Mie Fortification Fish Meal Skipjack Tuna (Katsuwonus pelamis) on the Characteristic of Sago Noodles

Ikan cakalang mengetahui rendemen, kadar air, kadar abu, kadar protein, dan kadar lemak. Pada tahap ini akan diperoleh tepung ikan terbaik dengan kadar protein tertinggi dan kadar lemak rendah yang akan digunakan dalam proses pembuatan mie sagu. Diagram alir prosedur pembuatan tepung ikan dapat dilihat pada Gambar 2. Keterangan : bagian yang dimodifikasi Gambar 2 Diagram alir pembuatan tepung ikan cakalang Modifikasi Amirullah 2008. Pencucian dan penyiangan Pemfilletan 7 x 5 x 1 cm 3 Perendaman dengan air, asam asetat 3; natrium bikarbonat 0,8 faktor A dan lama perendaman 2, 4, dan 6 jam faktor B, dengan perbandingan 2 : 1 Pengukusan10 menit, 80 o C Pengepresan 10 menit Pengeringan pada suhu 50 o C, 5 jam Penepungan 60 mesh Tepung ikan terbaik Tepung ikan Analisis rendemen dan proksimat air, abu, protein, dan lemak

3.3.2 Penelitian Utama

Pembuatan mie sagu dilakukan mengacu pada metode CV Putra Santoso 2010 yang telah dimodifikasi. Perlakuan yang diberikan dalam pembuatan mie sagu adalah penambahan tepung ikan dengan konsentrasi 0, 2, 4, 6, dan 8. Untaian mie sagu yang utuh dibandingkan dengan SNI 01-3551-2000 tentang Mie Instan Lampiran 1. Diagram alir prosedur pembuatan mie sagu dapat dilihat pada Gambar 3. Keterangan : bagian yang dimodifikasi Gambar 3 Diagram alir pembuatan mie sagu Modifikasi CV Putra Santoso 2010. Parameter yang diamati pada penelitian utama adalah analisis organoleptik uji skoring dan uji perbandingan pasangan, dimana sampel mie sagu disajikan dalam bentuk mie basah dan diberi kode sesuai dengan konsentrasi tepung ikan. Penilaian uji skoring dan perbandingan pasangan dilakukan oleh 20 orang panelis Tepung sagu 100 + konsentrasi tepung ikan 0, 2, 4, 6, dan 8 Mie Sagu Pencampuran air 25 dan garam 2 kemudian diaduk Adonan dicampur dengan mixer 15 menit Pragelatinasi pati 30 menit Pembentukan untaian mie dengan ekstruder Pengeringan suhu ruang 10 menit Analisis organoleptik : uji skoring tekstur, warna, aroma, rasa dan uji perbandingan pasangan Analisis fisik : warna, cooking time, cooking losses dan elastisitas Analisis kimia : protein, lemak, abu, dan air, serta karbohidrat Analisis mikrostruktur SEM semi terlatih meliputi tekstur, warna, aroma, dan rasa. Analisis fisik yaitu warna, cooking time, cooking losses, dan elastisitas mie. Analisis kimia terdiri dari kadar air, kadar abu, kadar protein, dan kadar lemak serta kadar karbohidrat by difference. Analisis mikrostruktur mie sagu menggunakan Scanning Electron Microscope SEM. 3.4 Prosedur Analisis 3.4.1 Analisis organoleptik Analisis organoleptik mie sagu dalam penelitian ini menggunakan uji skoring dan uji perbandingan pasangan. Uji skoring berfungsi untuk menilai suatu sifat organoleptik yang spesifik, sedangkan uji perbandingan pasangan digunakan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan mie sagu hasil formulasi dibandingkan dengan produk komersial. 1 Uji skoring Soekarto dan Hubeis 2000 Uji skoring adalah uji yang digunakan untuk menentukan karakteristik mutu sensorik. Pelaksanaan uji adalah mie sagu disediakan dalam bentuk basah dan diberi kode sesuai dengan perlakuannya, selanjutnya panelis diminta untuk memberikan penilaian. Penilaian dilakukan oleh 20 orang panelis semi terlatih meliputi tekstur, bau, rasa, dan warna dengan nilai berkisar antara 1 sampai 7 sangat kurang sampai sangat lebih. Formulir uji peringkat produk mie sagu dapat dilihat pada Lampiran 2. 2 Uji perbandingan pasangan Soekarto dan Hubeis 2000 Uji perbandingan pasangan adalah uji yang digunakan untuk menentukan kelebihan suatu produk dibandingkan dengan produk contoh lainnya. Mie sagu yang terpilih adalah mie sagu yang paling tinggi nilai berdasarkan uji skoring, kemudian dilakukan uji perbandingan pasangan dengan mie sagu komersial yang diproduksi oleh CV Putra Santoso. Parameter yang diuji meliputi tekstur, warna, aroma, dan rasa dengan skala -3 sampai +3 sangat lebih buruk sampai sangat lebih baik. Formulir uji mie sagu terpilih dengan mie sagu komersial dapat dilihat pada Lampiran 3.

3.4.2 Analisis Fisik

1 Rendemen Rendemen merupakan hasil akhir yang dihitung berdasarkan proses input dan output. Rendemen dihitung berdasarkan berat basah dengan rumus sebagai berikut : Rendemen = x 100 2 Waktu tanak cooking time Collado et al. 2001 Air sebanyak 200 ml dipanaskan sampai mendidih, kemudian 5 gram mie yang telah dipotong sepanjang 3 cm, dimasukkan ke dalam air mendidih tersebut. Setiap 30 detik helaian mie diletakkan diantara dua gelas arloji kemudian ditekan. Waktu tanak optimum diperoleh pada saat seluruh bagian mie menyerap air dengan sempurna atau pada saat tidak terbentuk titik putih ketika mie ditekan dengan gelas arloji. Waktu dicatat mulai dari perebusan mie sagu sampai matang. 3 Cooking losses Collado et al. 2001 Cooking losses adalah kehilangan padatan akibat pemasakan. Sebanyak 5 gram sampel direbus dalam 50 ml akuades mendidih. Setelah mencapai waktu tanak optimum, mie ditiriskan dan dimasukkan ke dalam cawan petri yang telah diketahui bobotnya kemudian dikeringkan dalam oven bersuhu 100 o C sampai beratnya konstan lalu ditimbang. Kehilangan padatan akibat pemasakan KPAP dihitung berdasarkan rumus : KPAP = x 100 4 Elastisitas mie Chen et al. 2002 Elastisitas diukur menggunakan alat texture analyzer TAXT2, dengan kecepatan 3 mmdet dan force 100 g. Sehelai sampel yang telah direhidrasi dikaitkan sedemikian rupa pada kedua ujung probe, kemudian sampel ditarik oleh probe yang di atas sampai putus. Hasilnya berupa kurva yang menunjukkan hubungan antara kekuatan dan waktu. Titik puncak kekuatan positif menunjukkan nilai elastisitas gf. 5 Warna Gaurav 2003 Pengujian warna dilakukan dengan menggunakan chromameter Minolta tipe CR 200, Jepang. Chromameter terlebih dahulu dikalibrasi dengan standar