Larutan etanol dibuang dengan hati-hati, lalu tabung dikeringkan di atas kertas tissue dan dibiarkan kering udara selama 15 menit. 8. Pelet DNA yang terbentuk dilarutkan kembali dengan menambahkan 100 µL akuades steril SDW ke dalam tabung. 9. Larutan DNA disimpan dalam freezer atau langsung digunakan untuk proses selanjutnya. Pencucian pelet RNA 1. Extraction buffer sebanyak 75 µL, 175 LiCl dan 250 µL CsTFA dimasukkan ke dalam tabung yang berisi pelet RNA lalu divortex sebanyak 5 denyutan. 2. Tabung berisi pelet RNA tersebut lalu disentrifuse dengan kecepatan 15.000 rpm selama 5 menit pada suhu ruang. 3. Larutan supernatan yang terbentuk kemudian dibuang secara hati-hati. 4. Tabung berisi pelet RNA diletakkan di atas es. 5. Untuk pembilasan, 1 ml etanol 70 dimasukkan ke dalam masing-masing tabung lalu divortex sebanyak 5 denyutan. 6. Tabung disentrifuse dengan kecepatan 15.000 rpm selama 5 menit pada suhu ruang. 7. Etanol kemudian dikeluarkan, dan tabung dibiarkan kering udara selama 15 menit. 8. Setelah etanol menguap seluruhnya, pelet dilarutkan dengan menambahkan diethyl pyrocarbonate DEPC 0,1 sebanyak 100 µL ke dalam tabung dan diletakkan di atas es selama 10-15 menit. 9. Tabung berisi larutan RNA kemudian divortex sebanyak 10 denyutan, lalu dipanaskan pada suhu 65 o C selama 10 menit. 10. Agar pelet RNA cepat larut, maka tabung tersebut divortex kembali sebanyak 5 denyutan atau hingga pelet larut. 11. Larutan RNA ini selanjutnya disimpan dalam freezer dengan suhu -20 o C atau langsung dilanjutkan dengan pengukuran konsentrasi. Lampiran 6. Prosedur analisis gambaran darah pada ikan Pengambilan darah pada ikan dilakukan melalui vena caudalis yang berada di bawah vertebrae. Sebelumnya, jarum suntik dan tabung eppendorf dibilas dengan Na-sitrat 3,8 untuk mencegah pembekuan darah. Pengambilan dan penyimpanan darah ke dalam tabung dilakukan secara perlahan-lahan untuk mengurangi resiko kerusakan sel darah. Pengukuran hematokrit, Anderson Siwicki 1993 Darah dihisap menggunakan tabung mikrohematokrit berlapis heparin dengan sistem kapiler. Fungsi heparin adalah untuk mencegah pembekuan darah di dalam tabung. Setelah darah mencapai ¾ bagian tabung, kemudian salah satu ujung tabung disumbat dengan cristoseal. Tabung kapiler yang telah berisi darah kemudian disentrifuse dengan kecepatan putaran 6000 rpm selama 5 menit. Pengukuran dilakukan dengan membandingkan volume benda darah terhadap volume seluruh darah dengan menggunakan skala hematokrit. Pengukuran hemoglobin, Wedemeyer Yasutake 1977 Pengukuran kadar hemoglobin dilakukan dengan metode Sahli. Prinsip metode ini adalah mengkonversi hemoglobin dalam darah ke dalam bentuk asam hematin oleh asam klorida. Darah dihisap dengan menggunakan pipet Sahli sampai skala 20 mm 3 , ujung pipet yang telah digunakan dibersihkan dengan kertas tissue. Darah kemudian dipindahkan ke dalam tabung hemoglobin yang berisi HCl 0,1 N sampai skala 10 warna kuning, lalu didiamkan 3-5 menit agar hemoglobin bereaksi dengan HCl membentuk asam hematin. Darah kemudian diaduk dan ditambahkan akuades sedikit demi sedikit hingga warnanya sama dengan warna standar. Pembacaan skala dilakukan dengan melihat tinggi permukaan larutan yang dicocokkan dengan skala lajur g , yang berarti banyaknya hemoglobin dalam gram per 100 mL darah. Penghitungan sel darah merah eritrosit, Blaxhall Daisley 1973 Penghitungan dilakukan dengan mengencerkan darah dengan larutan Hayem di dalam pipet pencampur berskala maksimum 101. Di dalam pipet ini terdapat bulir berwarna merah yang berfungsi sebagai pengaduk. Darah dihisap dengan pipet pencampur hingga 101. Pipet kemudian digoyang membentuk angka delapan selama 3-5 menit agar darah tercampur secara merata. Sebelum dilakukan penghitungan, larutan pada bagian ujung pipet yang tidak teraduk dibuang. Darah yang telah teraduk kemudian diteteskan ke dalam hemasitometer tipe Neubauer Improved yang telah ditutupi gelas penutup melalui bagiannya yang berlekuk hingga memenuhi seluruh bagian yang berskala. Agar volume darah yang dihitung tepat, kelebihan darah dihisap menggunakan kertas tissue. Penghitungan dilakukan di bawah mikroskop dengan perbesaran 400 kali pada 10 kotak kecil hemasitometer. = jumlah sel terhitung x = ......... selmm 3 Differensial leukosit pembuatan preparat ulas darah, Blaxhall Daisley 1973 Pengukuran diferensial leukosit sel darah putih dilakukan untuk mengetahui persentase tiap macam leukosit yang ada dalam darah. Penghitungan dilakukan dengan mengamati preparat ulas darah. Setetes darah ditempatkan di atas gelas objek yang bersih direndam metanol, lalu ujung gelas objek kedua ditempatkan di atas gelas objek pertama hingga membentuk sudut 30 o . Gelas objek kedua digeser ke arah belakang menyentuh tetesan darah hingga menyebar. Gelas objek kedua kemudian digeser ke arah berlawanan hingga terbentuk lapisan tipis darah, dan dibiarkan hingga kering. Preparat difiksasi dengan metanol absolut selama 5 menit lalu diangkat dan dibiarkan kering udara. Pewarnaan preparat dilakukan selama 10 menit dalam wadah pewarnaan dengan larutan giemsa, lalu diangkat, dibilas dengan air mengalir, dan dibiarkan kering udara. Preparat yang telah jadi kemudian ditempatkan di bawah mikroskop, diberi imersi dan diamati dengan perbesaran 400 kali kemudian dihitung jenis- jenis leukosit sampai berjumlah 100 sel. Indeks fagositik, Anderson Siwicki 1993 Sebanyak 50 µL darah dimasukkan ke dalam tabung eppendorf, ditambahkan 50 µL suspensi Staphylococcus aureus dalam PBS 10 7 selmL. Larutan tadi dihomogenkan dan diinkubasi pada suhu ruang selama 20 menit. Sebanyak 5 µL dibuat sediaan ulas dan dikeringkan di udara, dan difiksasi dengan metanol selama 5 menit dan dikeringkan. Direndam dalam pewarna giemsa selama 15 menit, kemudian dicuci dengan air mengalir dan dikeringkan dengan tissue. Dihitung jumlah sel yang menunjukkan proses fagositosis dari 100 sel fagosit yang teramati. Lampiran 7. Prosedur analisis glukosa darah 1. Standar glukosa dibuat dari 100 mg glukosa dalam 100 mL akuades. 2. Perbandingan asam asetat dan ortho toluidine 94:6 sebagai color reagent. 3. Dimasukkan 0,05 mL plasma, standar glukosa, dan akuades sebagai blanko ke dalam masing-masing tabung reaksi yang telah berisi 3,5 mL color reagent. 4. Tabung reaksi tersebut dipanaskan dalam waterbath tertutup selama 10 menit pada suhu 100 o C. 5. Tabung reaksi kemudian diangkat, didinginkan dalam suhu ruang, warna ini stabil selama 1 jam. 6. Dibaca dengan menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 635 nm. Spektrofotometer dinolkan dengan menggunakan reagent blanko. Perhitungan: Glukosa mg100 mL = Keterangan: Au = Absorbansi sampel Cs = Konsentrasi standar As = Absorbansi standar Lampiran 8. Prosedur pengukuran aktivitas enzim GPx 1. 200 µL buffer fosfat 0,1 M pH 7,0 mengandung 0,1 mM EDTA ditambahkan dengan 200 µL sampel, 200 µL glutation tereduksi GSH 10 mM dan 200 µL enzim glutation reduktase 2,4 unit kemudian diinkubasi selama 10 menit pada suhu 37 o C. 2. Larutan yang telah diinkubasi ditambahkan 200 µL NADPH 1,5 mM, dan larutan tersebut diinkubasi lagi pada suhu yang sama selama 3 menit. 3. Ditambahkan 200 µL H 2 O 2 1,5 mM ke dalam larutan yang telah diinkubasi. 4. Serapan larutan dibaca diantara waktu 1-2 menit pada panjang gelombang 340 nm. Perhitungan: mUnit GPx = x 2 x 1000 x Ket: Δ abs = perubahan absorban Vt = volume total dalam mL Vs = volume sampel dalam mL 6,22 = koefisien ekstensik dari NADPH 2 = 2 mol GSH yang setara dengan untuk mengoksidasi 1 mol NADPH 1000 = perubahan menjadi milliunit Lampiran 9. Prosedur pengukuran aktivitas enzim SOD

1. Persiapan sampel

a. Hati ikan diekstraksi dengan larutan buffer fosfat pH 7,0 dengan perbandingan 1:10. Ekstraksi dilakukan dengan menggunakan pipa kapiler yang dilengkapi dengan syringe 10 mL di kiri dan kanan pipa. Hasil ekstraksi disentrifuse pada 3.000 rpm selama 10 menit dalam keadaan dingin. Supernatan homogenat disimpan pada suhu -15 o C dan siap digunakan untuk pengukuran aktivitas enzim SOD hati. Untuk sampel darah, diambil plasmanya supernatan kemudian disimpan pada suhu - 15 o C dan siap digunakan untuk pengukuran aktivitas enzim SOD darah. b. Satu mL homogenat hati untuk aktivitas enzim SOD hati atau 1 mL plasma untuk aktivitas enzim SOD darah ditambahkan dengan 1,6 mL campuran kloroform-etanol 96 3:5, divorteks selama 1 menit kemudian disentrifuse pada 3.000 rpm selama 10 menit. Supernatan diambil dan disimpan pada suhu -15 o C.

2. Pembuatan larutan epinefrin 0,003 M

a. Larutan epinefrin 0,003 M dibuat dengan cara melarutkan 5,496 mg epinefrin ke dalam 10 mL HCl 0,01 N. b. Larutan tersebut disimpan dalam botol berwarna. c. Larutan ini tahan untuk beberapa hari.

3. Pengukuran serapan dengan alat spektrofotometer

a. Ke dalam kuvet 3.000 µL dimasukkan 2.800 µL buffer natrium karbonat 0,05 M pH 10,2, 100 µL sampel supernatan dan 100 µL larutan epinefrin. b. Serapan dibaca pada panjang gelombang 480 nm pada menit ke 1, 2, 3, dan 4 setelah penambahan epinefrin 0,003 M. Perubahan absorban permenit tidak boleh lebih dari 0,025. Sebagai blanko digunakan campuran HCl dan air bebas ion. c. Larutan tanpa sampel diukur dengan cara menambahkan 2.800 µL buffer natrium karbonat 0,05 M pH 10,2 dengan 100 µL larutan epinefrin 0,003 M dan 100 µL sampel diganti dengan 100 µL air bebas ion, serapan diukur setelah penambahan epinefrin.

4. Perhitungan

Satuan SOD juga dapat dinyatakan dalam unitmg protein. Kurva standar dibuat dengan menggunakan SOD standar yang telah diketahui aktivitasnya. Cara penentuannya adalah: kurva standar SOD dibuat dari pengukuran serapan larutan standar SOD yang telah diketahui aktivitasnya. SOD 3.000 unit dilarutkan dengan buffer fosfat pH 7,0 atau akuades pH 7,0 pada berbagai konsentrasi. Sebanyak 2.800 µL buffer natrium karbonat 0,05 M pH 10,2 ditambahkan dengan 100 µL epinefrin 0,003 M dan 100 µL larutan standar SOD berbagai unit. Serapan dibaca pada panjang gelombang 480 nm pada menit ke 1, 2, 3, dan 4. Hasil serapan dikonversikan ke dalam bentuk hambatan sumbu y dan aktivitas SOD dalam unitmg protein sumbu x. Lampiran 10. Prosedur pengujian konsentrasi T3 dan T4 dengan metode RIA 1. Siapkan reagent dan sampel dan diamkan pada suhu ruang sebelum digunakan minimal selama 1 jam. 2. Tabung-tabung diberi label dengan masing-masing dalam 2 ulangan untuk standar S1-S6, serum kontrol C dan sampel M. Kemudian dipilih secara bebas 2 tabung uji untuk untuk penghitungan total T. 3. Homogenisasi semua reagent dan sampel dengan mencampur secara hati- hati untuk menghindari meluapnya larutan. 4. Ambil masing-masing 100 µ L untuk T3 dan 25 µL untuk T4 larutan standar, kontrol, dan sampel dengan menggunakan pipet dan dimasukkan ke dalam tabung yang telah diberi label sebelumnya. 5. Masukkan 100 µL tracer ke dalam masing-masing tabung. 6. Masukkan 1000 µL antiserum ke dalam masing-masing tabung kecuali T. 7. Simpan rak-rak tabung secara benar pada shaker plate, dan tutup semua tabung dengan menggunakan plastik foil. Nyalakan shaker dan atur pada kecepatan yang cukup seperti pengocokan secara konstan atau penggoncangan pada masing-masing tabung. 8. Tabung-tabung tersebut kemudian diinkubasi selama 2 jam pada suhu ruang. 9. Tuang supernatan dari semua tabung dengan membalikkan rak tabung. Pada posisi terbalik, tempatkan rak pada kertas pengisap selama 2 menit. 10. Lakukan pencacahan pada masing-masing tabung selama kurang lebih 60 detik pada penghitung gamma. 11. Hitung konsentrasi T3 atau T4 sampel seperti tergambar pada hasil perhitungan. Lampiran 11. Prosedur pengujian konsentrasi kortisol dengan metode RIA 1. Siapkan reagent dan sampel dan diamkan pada suhu ruang sebelum digunakan minimal selama 1 jam. 2. Tabung-tabung diberi label dengan masing-masing dalam 2 ulangan untuk standar S1-S6, serum kontrol C dan sampel M. Kemudian dipilih secara bebas 2 tabung uji untuk untuk penghitungan total T. 3. Homogenisasi semua reagent dan sampel dengan mencampur secara hati- hati untuk menghindari meluapnya larutan. 4. Ambil masing-masing 10 µL larutan standar, kontrol, dan sampel dengan menggunakan pipet dan dimasukkan ke dalam tabung yang telah diberi label sebelumnya. 5. Masukkan 500 µL tracer ke dalam masing-masing tabung. 6. Masukkan 500 µL antiserum ke dalam masing-masing tabung kecuali T. 7. Simpan rak-rak tabung secara benar pada shaker plate, dan tutup semua tabung dengan menggunakan plastik foil. Nyalakan shaker dan atur pada kecepatan yang cukup seperti pengocokan secara konstan atau penggoncangan pada masing-masing tabung. 8. Tabung-tabung tersebut kemudian diinkubasi selama 2 jam pada suhu ruang. 9. Tuang supernatan dari semua tabung dengan membalikkan rak tabung. Pada posisi terbalik, tempatkan rak pada kertas pengisap selama 2 menit. 10. Lakukan pencacahan pada masing-masing tabung selama kurang lebih 60 detik pada penghitung gamma. 11. Hitung konsentrasi kortisol sampel seperti tergambar pada hasil perhitungan. Lampiran 12. Nilai koefisien kecernaan Se juvenil kerapu bebek yang diberi pakan dengan penambahan Se dari dua sumber yang berbeda Sumber Se Ulangan Jumlah Rata-rata 1 2 3 Sodium selenite 60,52 60,81 59,75 181,08 60,36 b Selenometionin 68,88 70,33 66,82 206,03 68,68 a ANALISIS STATISTIK Koefisien kecernaan Se Two-Sample T-Test and CI: selenite, selenometionin Two-sample T for selenite vs selenometionin N Mean StDev SE Mean selenite 3 60.360 0.548 0.32 selenometionin 3 68.68 1.76 1.0 Difference = mu selenite - mu selenometionin Estimate for difference: -8.31667 95 CI for difference: -11.27725, -5.35608 T-Test of difference = 0 vs not =: T-Value = -7.80 P-Value = 0.001 DF = 4 Both use Pooled StDev = 1.3060 D a ta selenometionin selenite 70 68 66 64 62 60 Boxplot of selenite, selenometionin Lampiran 13. Kinerja pertumbuhan juvenil kerapu bebek pada percobaan penentuan dosis optimal dan sumber Se terbaik 13.1. Tingkat kelangsungan hidup Penambahan Se mgkg Ulangan Jumlah Rata-rata 1 2 3 83,33 83,33 91,67 258,33 86,11 0,5 Selenite 8,33 8,33 2,78 1 Selenite 8,33 8,33 2,78 2 Selenite 4 Selenite 1 Se-Met 91,67 66,67 100,00 258,34 86,11 2 Se-Met 91,67 91,67 91,67 275,01 91,67 4 Se-Met 100,00 100,00 91,67 291,67 97,22 13.2. Laju pertumbuhan harian 13.3. Konsumsi pakan g Penambahan Se mgkg Ulangan Jumlah Rata-rata 1 2 3 44,10 44,60 54,10 142,80 47,60 0,5 Selenite 18,72 17,42 17,59 53,73 17,91 1 Selenite 13,90 19,53 16,18 49,81 16,60 2 Selenite 17,26 18,93 18,53 54,72 18,24 4 Selenite 16,72 15,15 15,64 47,51 15,84 1 Se-Met 52,00 37,60 57,00 146,60 48,87 2 Se-Met 52,00 63,20 56,10 171,30 57,10 4 Se-Met 53,80 58,40 49,20 161,40 53,50 Penambahan Se mgkg Ulangan Jumlah Rata-rata 1 2 3 1,22 1,00 1,32 3,54 1,18 0,5 Selenite - - 0,41 0,41 0,14 1 Selenite - 0,61 - 0,61 0,20 2 Selenite - - - - - 4 Selenite - - - - - 1 Se-Met 1,23 0,93 1,44 3,60 1,20 2 Se-Met 1,39 1,65 1,34 4,38 1,46 4 Se-Met 1,29 1,75 1,47 4,51 1,50 13.4. Efisiensi pakan Penambahan Se mgkg Ulangan Jumlah Rata-rata 1 2 3 50,11 39,91 49,35 139,37 46,46 0,5 Selenite - - 4,55 4,55 1,52 1 Selenite - 5,63 - 5,63 1,88 2 Selenite - - - - - 4 Selenite - - - - - 1 Se-Met 51,35 23,40 65,79 140,54 46,85 2 Se-Met 59,23 64,56 54,72 178,51 59,50 4 Se-Met 60,97 82,02 66,87 209,86 69,95 13.5. Retensi protein Penambahan Se mgkg Ulangan Jumlah Rata-rata 1 2 3 19,09 15,57 18,9 53,56 17,85 0,5 Selenite - - - - - 1 Selenite - - - - - 2 Selenite - - - - - 4 Selenite - - - - - 1 Se-Met 20,99 15,81 22,43 59,23 19,74 2 Se-Met 21,54 22,85 17,91 62,30 20,77 4 Se-Met 25,29 29,03 22,89 77,21 25,74 13.6. Retensi lemak Penambahan Se mgkg Ulangan Jumlah Rata-rata 1 2 3 20,50 18,78 23,86 63,14 21,05 0,5 Selenite - - - - - 1 Selenite - - - - - 2 Selenite - - - - - 4 Selenite - - - - - 1 Se-Met 19,23 14,45 22,07 55,75 18,58 2 Se-Met 25,33 27,89 20,93 74,15 24,72 4 Se-Met 20,45 39,46 33,68 93,59 31,20 ANALISIS STATISTIK Tingkat kelangsungan hidup One-way ANOVA: SR versus dosis Se Source DF SS MS F P dosis Se 7 47687.3 6812.5 138.52 0.000 Error 16 786.9 49.2 Total 23 48474.2 S = 7.013 R-Sq = 98.38 R-Sqadj = 97.67 Laju pertumbuhan harian One-way ANOVA: laju pertumbuhan harian versus dosis Se Source DF SS MS F P dosis Se 7 9.7395 1.3914 31.44 0.000 Error 16 0.7080 0.0442 Total 23 10.4475 S = 0.2104 R-Sq = 93.22 R-Sqadj = 90.26 Konsumsi pakan g One-way ANOVA: konsumsi pakan versus dosis Se Source DF SS MS F P dosis Se 7 7415.6 1059.4 43.15 0.000 Error 16 392.8 24.5 Total 23 7808.4 S = 4.955 R-Sq = 94.97 R-Sqadj = 92.77 Efisiensi pakan One-way ANOVA: efisiensi pakan versus dosis Se Source DF SS MS F P dosis Se 7 19198.8 2742.7 33.43 0.000 Error 16 1312.7 82.0 Total 23 20511.5 S = 9.058 R-Sq = 93.60 R-Sqadj = 90.80 Retensi protein One-way ANOVA: retensi protein versus dosis Se Source DF SS MS F P dosis Se 7 2754.21 393.46 97.86 0.000 Error 16 64.33 4.02 Total 23 2818.54 S = 2.005 R-Sq = 97.72 R-Sqadj = 96.72 Retensi lemak One-way ANOVA: retensi lemak versus dosis Se Source DF SS MS F P dosis Se 7 3694.1 527.7 32.76 0.000 Error 16 257.7 16.1 Total 23 3951.9 S = 4.014 R-Sq = 93.48 R-Sqadj = 90.62 Lampiran 14. Kadar gikogen hati dan glikogen otot juvenil kerapu bebek pada percobaan penentuan dosis optimal dan sumber Se terbaik 14.1. Glikogen hati mg100 mL Penambahan Se mgkg Ulangan Jumlah Rata-rata 1 2 3 3,34 3,41 3,09 9,84 3,28 0,5 Selenite - - - - - 1 Selenite - - - - - 2 Selenite - - - - - 4 Selenite - - - - - 1 Se-Met 5,43 2,48 2,13 10,04 3,35 2 Se-Met 2,84 3,78 3,89 10,51 3,50 4 Se-Met 5,67 3,78 2,02 11,47 3,82 14.2. Glikogen otot mg100 mL Penambahan Se mgkg Ulangan Jumlah Rata-rata 1 2 3 1,72 2,76 1,72 6,20 2,07 0,5 Selenite - - - - - 1 Selenite - - - - - 2 Selenite - - - - - 4 Selenite - - - - - 1 Se-Met 2,08 2,90 4,32 9,30 3,10 2 Se-Met 3,57 2,82 4,31 10,70 3,57 4 Se-Met 4,50 3,23 3,95 11,68 3,89 ANALISIS STATISTIK Glikogen hati mg100 mL One-way ANOVA: glikogen hati versus dosis Se Source DF SS MS F P dosis Se 7 73.539 10.506 12.04 0.000 Error 16 13.958 0.872 Total 23 87.497 S = 0.9340 R-Sq = 84.05 R-Sqadj = 77.07 Glikogen otot mg100 mL One-way ANOVA: glikogen otot versus dosis Se Source DF SS MS F P dosis Se 7 65.494 9.356 28.73 0.000 Error 16 5.211 0.326 Total 23 70.705 S = 0.5707 R-Sq = 92.63 R-Sqadj = 89.41 Lampiran 15. Aktivitas enzim GPx plasma, GPx hati, SOD plasma, dan SOD hati juvenil kerapu bebek pada percobaan penentuan dosis optimal dan sumber Se terbaik 15.1. Aktivitas enzim GPx plasma mUmg protein Penambahan Se mgkg Nilai 666,24 0,5 Selenite - 1 Selenite - 2 Selenite - 4 Selenite - 1 Se-Met 1142,12 2 Se-Met 2316,35 4 Se-Met 2968,17 15.2. Aktivitas enzim GPx hati mUmg protein Penambahan Se mgkg Ulangan Jumlah Rata-rata 1 2 665,92 702,57 1368,49 684,24 0,5 Selenite - - - - 1 Selenite - - - - 2 Selenite - - - - 4 Selenite - - - - 1 Se-Met 403,86 946,95 1350,81 675,41 2 Se-Met 665,92 672,03 1337,95 668,98 4 Se-Met 640,84 647,59 1288,43 644,22 15.3. Aktivitas enzim SOD plasma unit Penambahan Se mgkg Nilai 26,16 0,5 Selenite - 1 Selenite - 2 Selenite - 4 Selenite - 1 Se-Met 26,16 2 Se-Met 26,16 4 Se-Met 26,16 15.4. Aktivitas enzim SOD hati unit Penambahan Se mgkg Ulangan Jumlah Rata-rata 1 2 49,86 44,88 94,74 47,37 0,5 Selenite - - - - 1 Selenite - - - - 2 Selenite - - - - 4 Selenite - - - - 1 Se-Met 44,88 58,12 103,00 51,50 2 Se-Met 44,88 52,31 97,19 48,59 4 Se-Met 52,31 52,31 104,62 52,31 ANALISIS STATISTIK Aktivitas enzim GPx hati mUmg protein One-way ANOVA: GPx hati versus dosis Se Source DF SS MS F P dosis Se 7 1787774 255396 13.79 0.001 Error 8 148184 18523 Total 15 1935959 S = 136.1 R-Sq = 92.35 R-Sqadj = 85.65 Aktivitas enzim SOD hati unit One-way ANOVA: SOD hati versus dosis Se Source DF SS MS F P dosis Se 7 10010.5 1430.1 89.50 0.000 Error 8 127.8 16.0 Total 15 10138.3 S = 3.997 R-Sq = 98.74 R-Sqadj = 97.64 Lampiran 16. Nilai rasio T3T4 dan rasio RNADNA juvenil kerapu bebek pada percobaan penentuan dosis optimal dan sumber Se terbaik 16.1. Rasio T3T4 Penambahan Se mgkg T3 T4 T3T4 1,004 0,255 3,94 0,5 Selenite - - - 1 Selenite - - - 2 Selenite - - - 4 Selenite - - - 1 Se-Met 0,462 0,107 4,32 2 Se-Met 1,328 0,306 4,34 4 Se-Met 0,995 0,217 4,59 16.2. Rasio RNADNA Penambahan Se mgkg RNA DNA RNADNA Jumlah Rata-rata 1 2 1 2 1 2 123,2 255,2 112,0 266,8 1,1 0,96 2,06 1,03 0,5 Selenite - - - - - - - - 1 Selenite - - - - - - - - 2 Selenite - - - - - - - - 4 Selenite - - - - - - - - 1 Se-Met 169,6 140,0 158,8 113,2 1,07 1,24 2,31 1,16 2 Se-Met 136,0 104,8 134,0 68,4 1,01 1,53 2,54 1,27 4 Se-Met 120,8 117,6 115,6 45,2 1,04 2,60 3,64 1,82 ANALISIS STATISTIK Rasio RNADNA One-way ANOVA: RNA-DNA versus dosis Se Source DF SS MS F P dosis Se 7 7.684 1.098 6.38 0.009 Error 8 1.376 0.172 Total 15 9.060 S = 0.4148 R-Sq = 84.81 R-Sqadj = 71.52 Lampiran 17. Total eritrosit, kadar hemoglobin, dan persentase hematokrit juvenil kerapu bebek pada percobaan penentuan dosis optimal dan sumber Se terbaik 17.1. Total eritrosit x 10 6 selmL Penambahan Se mgkg Ulangan Jumlah Rata-rata 1 2 3 1,00 0,90 0,99 2,89 0,96 0,5 Selenite - - - - - 1 Selenite - - - - - 2 Selenite - - - - - 4 Selenite - - - - - 1 Se-Met 1,43 1,07 1,03 3,53 1,18 2 Se-Met 1,65 0,77 1,04 3,46 1,15 4 Se-Met 1,40 0,86 1,29 3,55 1,19 17.2. Kadar hemoglobin g Penambahan Se mgkg Ulangan Jumlah Rata-rata 1 2 3 4,00 4,80 4,00 12,80 4,27 0,5 Selenite - - - - - 1 Selenite - - - - - 2 Selenite - - - - - 4 Selenite - - - - - 1 Se-Met 3,90 4,80 4,40 13,10 4,37 2 Se-Met 5,20 3,70 4,00 12,90 4,30 4 Se-Met 5,20 4,00 3,80 13,00 4,33 17.3. Persentase hematokrit Penambahan Se mgkg Ulangan Jumlah Rata-rata 1 2 3 15,06 17,91 16,92 49,89 16,63 0,5 Selenite - - - - - 1 Selenite - - - - - 2 Selenite - - - - - 4 Selenite - - - - - 1 Se-Met 27,27 17,24 14,00 58,51 19,50 2 Se-Met 19,35 22,22 22,22 63,79 21,26 4 Se-Met 22,22 17,68 19,51 59,41 19,80