Limbah Industri Tahu Determination of C/N Ratio and development of Bioinsecticide Production by Bacillus thuringiensis Using Tofu waste Cultivation Media

menempel pada protein receptor yang berada pada langit-langit sel epitel usus serangga. Masuknya toksin kedalam membran sel usus terjadi dalam dua tahap ikatan, yaitu ikatan yang bersifat reversible dan irreversibel. Ikatan reversible sangat penting pada aktivitas racun selanjutnya, karena hilangnya ikatan akan menurunkan toksisitas racun, sebaliknya jika afinitas meningkat maka daya toksisitas racun pun meningkat Schnepf et al. 1998 di dalam Apaydin 2004. Setelah insersi ke dalam membran dan terbentuk pori terjadi influk air yang mengandung ion yang menyebabkan sel menjadi swelling dan akhirnya menjadi lisis Knowles and Ellar 1987. Pada akhirnya serangga akan mengalami gangguan pencernaan dengan berhentinya makan yang menyebabkan kematian larva. Tiga faktor yang mempengaruhi potensi delta-endotoksin adalah Jaquet et al. 1987:  Galur B. thuringiensis yang digunakan berhubungan dengan asal toksin.  Derajat kelarutan toksin dalam usus serangga sasaran, dan  Faktor intrinsik dari serangga sasaran yang berpengaruh terhadap toksin

2.4 Limbah Industri Tahu

Proses pengolahan tahu memberikan hasil samping ampas tahu dan limbah cair tahu. Prinsip pembuatan tahu pada dasarnya adalah mengekstrak protein dan mengendapkan protein tersebut menjadi tahu. Tahapan pembuatan tahu meliputi pembuatan susu kedelai dan penggumpalan protein susu kedelai menjadi tahu. Adapun diagram alir proses pembuatan tahu dapat dilihat pada Gambar 3. Menurut Jenie et al. 1994, ampas tahu masih mengandung nitrogen total dan pati yang masih cukup untuk pertumbuhan mikroba Tabel 2. Tabel 2 Komposisi kimia ampas tahu Komponen berat kering Komponen Berat mgg Air 7,00 Ca 0,8907 Abu 3,80 Mg 0,3585 Protein 19,69 Fe 0,1247 Lemak 11,30 Cu 0,0056 Serat kasar 19,47 Pb 0,0023 Pati 38,74 Zn 0,0004 Jenie et al. 1994 Keberadaan mineral dalam bahan alam seperti ampas tahu juga sangat penting untuk organisme. Ion logam yang sangat diperlukan dalam pertumbuhan dan sporulasi Bt adalah Mg 2+ , Mn 2+ , Fe 2+ , Zn 2+ , dan Ca 2+ Dulmage 1990. Gambar 3 Diagram alir proses pembuatan tahu Nuraida 1985. Pada proses pembuatan tahu, industri menggunakan bahan penggumpal protein seperti batu tahu CaSO 4 dan asam cuka CH 3 COOH. Menurut Shinta 2010, zat penggumpal batu tahu menghasilkan pH dan kadar air yang lebih tinggi serta aroma dan tekstur tahu yang lebih baik daripada jenis zat penggumpal asam cuka. Sedangkan analisis yang dilakukan Ferdian 2006 terhadap limbah yang dihasilkan juga menunjukan limbah cair tahu dengan penggumpal batu tahu mengandung unsur hara yang lebih tinggi pula Tabel 3. Kandungan Ca yang cukup tinggi dapat dimanfaatkan untuk pertumbuhan spora B. thuringiensis. Perendaman Air bersih Air matang Penggilingan Air bersih 1:9 Pemasakan T= 100 o C t = 7-14 menit Penggilingan Penggumpalan Pencetakan Pemotongan Lar. CaSO 4 2-4 Limbah cair tahu Air kotor Penyaringan Ampas tahu Kedelai Tahu Limbah cair tahu Menurut Yanus 1998, adanya mineral pada limbah cair tahu akibat penambahan batu tahu pada pembuatan tahu dapat berperan pada sintesis protease pada mikroba. Tabel 3 Komposisi komponen limbah cair tahu Mineral Limbah cair tahu dengan penggumpalan mgL Batu tahu CaSO 4 Asam Cuka CH 3 COOH N-total 434,780 226,090 Glukosa 92,000 37,000 Ca 34,030 0,036 Fe 0,197 0,107 Cu 0,118 0,067 Na 0,591 0,573 Ferdian 2006 Dengan demikian, kandungan nutrisi dalam ampas tahu dan limbah cair tahu memiliki potensi yang besar apabila dimanfaatkan sebagai media kultivasi B. thuringiensis . a b Gambar 4 Limbah cair tahu a dan ampas tahu b.

2.5 Crocidolomia binotalis