Gambaran darah Hasil Percobaaan IV: Uji ketahanan tubuh terhadap berbagai stressor lingkungan
sesaat setelah uji transportasi 51,47 ngmL dibandingkan dengan penambahan 16 mg Sekg pakan 26,69 ngmL dan penambahan 4 mg Sekg pakan 14,37
ngmL. Hasil ini juga menunjukkan bahwa perlakuan terbaik didapatkan pada penambahan selenometionin dosis 4 mg Sekg pakan. Tingkat kelangsungan hidup
yang rendah sesaat setelah uji transportasi pada kelompok ikan yang diberi pakan tanpa penambahan Se sejalan dengan nilai kadar glukosa darah dan kortisol yang
tinggi, yaitu merupakan indikasi ikan dalam kondisi stres hebat. Hasil pengujian daya tahan tubuh juvenil kerapu bebek dengan
perendaman di dalam air tawar disajikan pada Gambar 24, 25, dan Lampiran 35. Pada semua perlakuan, seperti terlihat pada Gambar 24 dan Lampiran 35.1,
menunjukkan pola yang sama, yaitu kadar glukosa darah meningkat ketika dimasukkan ke dalam air tawar selama 10 menit, dan masih mengalami
peningkatan pada jam pertama setelah ikan dikembalikan ke dalam air laut, sedangkan pada jam kedua, nilai kadar glukosa darahnya sudah turun dan
mendekati nilai awal. Berdasarkan gambar tersebut, perlakuan terbaik didapatkan pada penambahan selenometionin dosis 4 mg Sekg pakan. Kadar glukosa darah
awal juvenil kerapu bebek pada penambahan 4 mg Sekg pakan ini adalah 60,09 mgdL, kemudian meningkat menjadi 83,05 mgdL ketika dimasukkan ke dalam
air tawar, dan pada jam pertama di air laut kadar glukosa darahnya meningkat menjadi 79,81 mgdL. Pada jam kedua di air laut, kadar glukosa darahnya sudah
berada pada kondisi normal 58,69 mgdL. Pada kelompok tanpa penambahan Se, terlihat bahwa kadar glukosa darah awal ikan adalah 58,22 mgdL, kemudian
meningkat menjadi 96,62 mgdL ketika dimasukkan ke dalam air tawar, dan meningkat kembali pada jam pertama di air laut menjadi 127,70 mgdL. Pada jam
kedua di air laut, kadar glukosa darahnya belum mencapai kondisi normal 97,65 mgdL. Pada penambahan selenometionin dosis 4 mg Sekg pakan terlihat bahwa
kadar glukosa darah pada jam pertama di air laut nilainya lebih rendah dibandingkan dengan penambahan 16 mg Sekg pakan dan tanpa penambahan Se,
dan pada jam kedua nilainya sudah berada pada kondisi normal awal. Kadar glukosa darah yang tinggi menunjukkan ikan mengalami stres. Sebaliknya, pada
kelompok ikan yang diberi pakan tanpa penambahan Se, kadar glukosa darah pada
jam pertama di air laut paling tinggi dibandingkan dengan perlakuan lain, dan pada jam kedua belum menunjukkan tanda-tanda ke posisi normal awal.
Pada percobaan ini dilakukan pula pengukuran kadar kortisol ikan dengan hasil seperti terlihat pada Gambar 25 dan Lampiran 35.2. Pada gambar dan
lampiran tersebut terlihat bahwa semua perlakuan menunjukkan pola yang sama, yaitu kadar kortisol mengalami peningkatan ketika dimasukkan ke dalam air
tawar, kemudian menurun pada jam pertama di air laut, dan mendekati normal pada jam kedua di air laut. Berdasarkan kadar kortisol, seperti halnya glukosa
darah, perlakuan terbaik didapatkan pada penambahan selenometionin dosis 4 mg Sekg pakan. Pada dosis ini, kadar kortisol awal juvenil kerapu bebek adalah 9,17
ngmL, kemudian meningkat menjadi 33,09 ngmL nilainya paling rendah dibandingkan dengan perlakuan yang lain ketika dimasukkan ke air tawar, dan
mengalami penurunan pada jam pertama di air laut menjadi 25,27 ngmL nilainya paling rendah dibandingkan dengan perlakuan yang lain. Pada jam kedua di air
laut, kadar kortisol sudah mendekati normal 12,29 ngmL. Kadar kortisol yang tinggi juga menunjukkan ikan mengalami stres. Gambar 25 dan Lampiran 35.2
juga menunjukkan bahwa ikan mengalami stres yang hebat ketika diberi pakan tanpa penambahan selenometionin. Dari keseluruhan hasil tersebut terlihat bahwa
daya tahan tubuh juvenil kerapu bebek dapat ditingkatkan dengan penambahan selenometionin.