Gambaran darah Hasil Percobaan II: Penentuan dosis optimal dan sumber Se terbaik .1 Kinerja pertumbuhan

bebek. Nilai retensi protein tertinggi didapatkan pada ikan yang diberi pakan dengan penambahan 4 mg Sekg pakan, diikuti secara berturut-turut oleh penambahan 2 mg Sekg pakan, 1 mg Sekg pakan, dan terendah pada kelompok ikan yang diberi pakan tanpa penambahan Se. Ketiga perlakuan yang disebutkan terakhir nilainya tidak berbeda nyata. Hasil ini memperlihatkan bahwa retensi protein juvenil kerapu bebek makin meningkat dengan makin meningkatnya penambahan selenometionin di pakan sampai dengan dosis 4 mg Sekg pakan. Hal ini disebabkan sumber Se yang digunakan adalah selenometionin yang merupakan Se bentuk organik. Selenium organik mengandung asam amino sehingga dapat bergabung dengan protein tubuh dan memungkinkan untuk disimpan dan dilepaskan kembali jika diperlukan Anonim 2010b. Dengan demikian, peningkatan dosis penambahan selenometionin sampai dosis tertentu dapat meningkatkan jumlah protein yang tersimpan. Nilai retensi protein yang didapatkan pada percobaan ini mendukung nilai kinerja pertumbuhan yang lain, yaitu konsumsi pakan, efisiensi pakan, dan retensi lemak yang menunjukkan nilai tertinggi didapatkan pada pemberian selenometionin dosis 4 mg Sekg pakan. Seperti penjelasan di awal, pertumbuhan organisme dapat pula diindikasikan oleh perubahan kandungan protein, lemak, atau komponen kimia lainnya dari tubuh. Dengan demikian, peningkatan retensi protein ini memberi gambaran meningkatnya pertumbuhan ikan. Glikogen merupakan bentuk simpanan karbohidrat dalam hati dan otot. Berdasarkan Tabel 7, pada pemberian selenometionin, dengan makin meningkatnya kadar Se di pakan, kadar glikogen hati dan glikogen otot juvenil kerapu bebek cenderung makin meningkat pula. Meskipun demikian, nilai glikogen hati tidak berbeda nyata antara ikan yang diberi pakan dengan penambahan selenometionin dosis 1, 2, dan 4 mg Sekg pakan dan ikan tanpa penambahan Se. Sementara itu, glikogen otot pada ikan yang diberi pakan dengan penambahan selenometionin dosis 1, 2, dan 4 mg Sekg pakan nilainya lebih tinggi dibandingkan dengan ikan yang diberi pakan tanpa penambahan Se. Nilai glikogen otot pada ketiga dosis penambahan selenometionin tersebut tidak berbeda nyata. Peningkatan kadar glikogen otot juvenil kerapu bebek dengan pemberian selenometionin menunjukkan tingginya simpanan glukosa. Simpanan glukosa ini sewaktu-waktu dapat digunakan kembali terutama ketika suplai karbohidrat dari luar berkurang. Selain itu, kerapu bebek merupakan ikan karnivor yang kurang mampu memanfaatkan karbohidrat dari pakan sebagai sumber energi sehingga simpanan glukosa di otot dan hati semakin penting artinya. Sebaliknya, pada pemberian sodium selenite, jumlah ikan pada akhir pemeliharaan tidak mencukupi untuk kebutuhan analisis glikogen hati dan otot. Pada penambahan sodium selenite dosis 0,5 dan 1 mg Sekg pakan tingkat kematian mencapai 97,22, sedangkan dosis 2 dan 4 mg Sekg pakan tingkat kematian mencapai 100 pada akhir percobaan. Untuk mengestimasi pertumbuhan, penggunaan nilai rasio RNADNA merupakan metode yang cukup akurat, selain juga dapat menjadi indikator status nutrisi ikan Rooker Holt 1996. Tabel 7 menunjukkan bahwa pada pemberian selenometionin, nilai rasio RNADNA juvenil kerapu bebek cenderung makin meningkat dengan makin meningkatnya dosis penambahan Se di pakan. Meskipun demikian, nilainya tidak berbeda nyata antara pemberian selenometionin dosis 1, 2, dan 4 mg Sekg pakan dengan kelompok ikan tanpa penambahan Se. Hasil ini sejalan dengan nilai laju pertumbuhan harian dan tingkat kelangsungan hidup Tabel 6 dan kadar glikogen hati Tabel 7.

4.4.2 Aktivitas enzim dan kadar hormon

Peran biokimia Se masih menjadi tanda tanya sampai ditemukan bahwa Se menjadi bagian integral dari enzim glutation peroksidase GPx Rotruck et al. 1973. Enzim ini mengkatalis reaksi-reaksi penting untuk konversi hidrogen peroksida dan lipid peroksida menjadi air dan asam lemak alkohol dengan menggunakan glutation tereduksi, yang dengan demikian melindungi membran sel dari kerusakan oksidatif. Nilai aktivitas enzim GPx dapat memberi gambaran status Se di dalam tubuh organisme. Fungsi penting lain Se adalah menjadi bagian dari Iodotironin Deiodinase ID, suatu enzim yang berperan sebagai katalisator dalam pembentukan T3 bentuk aktif hormon tiroid dari T4 Brown Arthur 2001. Pada percobaan ini terlihat bahwa aktivitas enzim GPx hati juvenil kerapu bebek yang diberi pakan dengan penambahan selenometionin dosis 1, 2, dan 4 mg Sekg pakan nilainya tidak berbeda dari kelompok ikan tanpa penambahan Se. Dengan kata lain, penambahan selenometionin sampai dengan dosis 4 mg Sekg pakan belum mampu meningkatkan aktivitas enzim GPx hati. Hasil yang sama diperlihatkan oleh aktivitas enzim superoksida dismustase SOD hati, meskipun ada kecenderungan nilainya makin meningkat dengan makin meningkatnya dosis penambahan selenometionin di pakan. SOD adalah enzim yang berperan dalam mereduksi superoksida O 2 - menjadi H 2 O 2 , sementara GPx mereduksi H 2 O 2 menjadi H 2 O. Kedua enzim antioksidan tersebut bekerja dengan sistem umpan balik. Aktivitas enzim GPx plasma juvenil kerapu bebek seperti terlihat pada Gambar 4 menunjukkan bahwa pada pemberian selenometionin, nilainya mengalami peningkatan dengan makin meningkatnya dosis penambahan Se di pakan, dan nilai tertinggi didapatkan pada penambahan 4 mg Sekg pakan. Sebaliknya, pada penambahan sodium selenite, jumlah ikan tidak mencukupi kebutuhan untuk pengukuran parameter. Gambar 5 menunjukkan bahwa pada pemberian selenometionin, aktivitas enzim SOD plasma juvenil kerapu bebek nilainya sama, baik pada penambahan selenometionin dosis 1, 2, dan 4 mg Sekg pakan, maupun tanpa penambahan Se. Sebaliknya, pada pemberian sodium selenite, jumlah ikan tidak mencukupi kebutuhan untuk pengukuran SOD plasma sehingga nilainya tidak ada. Gambar 6 menunjukkan bahwa pada pemberian selenometionin, nilai rasio T3T4 juvenil kerapu bebek makin meningkat dengan makin meningkatnya kadar Se di pakan, dan nilai tertinggi didapatkan pada penambahan 4 mg Sekg pakan. Tingginya nilai rasio T3T4 mengindikasikan bahwa aktivitas enzim iodotironin deiodinase ID pada perlakuan ini lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan lain. Telah dijelaskan sebelumnya bahwa fungsi ID yang merupakan salah satu selenoprotein adalah sebagai katalisator pembentukan T3 dari T4. Aktivitas ID yang tinggi juga memungkinkan T3 yang terbentuk semakin banyak. T3 sendiri adalah bentuk aktif hormon tiroid yang mempunyai fungsi khusus dalam mengatur pertumbuhan. Secara umum, hasil ini sejalan dengan nilai efisiensi pakan, retensi lemak, dan retensi protein seperti terlihat pada Tabel 6.

4.4.3 Gambaran darah

Pada percobaan ini parameter gambaran darah yang diamati meliputi total eritrosit, kadar hemoglobin, persentase hematokrit, differensial leukosit, dan indeks fagositik. Hasil pengamatan gambaran darah juvenil kerapu bebek disajikan pada Tabel 9 dan 10. Pada Tabel 9 terlihat bahwa penambahan selenometionin tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata pada total eritrosit, kadar hemoglobin, dan kadar hematokrit juvenil kerapu bebek. Hasil yang sama diperlihatkan oleh jumlah limfosit, monosit, dan neutrofil Tabel 10. Sementara itu, indeks fagositik juvenil kerapu bebek dipengaruhi oleh pakan uji yang ditambahkan dengan selenometionin. Nilai indeks fagositik makin meningkat dengan makin meningkatnya dosis penambahan selenometionin di pakan. Indeks fagositik juvenil kerapu bebek yang diberi pakan dengan penambahan selenometionin dosis 1, 2, dan 4 mg Sekg pakan nilainya lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok ikan tanpa penambahan Se. Kenyataan ini memberi gambaran bahwa penambahan selenometionin ke dalam pakan juvenil kerapu bebek sampai dengan dosis tertentu dapat meningkatkan respons imunitas ikan. Hal ini dimungkinkan karena indeks fagositik adalah nilai yang menunjukkan aktivitas fagositosis. Fagositosis adalah salah satu mekanisme pertahanan seluler ikan yang bersifat nonspesifik dan merupakan langkah awal untuk mekanisme respons imun berikutnya, yaitu terbentuknya respons spesifik Alifuddin 1999.

4.4.4 Retensi Se