Berdasarkan Tabel 8 diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki tingkat pendidikan SD sebanyak 57, responden yang memiliki tingkat pendidikan
SLTP sebanyak 26, responden yang memiliki tingkat pendidikan SLTA sebanyak 11 dan responden yang memiliki tingkat pendidikan sarjana S1 sebanyak 6.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa rata-rata pendidikan responden masih rendah.
5.1.3 Pekerjaan sampingan responden
Pekerjaan sampingan responden sebagian besar adalah sebagai petani sawah yaitu sebanyak 97, sedangkan sisanya adalah sebagai pedagang yaitu
sebanyak 3 Lampiran 1.
5.1.4 Jumlah anggota keluarga responden
Jumlah anggota keluarga responden sebagian besar berkisar 1-5 orang yaitu sebanyak 63, sedangkan sisanya adalah jumlah anggota keluarga berkisar 6-7
orang yaitu sebanyak 37 Lampiran 1. Besar kecilnya jumlah anggota keluarga dapat mempengaruhi distribusi pendapatan yang diperoleh oleh masyarakat dari
Repong Damar.
5.2 Sejarah Repong Damar
Menurut de Foresta et al. 2000 bahwa pohon damar S. javanica telah dibudidayakan oleh masyarakat Pesisir Krui sejak zaman Belanda sekitar 120 tahun
yang lalu dan telah menjadi salah satu bagian dari sistem usaha tani masyarakat lokal melalui budidaya campuran pohon hutan damar dengan beberapa komoditas
pertanian baik tanaman semusim seperti padi dan tanaman tahunan lain seperti kopi, lada, dan buah-buahan.
Masyarakat setempat budaya lokal dalam membangun hutan damar dengan cara menebang tanaman non-damar tidak bermanfaattanaman pengganggu
tanaman damar, dan menanam bibit alam damar lokal dan berladang secara simultan hutan rakyat atau dengan cara membiarkan hutan terbentuk alami dan
penanaman pada sebagian kecil areal pada kawasan hutan. Kegiatan budidaya ini dilakukan secara teratur sistematik melalui tahapan dalam tahun berjenjang jenis
tanaman semusim keraspertanian-damar disajikan pada Tabel 9.
Tabel 9. Tahapan pembentukan Repong Damar Tahun ke-
Perkembangan 1
Pembukaan dan pembakaran vegetasi petak lahan bisa rimba, belukar, atau alang-alang dan penanaman padi pertama, juga
sayuran dan buah-buahan seperti pisang dan pepaya. 2
Penanaman padi seri kedua, dan penanaman kopi diantara tanaman padi tersebut
3 sampai 7 atau 8 Penanaman padi tidak dilakukan lagi, bibit damar diambil dari
petak pembibitan lalu ditanam di sela-sela tanaman kopi. Ladang juga ditanami bibit pepohonan buah-buahan, penghasil
kayu dan lain-lain. Panen kopi pertama berlangsung pada tahun keempat dengan hasil sekitar 600 kgha, panen kopi berikutnya
terus dilakukan hingga tiga atau empat tahun kemudian dan hasilnya menurun menjadi sekitar 100 kgha, setelah itu kebun
ditinggalkan. 8 sampai 20-25
Pohon-pohon damar berkembang diantara kopi mulai rusak, vegetasi sekunder mulai tumbuh, petani mengendalikan
pertumbuhannya dengan penyiangan berkala. Buah-buahan nangka, durian, duku dan lain-lain dan kayu kayu perkakas,
kayu bangunan mulai dipanen seperlunya. 20 ke atas
Penyadapan pertama getah pohon damar. Repong Damar dikembangkan terus menerus melalui pengayaan rumpang dan
penganekaragaman alami Sumber: de Foresta et al. 2000
Secara skematik dari prosestahapan budidaya Repong Damar yang dilakukan disajikan pada Gambar 4.
Gambar 4. Pola budidaya Repong Damar di Wilayah Pesisir Krui Kabupaten Lampung Barat de Foresta et al. 2000
Dari pengamatan lapangan, hutan damar yang terbentuk dengan pola bertahap dan berselang jarakwaktu dan bertingkat tumbuhan antara tanaman
semusim tanam tahunan damar sangat sulit dibedakan antara hutan alam damar pada kawasan dengan Repong Damar karena kedua-duanya sama-sama
membentuk tegakan hutan yang berlapis, sebagai pembeda hanyalah jenis tanaman pencampur komponen komunitas jenis-jenisnya.
Dalam perkembangannya, sepintas dengan pola tahapan di atas hutan yang terbentuk mempunyai keanekaragaman hayati minimum hanya damar dan
buah-buahan namun dalam perjalanannya dan perkembangannya melalui keputusan petani muncul dengan pengkayaan jenis yang bernilai ekonomis
berikutnya kemudian setelah pohon dewasa tegakan terbentuk memberi peluangmenyediakan
lingkungan atau
celah-celah yang
nyaman bagi
berkembangnya spesies tumbuhan hutan melalui penyebaran alami bahkan tidak menutup kemungkinan terjadi pengkayaan alami dengan spesies yang baru yang
bernilai ekonomis menurut pilihan petani berikutnya dan memberi naungan dan makan bagi satwa hutan yang datang dari hutan sekitar. Oleh karena proses
pemeliharaan pembebasan dari tanaman pengganggu umumnya dilakukan hanya
sekitar pohon damar, maka tumbuhan lain yang dianggap tidak mengganggu akan tumbuh dan berkembang biak sehingga setelah beberapa dekade bisa dalam
dekade 20 tahunan pertama atau berikutnya akan mencapai keseimbangan antara kebebasan regenerasi dan pengelolaan terpadu pilihanpengkayaan jenis yang
mungkin tidak akan disadari oleh petani bahwa kebun yang dikelola tersebut telah mencapai tingkat keanekaragaman yang tinggi.
Menurut de Foresta dan Michon 1995, kebun damar yang terbentuk bukan merupakan perkebunan monokultur tetapi mempunyai pola ekosistem hutan
alam dengan keanekaragaman flora dengan luasan “struktur vertikal berjenjang” dan keanekaragaman fauna dengan pola meniru hutan alam Gambar 5.
Gambar 5. Repong Damar tua yang terbangun bersama tanaman pertanian lainnya sawah di Wilayah Penengahan.
Budidaya Repong Damar ini dilakukan secara turun temurun dan terkait dengan sistem adat setempat. Atas dasar tersebut, maka pengelolaan Repong
Damar oleh masyarakat Pesisir merupakan bagian kehidupan yang terkait erat dengan nilai kehidupan sosial-ekonomi masyarakatnya.
5.3 Aspek Ekologi Pengelolaan Repong Damar