PENDAHULUAN: GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN: KAJIAN PUSTAKA: Bab dua ini lebih ditekankan pada kajian pustaka HASIL PENELITIAN: Bab ini membahas tentang Analisis Strategi PENUTUP : Bab ini merupakan bab terakhir yang merupakan bab penutup LANDASAN TEORI

Matriks SWOT. 27 Sedangkan analisis kuantitatif berpatokan pada laporan keuangan yang diberikan pengelola Yayasan Wakaf Al Muhajirien Jakapermai Bekasi, dan data kuantitatif akan diolah dengan membuat dan memasukkan data ke dalam tabel frekuensi. Hasil penelitian dibuat tabel frekuensi untuk setiap kategori dengan langsung dibuat presentase, sehingga akan langsung diketahui jumlahnya sesuai proporsi jawaban sampel dengan rumus: P = FN X 100 Dimana = P = Presentase F = Frekuensi yang dicari prestasinya N = Number of case Banyaknya sampel 7 Pedoman Penulisan Laporan Adapun teknik penulisan laporan yang digunakan dalam penulisan skripsi ini mengacu kepada buku pedoman penulisan skripsi, tesis, dan disertasi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, terbitan UIN Jakarta tahun terbitan 2005.

F. Sistematika Penulisan

BAB I. PENDAHULUAN:

Menguraikan Tentang Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Kegunaan Penelitian, Metodologi Penelitian, dan Sistematika Penulisan. 27 Keunggulan Matriks SWOT adalah dapat mempermudah strategi yang kita peroleh berdasarkan gabungan faktor internal dan eksternal.

BAB II. GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN:

Bab ketiga ini Lebih Banyak Membahas Tentang Gambaran Umum objek yang akan diteliti, Profil Yayasan Wakaf Al Muhajirien Jakapermai Bekasi, Kegiatan Usaha Yayasan Wakaf Al Muhajirien Jakapermai Bekasi, Manajemen Pengelolaan Wakaf Produktif Yayasan Wakaf Al Muhajirien Jakapermai, Bekasi, Srategi Nazhir dalam meningkatkan Pemberdayaan Wakaf Produktif.

BAB III. KAJIAN PUSTAKA: Bab dua ini lebih ditekankan pada kajian pustaka

diantaranya Pengertian, Syarat, Rukun, dan Macam-macam Wakaf, Dasar Hukum wakaf, Strategi Pengamanan dan Pengembangan Pengelolaan Wakaf Produktif.

BAB IV. HASIL PENELITIAN: Bab ini membahas tentang Analisis Strategi

Yayasan Wakaf Al Muhajirien Jakapermai Bekasi dalam Pengelolaan dan Pemberdayaan Wakaf Produktif dengan Menggunakan SWOT, Analisis Kinerja Yayasan Wakaf Al Muhajirien Jakapermai Bekasi dalam Pengelolaan dan Pemberdayaan Wakaf Produktif dengan Menggunakan Balance Scorecard . Respon Masyarakat Mengenai Yayasan Wakaf Al Muhajirien Jakapermai Bekasi

BAB V. PENUTUP : Bab ini merupakan bab terakhir yang merupakan bab penutup

yang berisi kesimpulan, dan saran.

BAB II GAMBARAN UMUM YAYASAN WAKAF AL MUHAJIRIEN

JAKAPERMAI BEKASI

A. Profil Yayasan Wakaf Al Muhajirien Jakapermai, Bekasi

1. Sejarah Berdirinya Yayasan Wakaf Al Muhajirien Jakapermai, Bekasi

Yayasan Wakaf Al Muhajirien Jakapermai awal mulanya adalah suatu pengajian di Mushalla Al Muhajirien yang berlangsung pada tanggal 14 September 1982, para jamaah lalu sepakat membentuk Yayasan dan mempercayakan Ketua Majelis Talim, Moehammad Zein, serta 6 orang jamaah bertindak untuk dan atas nama Majelis Talim Al Muhajirien. Ketujuh orang itu, pada hari Jumat, 22 Dzulqaidah 1405 Hijriyah bertepatan tanggal 9 Agustus 1985, kemudian menghadap notaris Sudirdja SH untuk mendirikan Yayasan Pendidikan Islam Al Muhajirien Jakapermai, atau YPI Al Muhajirien Jakapermai, dengan kekayaan awal Rp. 1.000.000,-, serta wakaf tanah Majelis seluas 1.700 M2, berikut bangunan Mushalla senilai 47.314.000,-. Sesuai dengan Undang-undang No. 16 tahun 2001 tentang Yayasan, maka pada tanggal 4 Oktober 2001, Yayasan telah melakukan langkah-langkah penyesuaian meliputi, nama, anggaran dasar, struktur, dan personalianya. Mengenai nama Yayasan, dirubah menjadi Yayasan Wakaf Al Muhajirien Jakapermai. Perubahan ini lebih bersifat penegasan, karena sejak ditetapkan pada tanggal 9 Agustus 1985, semua kekayaan Yayasan berupa tanah dan bangunan, merupakan Wakaf, oleh karena itu tidak bisa dijual, dijaminkan, atau digunakan untuk mendapatkan kredit dari pihak Bank atau pihak lainnya demikian ditegaskan dalam anggaran dasar yang baru, pasal 5 ayat 3, yang telah diaktekan pada notaris Ny. Dahlina Zurnaili, SH dengan nomor 21, tanggal 15 Januari 2002. 28

2. Visi dan Misi

Visi dari Yayasan adalah, untuk memantapkan pemahaman dan pengalaman Islam bagi setiap pemeluknya secara murni dan konsekuen, serta untuk turut berperan dalam membantu pemerintah di dalam memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa guna tercapainya sasaran pembinaan manusia Indonesia seutuhnya yang bertaqwa kepada Allah SWT. Misi dari Yayasan adalah, untuk mencapai maksud dan tujuan tersebut Yayasan merencanakan berbagai kegiatan dan usaha antara lain: 1. Mendirikan dan menyelenggarakan pendidikan fomal dan non formal. 2. Mendirikan dan memakmurkan MasjidMushalla. 3. Mendirikan dan menyelenggarakan perpustakaan-perputakaan dan penerbitan. 4. Mendirikan dan mengelola panti asuhan. 5. Mendirikan dan mengelola lembaga pelayanan kesehatan. 29 Yayasan Wakaf Al Muhajirien Jakapermai memiliki budaya lima pilar perjuangan, yaitu: Ikhlas, Amanah, Istiqomah, Imamah dan Jama’ah.

B. Kepengurusan Yayasan Wakaf Al Muhajirien Jakapermai, Bekasi

28 Badruzzaman Busyairi, Buku Yayasan Wakaf Al Muhajirien Jakapermai, Bekasi: Berkhidmat untuk Umat dan Bangsa, 2006, h. 6 29 Badruzzaman Busyairi, Buku Yayasan Wakaf Al Muhajirien Jakapermai, Bekasi Berkhidmat untuk Umat dan Bangsa, Ibid, h. 6 Yayasan memiliki Sumberdaya Insani yang terdapat dalam bagan kepengurusan priode 2007, sebagai berikut Stuktur Bagan Kepengurusan : Kepengurusan dibantu beberapa orang staff dan karyawan yang seluruhnya berjumlah lebih dari 160-an orang. 30

C. Kegiatan dan Amaliyah Yayasan Wakaf Al Muhajirien Jakapermai, Bekasi

Yayasan Wakaf Al Muhajirien Jakapermai dahulunya adalah Yayasan Pendidikan Islam Al Muhajirien Jakapermai, maka gerak amaliah warga Muslim di 30 M. Eko Purwanto, Staff SDI, Wawancara Pribadi, Kantor YW Al Muhajirien, Bekasi, 30 November 2007.

H. EDDIE FAISHAL

Ketua Badan Pembina ATMAJAYA SALIM, SH Pengawas Ir. H. ADI W. MUDIGDO Pengawas Ir. H. M. ASIKIN Ketua H.M. ALI SUBEKTI Hj. Siti Sulaeha Bendahara H. OMID SUNARYA H. INDRA JAYA Sekretaris Hj. Banu Pratitis, P. hD Kabid Pendidikan

H. BADRUZZAMAN Busyairi

Kabid Kemasjidan

H. HERMANSYAH

Kabid Pemb. Pemeliharaan

H. TJETJEP R.

Kabid Peng. Usaha kawasan perumahan Jakapermai lebih semarak, diantaranya: pendidikan, talim, ibadah, dakwah, sosial, usaha, dan lain-lain. Dalam mencapai tujuan tersebut, Yayasan melakukan berbagai kegiatan dan usaha, antara lain: 1 Bidang Pendidikan Yayasan Wakaf Al Muhajirien Jakapermai memberdayakan wakaf pendidikan sesuai visi dan misi yang telah dibuat yaitu melaksanakan pendidikan yang bermutu guna untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan Negara. Pada tahun 1986 Yayasan melakukan kerjasama dengan Yayasan Pendidikan Islam Al Azhar, Kebayoran Baru, Jakarta, untuk membuka sekolah Islam Al Azhar di Jakapermai dan kemang Pratama. Masyarakat pun menyambutnya dengan baik rencana dari Yayasan, karena memang pendidikan yang memuat ajaran agama Islam sangat dibutuhkan untuk melanjutkan generasi yang Islami berlandaskan Al Quran dan Al Hadist guna meningkatkan IMTAQ Ilmu, Iman, dan Ketakwaan mereka kelak. Al Hamdulillah pada tahun 2004 terdapat 10 unit sekolah Islam Al Azhar di Jakapermai dan Kemang Pratama, mulai dari kelompok bermain Play Group hingga SMU dan Madrasah Diniyah, dengan murid 4.860 orang anak. 2 Bidang Kemasjidan 31 Bidang Kemasjidan merupakan salah satu bidang kegiatan Yayasan Wakaf Al Muhajirien Jakapermai, yang bertugas: 31 Badruzzaman Busyairi, Kabid Kemasjidan, LPJ Yayasan Wakaf Al Muhajirien Jakapermai, TB 2005-2006 1. Mengelola kantor Bidang Kemasjidan, 2. Memakmurkan Masjid Jami’ Al Azhar Jakapermai dan Mushalla Al Muhajirien. 3. Memberdayakan sumber daya insani yang ada di dalamnya. Program kerja Bidang Kemasjidan 1. Pelaksanaan Peribadatan Pelaksanaan Shalat Rawatib, Shalat Jum’at, Qiyamul-Lail, Idul Fitri Adha , Shalat Jenazah, PengIslaman, Pelayanan Upacara Akad Nikah

2. Pelaksanaan Taklim dan Kajian Islam

Kegiatan Taklim dan Kajian Islam yang diselenggarakan Bidang Kemasjidan meliputi: Kuliah Dhuha, Tasmi’ Hifzil Quran, Pengajian Muslimat, dan Kultum. Kegiatan Kajian Islam yang diselenggarakan Masjid meliputi: Sarasehan, Bedah Buku, Kajian Tafsir dan Hadist, Metodologi Penterjemahan Al Quran, Kajian Hukum Islam, dan Kajian Khusus untuk Remaja.

3. Pelaksanaan Peringatan Hari-hari Besar Islam PHBI

1 Amaliah Ramadhan Kegiatan Amaliah Ramadhan Masjid Jami’ Al Azhar Jakaperma meliputi; Shalat Tarawih, Shalat Witir serta Kuliah Ramadhan, Tadarus Al Quran, I’tiqaf Ramadhan, Buka Puasa Bersama, Sahur Bersama, dan Pengumpulan Zakat Fitrah, Maal dan Wakaf Pembangunan Masjid. 2 Idul Fitri Halal bil Halal, Kegiatan diawali dengan: Pembagian Zakat Fitrah, Takbir Keliling, Shalat Idul Fitri, dan Silaturrahim Idul Fitri, sekaligus pembukaan Kuliah Dhuha. 3 Idul Adha, Kegiatan diawali dengan; Pengumpulan Hewan Qurban, Shalat Idul Adha, dan Penyembelihan dan Penyaluran Hewan Qurban 4 Pekan Muharram Tahun Baru Islam

4. Pelaksanaan Pelayanan Umat

Kegiatan pelayanan umat yang dilakukan Masjid meliputi: 1 Pelayanan Jenazah Sejak pertengahan Desember 2005, Yayasan telah menyediakan mobil jenazah tertulis: Ambulance, dan telah digunakan bagi kepentingan layanan jenazah bagi para anggota dan masyarakat luas. 2 Pemberian Beasiswa untuk Anak Asuh. Kegiatan ini dilakukan oleh Muslimat di bawah koordinasi Kabid Kemasjidan. Pada mulanya anak-anak yang disantuni sebanyak 52 anak, namun kini TP. 20062007 bertambah menjadi 74 anak, mereka setiap bulan mendapat bantuan dana pendidikan yang besarnya bervariasi sesuai kebutuhan, baik untuk SPP maupun untuk keperluan pembelian alat-alat tulis. Diantara mereka yang mendapat santunan rutin berupa beasiswa itu, ada yang telah menamatkan pendidikannya hingga ke sekolah menangah atas dan telah bekerja di berbagai lapangan pekerjaan. 3 Bimbingan Haji dan Umrah Dalam rangka membantu para jamaah yang akan menunaikan ibadah haji dan umrah, sejak musim haji 1425 H, Masjid Jami’ Al Azhar Jakapermai mengadakan Kelompok Bimbingan Ibadah Haji KBIH dengan nama KBIH Al Azhar Bekasi. Melalui SK nomor 192004, tanggal 12 Shafar 1425 H 2 April 2004, Yayasan telah menunjuk Pengelola KBIH Al Azhar Bekasi. Pada tanggal 29 Rabiul Awal 1425 H 19 Mei 2004, Kanwil Dep. Agama Propinsi Jawa Barat telah mengeluarkan surat izin operasional KBIH Al Azhar Bekasi, dengan nomor KW.10.33HJ.0737592004. Lantas pada Sabtu, 6 Jumadil Akhir 1425 H 24 Juli 2004, untuk pertama kalinya diadakan Kursus Manasik Haji. Diikuti 42 orang peserta, dan 13 orang di antaranya menunaikan ibadah haji bergabung dengan KBIH Al Azhar Bekasi. 4 Membantu Korban Bencana Alam di berbagai daerah 5 Korban Penganiayaan Muslim di Ambon 6 Korban Kebiadaban Zionis Israel di Palestina dan Libanon 7 Menyantuni Musafir, Fakir, Miskin, Orang-orang Muallaf, dhuafa dan Pelajar dan mahasiswa yang tidak mampu membayar SPP, semesteranujian 8 Pembangunan Madrasah, Masjid dan Mushalla di berbagai daerah Selain membantu para musafir yang kehabisan bekal dan kaum dhuafa lainnya, Masjid juga turut serta memberikan bantuan bagi pembangunan sarana kegiatan Islam di wilayah sekitar Masjid dan wilayah yang lebih luas, baik berupa pembangunan masjid, mushalla, madrasah, dan lain lain. Dana untuk membantu kegiatan ini diperoleh dari jama’ah yang selama ini memberikan ZIS nya melalui Masjid. Sesuai dengan tuntunan ajaran Islam, sebagian dana ZIS itu ada yang diperuntukkan bagi pembangunan sarana kepentingan masyarakatIslam 9 Konsultasi Masalah Keluarga dan Tempat Peribadatan 10 Mengadakan Donor Darah

5. Pelaksanaan Penerbitan

Sejak awal kegiatan menerima amanah untuk membantu dalam mengelola Masjid Jami’ Al Azhar, program penerbitan bagi Masjid menjadi salah satu program utamanya. Beberapa penerbitan telah dilaksanakan, meliputi: Buletin mimbar Istiqomah, Makalah-Makalah Kuliah Dhuha, Majalah Dinding, dan Buku Bacaan. Dalam rangka memakmurkan Masjid, dikembangkan pula kegiatan penerbitan buku-buku bacaan, dengan nama Pustaka Al Muhajirien, dan telah terdaftar di Perpustakaan Nasional, untuk pertama kalinya diterbitkan buku renungan Di Balik Musibah Bencana, tulisan Badruzzaman Busyairi. Program kerja Bidang Kemasjidan, dapat berjalan lancar dan mendapat sambutan yang baik dari jamaah khususnya, serta kaum muslimin pada umumnya, hal ini terlihat dari: 1. Semakin banyaknya jamaah yang hadir di Masjid dalam setiap kegiatan 2. Meningkatnya perolehan wakaf, zakat, infak dan shodaqoh. Beberapa faktor pendukung makin makmurnya Masjid Jami’Al Azhar Jakapermai Bekasi, di antaranya karena; 1. Lokasinya yang strategis berada di pinggir jalan raya yang ramai dari dan menuju ke Jakarta 2. Bangunannya yang besar dan megah 3. Kegiatan-kegiatannya yang semarak 4. Para pengisi kegiatan khatib, imam dan pengajarustad yang berkualitas 5. Partisipasi Jama’ah yang cukup besar. 32

D. Manajemen Pengelolaan Wakaf Produktif Yayasan Wakaf Al Muhajirien

Jakapermai, Bekas Manajemen pengelolaan yang dilakukan oleh nazhir wakaf Yayasan Wakaf Al Muhajirien Jakapermai, Bekasi adalah dengan mengikuti 4 sifat yang dimiliki Rasulullah SAW yang dapat dikategorikan sebagai perbuatan profesional diantranya: 33 1 Amanah dapat dipercaya 2 Shiddiq jujur 3 Fathanah cerdasbrillian 4 Tabligh menyampaikan informasi yang benartransparan. Perkembangan Pengelolaan Yayasan Wakaf Al Muhajirien Jakapermai, Bekasi, jika dilihat dari 5 tahun kebelakang dimulai dari tahun buku 2001 sampai tahun 2006 mengalami kemajuan pendapatan. Bila diukur dari total asset, selama tahun 2001 hingga tahun 2006, Yayasan Wakaf Al Muhajirien Jakapermai, Bekasi merupakan Yayasan Wakaf yang berada pada pertumbuhan. 32 Badruzzaman Busyairi, Bidang Kemasjidan, Wawancara Pribadi, Kantor YW Al Muhajirien, Bekasi, Ibid. 33 Sumber: LPJ Yayasan Wakaf Al Muhajirien Jakapermai, TB 2005-2006 Tabel 2.1 34 YAYASAN WAKAF AL MUHAJIRIEN JAKAPERMAI PENDAPATAN DAN BIAYA 2001-2006 RP JUTA Juni 01 Juni 02 Juni 03 Juni 04 Juni 05 Juni 06 5 TAHUN ACTUAL ACTUAL ACTUAL ACTUAL ACTUAL ACTUAL ACTUAL Uang Sekolah 6,369 8,673 9,428 12,116 14,314 16,859 61,390 Infaq Pendidikan 6,782 7,830 8,918 10,649 12,873 14,327 54,597 Pendapatan Bersih 13,151 16,503 18,346 22,765 27,187 31,186 115,987 Biaya Sekolah -8,921 -11,317 -13,728 -16,638 -18,745 -21,998 -82,426 dari Pendapatan Bersih -68 -69 -75 -73 -69 -71 -71 Kelebihan Pendapatan atas 4,230 5,186 4,618 6,127 8,442 9,188 33,561 Biaya Sekolah 32 31 25 27 31 29 29 Biaya Umum dan Administrasi -1,524 -1,792 -2,478 -3,036 -3,321 -4,110 -14,737 -12 -11 -14 -13 -12 -13 -13 Kelebihan Pend. atas Biaya 2,706 3,394 2,140 3,091 5,121 5,078 18,824 Sebelum Pend. Biaya lain- lain 21 21 12 14 19 16 16 Pendapatan Biaya Lain-lain Pendapatan Jasa Tabungan 35 45 111 332 181 222 891 Pendapatan lain-lain 102 196 548 153 284 427 1,608 Infak untuk Jamiyyah -170 -202 -245 -307 -363 -421 -1,538 Porsi Musyarakah BMI -1,253 -1,766 -1,610 -1,556 -2,143 -1,280 -8,355 Infak untuk Al Azhar -328 -896 -1,058 -1,170 -2,335 -3,123 -8,582 Jumlah Pend. Biaya Lain- lain -1,614 -2,623 -2,254 -2,548 -4,376 -4,175 -15,976 Kelebihan Pendapatan atas Biaya Bersih Thn Berjalan 1,092 771 -114 543 745 903 2,848 Kelebihan Pend.sd Thn Lalu -1,182 -90 681 567 1,110 1,855 -90 Penyesuaian 0 0 0 0 0 0 0 Kelebihan Pend atas Biaya -1,182 -90 681 567 1,110 1,855 -90 sd Thn Lalu setelah Penyes. Kelebihan Pend. Atas Biaya -90 681 567 1,110 1,855 2,758 2,758 sd Tahun Berjalan Realisasi hasil usaha dalam Tahun Buku 2005-2006 mengalami peningkatan dibanding hasil usaha tahun sebelumnya, pendapatan dalam TB 2005-2006 berjumlah Rp 31,186 milyar, bertambah sebesar Rp 3,998 miliar atau 34 Sumber: LPJ Yayasan Wakaf Al Muhajirien Jakapermai, TB 2005-2006, Ibid 15 di atas pendapatan dalam TB 2004-2005. Kenaikan pendapatan dalam TB 2005-2006 ini adalah berkat Kenaikan uang sekolahinfak pendidikan pada Penerimaan Murid Baru untuk TP 2005-2006. a Pertambahan jumlah murid baru atau murid yang mutasi ke sekolah-sekolah Al Azhar di Jakapermai dan Kemang Pratama, dan b Efektitivitas penagihan dan administrasi serta disiplin uang sekolah. Kenaikan uang sekolah masih tetap berpegang pada musyawarah dengan orang tua murid bahwa hanya sekali dalam dua tahun. Namun, untuk PMB Penerimaan Murid Baru setiap tahun disesuaikan dengan proyeksi kenaikan biaya pendidikan tahun bersangkutan. Biaya Operasi Sekolah BOS dalam Tahun Buku 2005-2006 adalah Rp 21,998 miliar, atau 70,5 dari jumlah Pendapatan. Ratio ini lebih besar dari ratio tahun lalu yaitu 68,9 , tapi lebih baik dari ratio dalam anggaran sebesar 71,3 . Biaya Overhead Yayasan untuk berjumlah Rp 4,110 milyar, atau 13 dari Pendapatan, dan berbanding dengan tahun lalu sebesar Rp 3,321 milyar, atau 12,2 dari Pendapatan. Bagi hasil Musyarakah BMI yang dihitung untuk TB 2005-2006 adalah : a. 10,74 dari jumlah musyarakah = Rp 0,983 milyar b. Bagi hasil yang tertunda sd Juni 2005 = Rp 0,587 milyar Jumlah = Rp 1,570 milyar Yang menjadi beban Tahun Buku 2005-2006 adalah sebesar Rp.0,983 milyar karena Rp.0,587 milyar telah menjadi beban Tahun Buku sebelumnya. Mulai Tahun Buku 2005-2006 BMI sudah setuju bahwa untuk menentukan pembagian hasil, maka penyusutan depreciation dapat diperhitungkan sebesar 50 dari jumlah penyusutan, sedangkan, pembayaran bagi hasil, cash flow nya dibatasi sampai jumlah 17 dari jumlah musyarakah. Jadi, nanti tiap akhir tahun akan terdapat jumlah bagi hasil yang ditahan pembayarannya, bila perhitungan bagi hasil melampaui 17 , sebaliknya, bila perhitungan kurang dari 17 , maka saldo yang ditahan tahun lalu ditambahkan kembali. 35 Pengeluaran atau penanaman untuk aktiva tetap capital expenditures adalah pengeluaran untuk pembelian atau pembangunan harta tetap, seperti tanah, gedungbangunan, kendaraan dan barang-barang inventaris equipment. Mengingat sifat penanaman dalam aktiva ini berdampak besar, menyangkut aspek-aspek manfaat, kebutuhan dan pendanaan, maka menjadi suatu standard procedure bagi management suatu organisasibadan usaha yang dikelola secara profesional untuk selalu menganut paham hati-hati dan konservatif sebelum melakukan penambahan aktiva tetap. 36 Mengingat sifat usaha Yayasan, yaitu dalam bidang pendidikan, sosial dan ibadah, maka kebutuhan untuk penambahan aktiva tetap setiap tahun selalu ada dan harus dilakukan demi mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan yang ingin diberikan kepada anak didik dan jama’ah, setelah melalui analisis dan pengkajian yang sempurna. 35 Sumber: LPJ Yayasan Wakaf Al Muhajirien Jakapermai, TB 2005-2006, Ibid 36 Sumber: LPJ Yayasan Wakaf Al Muhajirien Jakapermai, TB 2005-2006, Ibid

E. Strategi Yayasan Wakaf Al Muhajirien Jakapermai Bekasi Dalam

Meningkatkan Pengelolaan dan Pemberdayaan Wakaf Produktif Dalam Undang-undang RI No. 41 Tahun 2000 tentang Wakaf disebutkan bahwa Nazhir terdiri perseorangan, organisasi dan badan hukum. Yayasan Wakaf Al Muhajirien Jakapermai Bekasi adalah Pengelola harta wakaf Nazhir berbentuk organisasi dan badan hukum sebagai pihak yang menerima harta benda wakaf dari wakif untuk dikelola dan dikembangkan sesuai dengan peruntukannya. Dengan demikian, Yayasan Wakaf Al Muhajirien Jakapermai Bekasi sebagai Pengelola wakafNazhir mempunyai tugas yag relatif berat, sebab tidak hanya menerima, tetapi juga mengelola agar harta wakaf dapat berkembang dengan baik, dan mendistribusikanya kepada pihak-pihak yang berhak menerimanya. Yayasan Wakaf Al Muhajirien Jakapermai Bekasi memiliki budaya lima pilar perjuangan, yaitu : Ikhlas, Amanah, Istiqomah, Imamah dan Jama’ah. Dalam bahasa manajemen, Nazhir bisa dikatakan sebagai manajer harta wakaf, Yayasan Wakaf Al Muhajirien Jakapermai Bekasi sebagai Pengelola wakafNazhir dituntut untuk mempunyai berbagai keterampilan manajerial supaya dapat melaksanakan tugas dengan baik. Bahkan Yayasan Wakaf Al Muhajirien Jakapermai Bekasi sebagai Pengelola wakafNazhir harus mempunyai visi, misi dan memenuhi persyaratan yang ditentukan syari dan peraturan perundang-undangan. Seperti yang telah diungkapkan sebelumnya bahwa Yayasan Wakaf Al Muhajirien Jakapermai Bekasi memiliki visi dan misi yang jelas dan telah menjadi Yayasan Wakaf yang amanah dan profesional dan mampu mengembangkan harta wakaf secara produktif untuk pemberdayaan ekonomi umat dan juga dapat menjadi pelopor dalam pengurusan harta wakaf secara produktif. Strategi Yayasan Wakaf Al Muhajirien Jakapermai Bekasi dalam pemberdayaan harta wakaf secara produktif antara lain yaitu: 37 1 Mengelola harta wakaf dengan baik, sehingga harta wakaf tidak hanya bernilai konsumtif tetapi produktif. 2 Menumbuhkan kepercayaan Wakif melalui pengelolaan harta wakaf yang amanah dan bertanggung jawab. 3 Mendorong pertumbuhan ekonomi umat dan mengoptimalkan peran wakaf dalam sektor sosial dan ekonomi produktif. 4 Menyadarkan masyarakat terhadap gerakan wakaf sebagai salah satu amal jariyah yang dapat membawa kebahagiaan tidak hanya di dunia tetapi juga di akhirat. 5 Memberikan kontribusi kepada kesejahteraan umat, baik melalui bantuan konsumtif atau modal usaha produktif. 6 Memanfaatkan media masa, baik cetak maupun elektronik dalam mempublikasikan Yayasan Wakaf Al Muhajirien Jakapermai Bekasi sebagai pengelola yang memberdayakan wakaf produktif agar masyarakat tergerak untuk memberdayakan wakaf produktif juga. 7 Menjalin kerjasama dengan berbagai pihak untuk perkembangan dan kemajuan Yayasan Wakaf Al Muhajirien Jakapermai Bekasi ke depan. Itulah beberapa strategi yang dikembangkan oleh Nazhir WakafPengurus dan Pengelola Wakaf Yayasan Wakaf Al Muhajirien Jakapermai Bekasi hal tersebut 37 M. Eko Purwanto, Staff SDI, Wawancara Pribadi, Kantor YW Al Muhajirien, Bekasi, 30 November 2007 dilakukan guna meningkatkan pemberdayaan harta wakaf yang dikelola dan dikembangkan oleh Yayasan Wakaf Al Muhajirien Jakapermai Bekasi.

BAB III LANDASAN TEORI

KONSEP MANAJEMEN STRATEGI DAN BALANCE SCORECARD SERTA KONSEP WAKAF PRODUKTIF A. Konsep manajemen strategi dan Balance Scorecard

1. Konsep Manajemen Strategi

1 Pengertian strategi Secara bahasa strategi adalah ilmu siasat atau tipu muslihat untuk mencapai maksud. 38 Dalam bahasa Yunani yaitu strategos yaitu berarti general ship atau sesuatu yang dikerjakan oleh para jendral perang dalam membuat rencana untuk memenangkan perang. 39 Jika dilihat dari pengertian tersebut, strategi pada awalnya digunakan oleh dunia militer untuk memenangkan suatu peperangan, hingga kemudian menjadi suatu konsep yang digunakan dalam persaingan bisnis. Menurut Stephanie K. Marrus, yang dikutip oleh Sukristono 1995 strategi didefinisikan sebagai suatu proses penentuan rencana para pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut dapat dicapai. 40 Griffin 2000 mendefinisikan strategi adalah sebagai berikut: Strategi is a comprehenshive plan for accomplishing an organizations goals strategi tidak 38 John M. Echos dan Hasan Sadli, Kamus Inggris Indonesia Jakarta: Gramedia, 1996 h. 560 39 Agustinus Sri Wahyudi, Manajemen Strategi Pengantar Proses Berfikir Strategis Jakarta: Binarupa Aksara 1996 h. 19 40 Husein Umar, Strategic Managemen in Action Jakarta: Gramedia, 2001 h. 31 hanya sekedar mencapai, akan tetapi strategi juga dimaksudkan untuk mempertahankan kelangsungan organisasi di lingkungan di mana organisasi tersebut menjalankan aktivitasnya. 41 Kenneth R. Andrews menyatakan bahwa strategi perusahaan ialah pola keputusan perusahaan yang menentukan dan mengungkapkan sasaran, maksud atau tujuan yang menghasilkan kebijaksanaan utama dan merencanakan untuk pencapaian tujuan serta merinci jangkauan bisnis yang akan dikejar oleh perusahaanorganisasi. 42 Jadi, strategi ialah penetapan arah keseluruhan dari bisnis sedangkan taktik merupakan implementasi dari strategi yang menentukan pada bagian-bagian tertentu dalam kegiatan berbisnis. Setiap perusahaanorganisasi memerlukan strategi, terutama strategi bisnis guna menjalankan usahanya agar tetap survive dan unggul dalam bersaing. Strategi dibagi dalam 2 bagian, yaitu Grand Strategy strategi besar dan Core Strategy strategi inti. Jika Grand Strategy sudah optimal diterapkan, maka diharapkan kegiatan pemasaran perusahaan dapat diarahkan untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan, perusahaan akan menguasai market share yang luas ataupun market position yang mantap. Market share artinya penguasaan luas pasar sedang market position ialah kedudukan yang kokoh dari suatu produk. 43 41 Ernie Tisnawati Sule dan Kurniawan Saefullah, Pengantar Manajemen Jakarta: Prenada Media, 2005 ed. 1 h. 132 42 Bukhari Alma, Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa, Bandung: Alfabet, 1992, edisi ke- 2, h. 201 43 Bukhari Alma, Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa, Ibid, h. 201 Menurut konsepnya, strategi dapat diimplementasikan dengan efektif pertama, strategi yang dirumuskan harus konsisten dengan situasi persaingan yang dihadapi oleh perusahaan artinya strategi yang dirumuskan harus mampu memperoleh manfaat dari berbagai peluang yang akan timbul dan memperkecil dampak berbagai faktor yang sifatnya negatif. Kedua, strategi harus memperhitungkan kemampuan perusahaan menyediakan berbagai daya, sarana, prasarana, dan dana yang diperlukan untuk mengoperasiakan strategi. Ketiga , strategi yang telah ditentukan dioperasikan secara teliti. Untuk menyadari bahwa tolak ukur tentang tepat atau tidaknya suatu strategi tidak terlihat pada proses perumusan saja, akan tetapi pada waktu dilaksanakan. 44 Strategi akan berfungsi untuk mengarahkan tingkah laku organisasi di dalam lingkungan, pemilihan strategi tertentu mencerminkan bagaimana rencana memadukan kekuatan dan kelemahan organisasi dengan kesempatan dan hambatan yang terdapat dalam lingkungannya. 45

2. Pengertian manajemen strategi

Manajemen strategi didefinisikan sebagai proses pengambilan keputusan yang bersifat mendasar dan menyeluruh, disertai penetapan cara melaksanakannya yang dibuat dan diimplementasikan oleh seluruh jajaran dalam organisasi untuk mencapai tujuan. Definisi lain menyatakan bahwa 44 Prof. DR. Sondang. P. Siagian MPA, Manajemen Stratejik Jakarta: Bumi Aksara, 2002, cet. Ke-4, h. 102-103 45 Gugup Kusmono, Manajemen Lanjutan, Jakarta: Karunika Universitas terbuka, 1997, h. 129 manajemen strategi adalah sebagai ilmu tentang perumusan, pelaksanaan dan evaluasi keputusan lintas fungsional yang memungkinkan organisasi mencapai tujuannya. 46 Fungsi manajemen strategi adalah sebagai berikut: 1 Dapat mengurangi ketidakpastiaan dan kekomplekan dalam menyusun perencanaan sebagai fungsi manajemen dan dalam proses pekerjaan dengan menggunakan sumber daya yang ada secara nyata dimiliki melalui proses yang terintegrasi dalam fungsi manajemen lainnya dan dapat dinilai hasilnya berdasarkan tujuan organisasi. 2 Sebagai paradigma baru di lingkungan organisasi non profit, dapat mendorong perilaku proaktif semua pihak ikut serta sesuai posisi wewenang dan tanggung jawab masing-masing. 3 Sebagai sarana dalam mengkomunikasikan gagasan, kreativitas, prakarsa, inovasi dan informasi baru serta cara merespon perubahan dan perkembangan lingkungan operasional pada semua pihak sesuai wewenang dan tanggung jawabnya. 47

2. Konsep Balance Scorecard

1 Pengertian Balance Scorecard Kata benda score merujuk pada makna penghargaan atas poin-poin yang dihasilkan seperti dalam permainan. Dalam konteks sebagai kata kerja, score berarti memberi angka. Dengan makna yang lebih bebas, scorecard 46 Fred R. David, Manajemen Strategi Konsep, Jakarta: PT. Indeks, 2004, edisi ke-9, h. 5 47 Hadari Nawawi, Manajemen Strategik; Organisasi Not Profit Bidang Pemerintahaan Op. Cit. h. 183 berarti suatu kesadaran bersama di mana segala sesuatu perlu diukur. 48 Pengukuran menjadi suatu hal yang vital sebelum kita melakukan evaluasi atau pengendalian terhadap suatu objek. Adapun, balance scorecard mempunyai makna bahwa scorecard adalah kartu yang digunakan untuk mencatat skor hasil kinerja seseorang dan suatu kelompok, juga untuk mencatat rencana skor yang hendak diwujudkan. Sementara itu, pengertian balance adalah bahwa kinerja seseorang atau kelompok tertentu akan diukur secara berimbang. Berimbang antara sisi internal dan eksternal perusahaan dan berimbang pula antara perspektif proses dan orang. 49 Dengan demikian, balance scorecard merupakan suatu sistem manajemen, pengukuran dan pengendalian yang secara cepat, tepat dan komprehensif dapat memberikan pemahaman kepada manajer tentang performance bisnis. Selain itu balance scorecard adalah suatu kerangka kerja baru untuk mengintegrasikan berbagai ukuran yang diturunkan dari strategi perusahaan. Pengukuran kinerja tersebut memandang unit bisnis dari empat perspektif, yaitu perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif bisnis dalam perusahaan serta proses pembelajaran dan pertumbuhan, yang diturunkan dari proses penerjemahan strategi perusahaan yang dilaksanakan secara eksplisit dan ketat ke dalam berbagai tujuan dan ukuran yang nyata. 48 Sony Yuwono, dkk, Petunjuk Praktis Penyusunan Balance Scorecard: Menuju Organisasi Yang Berfokus Pada Strategi , Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2006, cet. 4, h. 6 49 Husein Umar, Evaluasi Kinerja Perusahaan; Teknik Evaluasi Bisnis Kinerja Perusahaan secara Kompherensif dan Modern , Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2005, cet. 3, h.168 2 Persyaratan dan Manfaat Sistem Pengukuran Kinerja 1. Persyaratan sistem pengukuran kinerja Dengan munculnya berbagai paradigma baru di mana bisnis harus digerakan oleh customer focused, suatu sistem pengukuran kinerja yang efektif, paling tidak harus memiliki syarat-syarat sebagai berikut: b. Didasarkan pada masing-masing aktivitas dan karakteristik organisasiyayasan wakaf itu sendiri sesuai perspektif pelangganmasyarakat. c. Evaluasi atas berbagai aktivitas, menggunakan ukuran-ukuran kinerja yang customer-validated. d. Sesuai dengan seluruh aspek kinerja aktivitas yang mempengaruhi pelangganmasyarakat, sehingga menghasilkan penilaian yang komprehensif. e. Memberikan umpan balik untuk membantu seluruh anggota organisasiyayasan wakaf mengenali masalah-masalah yang ada kemungkinan untuk dilakukan perbaikan. 50 2 Manfaat pengukuran kinerja Adapun manfaat dari pengukuran kinerja, adalah sebagai berikut: 1 Menelusuri kinerja terhadap harapan peluang pelangganmasyarakat, sehingga akan membawa OrganisasiYayasan wakaf lebih dekat pada pelanggannyamasyarakatnya dan membuat seluruh orang dalam 50 Sony Yuwono, dkk, Petunjuk Praktis Penyusunan Balance Scorecard: Menuju Organisasi Yang Berfokus Pada Strategi , Op. Cit, h. 29 OrganisasiYayasan wakaf terlibat dalam upaya memberi kepuasan pelangganmasyarakat. 2 Memotivasi pegawai untuk melakukan pelayanan sebagai bagian dari mata rantai pelangganmasyarakat dan pemasok internal. 3 Mengidentifikasi berbagai pemborosan sekaligus mendorong upaya- upaya pengurangan terhadap pemborosan tersebut reduction of waste . 4 Membuat suatu tujuan strategis biasanya masih kabur menjadi lebih konkrit, sehingga mempercepat proses pembelajaran OrganisasiYayasan wakaf. 5 Membangun konsensus untuk melakukan suatu perubahan dengan memberi reward atas perilaku yang diharapkan tersebut. 51

3. Aspek-aspek yang diukur dalam Balance Scorecard

Balance Scorecard memberi kerangka kerja dan bahasa untuk mengkomunikasikan misi dan strategi. Scorecard menggunakan pengukuran untuk memberi informasi kepada para pekerja tentang faktor yang mendorong keberhasilan saat ini dan yang akan datang. Dengan mengartikulasikan hasil yang diinginkan perusahaan dan faktor pendorong hasil-hasil tersebut, para eksekutif senior berharap dapat menyalurkan energi, kemampuan dan pengetahuan spesifik sumber daya manusia perusahaan menuju ke arah tercapainya tujuan jangka panjang. 51 Sony Yuwono, dkk, Petunjuk Praktis Penyusunan Balance Scorecard: Menuju Organisasi Yang Berfokus Pada Strategi, Ibid, h. 29 Pemahaman sistem balance scorecard perlu didukung melalui modelnya. Berikut disajikan model sistem balance scorecard: Financial perspective How do we look to our shareolder? Customer Organization perspective Vision learning How do we look And Are we able to to our customer? Strategi sustain inovation change and improvement? Bussiness Process What bussiness process are the value drive? Gambar 3.1 Model Sistem Balance Scorecard 52 Dari sistem model balance scorecard di atas maka dapat dijelaskan bahwa aspekperspektif finansial keuangan mengukur hasil tertinggi yang dapat diberikan kepada pemegang sahamnya atau bagaimana penampilan perusahaan dimata pemegang saham. Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan langsung bisnis 52 Robert S. Kaplan dan David R. Norton, Balance Scorecard: Translating Strategy Into Action Ibid, h. 9 keseluruhan untuk mencapai sukses di masa mendatang, orang-orang dalam organisasi dan infrastrukturnya atau apakah perusahaan dapat melakukan perbaikan dan menciptakan nilai secara berkesinambungan. Perspektif bisnis internal lebih memfokuskan perhatiannya pada kinerja kunci proses internal yang mendorong bisnis perusahaan atau dengan kata lain proses bisnis apa yang harus ditingkatkan atau diperbaiki oleh perusahaanyayasan wakaf, dan yang terakhir yaitu perspektif pelanggankonsumen, lebih memfokuskan terhadap kebutuhan dan kepuasan pelanggankonsumen termasuk mengelola pangsa pasarnya sehingga perusahaanyayasan wakaf mengharapkan bagaimana pandangan para pelanggankonsumen terhadap perusahaanyayasan wakaf.

1. Perspektif Keuangan

Pengukuran kinerja keuangan akan menunjukkan apakah perencanaan dan pelaksanaan strategi memberikan perbaikan yang mendasar bagi keuangan perusahaanyayasan wakaf. Perbaikan-perbaikan ini tercermin dalam sasaran-sasaran yang secara khusus berhubungan dengan keuntungan yang terukur, pertumbuhan usaha dan penilai pemegang saham. Balance scorecard dapat membuat tujuan finansial menjadi eksplisit dan dapat disesuaikan untuk setiap unit bisnis dalam berbagai tahap pertumbuhan dan siklus hidup yang berbeda. 53 Pengukuran kinerja keuangan mempertimbangkan adanya tahapan dari siklus bisnis, yaitu: 54 53 Sony Yuwono, dkk, Petunjuk Praktis Penyusunan Balance Scorecard: Menuju Organisasi Yang Berfokus Pada Strategi, Op. Cit, h. 31 54 Robert S. Kaplan dan David R. Norton, Balance Scorecard: Translating Strategy Into Action,Op. Cit, h. 48 Growth adalah tahapan awal siklus kehidupan perusahaanyayasan wakaf di mana perusahaanyayasan wakaf memiliki programproduk yang secara signifikan memiliki potensi pertumbuhan terbaik. Sustain adalah tahapan kedua di mana perusahaanyayasan wakaf masih melakukan investasi dan reinvestasi dengan mengisyaratkan tingkat pengembalian terbaik. Artinya perusahaan mencoba mempertahankan pangsa pasar yang ada, bahkan mengembangkan menambah usaha baru Harvest adalah tahapan ketiga di mana perusahaanyayasan wakaf benar-benar memanenmenuai hasil investasi ditahap-tahap sebelumnya. Sasaran keuangan utama dalam tahap ini, sehingga diambil sebagai tolok ukur adalah memaksimumkan arus kas masuk dan pengurangan modal kerja. 55

2. Perspektif Pelanggan

Filosofi manajemen terkini telah menunjukan peningkatan pengakuan atas pentingnya customer focus dan customer satisfacation. Perspektif ini merupakan leading indicator . Jadi, jika pelanggan tidak puas mereka akan mencari produsen lain yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Kinerja yang buruk dari perspektif ini akan menurunkan jumlah pelanggan di masa depan meskipun saat ini kinerja keuangan terlihat baik. Perspektif pelanggan memiliki dua kelompok pengukuran, yaitu: 1 Customer Core Measurement Custemor Core Measurement memiliki beberapa komponen pengukuran diantaranya: 55 Sony Yuwono, dkk, Petunjuk Praktis Penyusunan Balance Scorecard: Menuju Organisasi Yang Berfokus Pada Strategi, Op. Cit, h. 31-33 a Market Share, pengukuran ini mencerminkan bagian yang dikuasai perusahaanyayasan wakaf atas keseluruhan pasar yang ada, yang meliputi antara lain; jumlah pelanggan, jumlah penjualan, dan volume unit penjualan. b Custemor Retention Retensi pelanggan, mengukur tingkat di mana perusahaanyayasan wakaf dapat mempertahankan hubungan dengan konsumenmasyarakat. c Custemor Acquisition akuisi pelanggan, mengukur tingkat di mana suatu unit bisnis mampu menarik pelangganmasyarakat baru atau berhasil melaksanakan programproduk baru tersebut. d Custemor Satisfaction kepuasaan pelanggan, menaksir tingkat kepuasan pelangganmasyarakat terkait dengan kriteria kinerja spesifik dalam value proposition. Ukuran kepuasaan pelanggan memberikan umpan balik mengenai seberapa baik perusahaanyayasan wakaf melaksanakan programnya. 56 e Custemor Profitability profitabilitas pelanggan; Perusahaanyayasan wakaf menginginkan pelanggan tidak sekedar terpuaskan dan senang, tetapi menginginkan pelanggan yang memberikan keuntungan. 57 2 Customer Value Propotion Customer Value Propotion merupakan pemicu kinerja yang terdapat pada Core Value Propotion yang didasarkan pada atribut sebagai berikut: 56 Sony Yuwono, dkk, Petunjuk Praktis Penyusunan Balance Scorecard: Menuju Organisasi Yang Berfokus Pada Strategi, Ibid, h. 33 57 Robert S. Kaplan dan David R. Norton, Balance Scorecard: Translating Strategy Into Action, Op. Cit, h. 67 a ProductService Attributes atribut produk dan jasa Meliputi fungsi dari produk dan jasa, harga dan kualitas, pelanggan memiliki preferensi yang berbeda atas produk yang ditawarkan, ada yang mengutamakan fungsi dari produk, kualitas, atau harga yang murah. Perusahaanyayasan wakaf harus mengidentifikasikan apa yang diinginkan pelangganmasyarakat atas produkprogram yang ditawarkan. 58 b Custemor Relationship hubungan pelanggan Menyangkut perasaan pelanggan terhadap proses pembelian produkprogram yang ditawarkan perusahaanyayasan wakaf. 59 c Image and Reputation citra dan reputasi Dimensi citra dan reputasi menggambarkan faktor-faktor tak berwujud yang membuat pelanggan tertarik kepada suatu perusahaanyayasan wakaf. 60

3. Perspektif Proses Bisnis Internal

Analisis proses bisnis internal perusahaan dilakukan dengan proses analisis value- chain , di mana manajemen mengidentifikasi proses internal bisnis yang kritis yang harus diunggulkan perusahaan, scorecard dalam perspektif ini memungkinkan manajer untuk mengetahui seberapa baik bisnis mereka berjalan dan apakah produk atau jasa mereka sesuai dengan spesifikasi pelanggan. Perspektif ini harus didesain 58 Sony Yuwono, dkk, Petunjuk Praktis Penyusunan Balance Scorecard: Menuju Organisasi Yang Berfokus Pada Strategi, Op. Cit, 33-34 59 Sony Yuwono, dkk, Petunjuk Praktis Penyusunan Balance Scorecard: Menuju Organisasi Yang Berfokus Pada Strategi, Ibid, h. 35 60 Robert S. Kaplan dan David R. Norton, Op. Cit, h. 66 dengan hati-hati oleh mereka yang paling mengetahui misi perusahaan yang mungkin tidak dapat dilakukan oleh konsultan luar. 61 Kaplan dan Norton membagi proses bisnis internal ke dalam tiga bagian diantaranya 1 Proses Inovasi Dalam proses ini unit bisnis menggali pemahaman tentang kebutuhan laten dari pelanggan dan menciptakan produk dan jasa yang mereka butuhkan. 62 2 Proses Operasi. Proses operasi adalah proses untuk membuat dan menyampaikan produk dan jasa. Aktivitas di dalam proses operasi terbagi dalam dua bagian: 1 Proses pembuatan produk dan 2 Proses penyampaian produk kepada pelanggan, pengukuran kinerja yang terkait dalam proses operasi dikelompokan pada waktu, kualitas, dan biaya. 63 3 Proses Pelayanan Purna Jual Proses ini merupakan jasa pelayanan pada pelanggan setelah penjualan produk dan jasa tersebut dilakukan, perusahaan dapat mengukur apakah upayanya dalam pelayanan purna jual ini telah memenuhi harapan pelanggan dengan menggunakan tolak ukur yang bersifat kualitas, biaya, dan waktu seperti yang dilakukan dalam proses operasi. 64 61 Sony Yuwono, dkk, Petunjuk Praktis Penyusunan Balance Scorecard: Menuju Organisasi Yang Berfokus Pada Strategi Op. Cit, h. 36 62 Sony Yuwono, dkk, Petunjuk Praktis Penyusunan Balance Scorecard: Menuju Organisasi Yang Berfokus Pada Strategi, Ibid, h. 36 63 Sony Yuwono, dkk, Petunjuk Praktis Penyusunan Balance Scorecard: Menuju Organisasi Yang Berfokus Pada Strategi Ibid, h. 36 64 Sony Yuwono, dkk, Petunjuk Praktis Penyusunan Balance Scorecard: Menuju Organisasi Yang Berfokus Pada Strategi, Ibid, h. 37-38

4. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan

Proses pembelajaran dan pertumbuhan ini bersumber dari faktor sumber daya manusia, sistem dan prosedur organisasi, termasuk perspektif ini adalah pelatihan pegawai dan budaya perusahaan yang berhubungan dengan perbaikan individu dan organisasi. 65 Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan merupakan fondasi keberhasilan bagi knowledge worker organization dengan tetap memperhatikan faktor sistem dan organisasi. Hasil dari ketiga perspektif sebelumnya biasanya akan menunjukan kesenjangan yang besar antara kemampuan orang, sistem dan prosedur yang ada saat ini dengan yang dibutuhkan untuk mencapai kinerja yang diinginkan, itulah mengapa perusahaan harus melakukan investasi di ketiga faktor tersebut untuk mendorong perusahaan menjadi sebuah organisasi pembelajar learning organization. Dalam perspektif ini, perusahaan melihat tolak ukur kepada: 66

1. Employee Capabilities

Salah satu perubahan yang dramatis dalam pemikiran manajemen selama lima belas tahun terakhir ini adalah peran pegawai di organisasi, untuk itu perencanaan dan upaya implementasi reskilling pegawai yang menjamin kecerdasan dan kreativiatasnya dapat di mobilisasi untuk mencapai tujuan organisasi. 2. Information System Capabilities 65 Sony Yuwono, dkk, Petunjuk Praktis Penyusunan Balance Scorecard: Menuju Organisasi Yang Berfokus Pada Strategi, Ibid, h. 39 66 Sony Yuwono, dkk, Petunjuk Praktis Penyusunan Balance Scorecard: Menuju Organisasi Yang Berfokus Pada Strategi, Ibid, h.39-40 Bagaimanapun juga, mesti motivasi dan keahlian pegawai telah mendukung pencapaian tujuan-tujuan perusahaan, masih diperlukan informasi-informasi yang terbaik, dengan kemampuan sistem informasi yang akurat dan tepat waktu dapat dipenuhi dengan sebaik-baiknya.

3. Motivation, Empowerment and Alignment

Perspektif ini penting untuk menjamin adanya proses yang berkesimbungan terhadap upaya pemberian motivasi dan inisiatif yang sebesar-besarnya bagi pegawai. 67 B. Konsep Wakaf 1 Pengertian, syarat, dan rukun wakaf 1. Pengertian wakaf Kata Wakaf atau Waqf berasal dari bahasa Arab Waqafa. Asal kata Waqafa berarti menahan atau berhenti atau diam di tempat atau tetap berdiri. Kata Waqafa–Yaqifu-Waqfan sama artinya dengan Habasa-Yahbisu- Tahbisan . Kata Al-Waqf dalam bahasa Arab mengandung beberapa pengertian: 68 Menahan, menahan harta untuk diwakafkan, tidak di pindah milikkan Menurut istilah syara atau secara umum, wakaf adalah sejenis pemberian yang pelaksanaannya dilakukan dengan jalan menahan pemilikannya. Asal 67 Sony Yuwono, dkk, Petunjuk Praktis Penyusunan Balance Scorecard: Menuju Organisasi Yang Berfokus Pada Strategi Ibid, h.42-43 68 Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggara Haji, Fiqih Wakaf Jakarta: Depag RI, 2006, edisi revusi, cet ke-4, h. 1 Tahbisul Ashal lalu menjadikan manfaatnya berlaku umum, yang dimaksud dengan Tahbisul Ashal ialah menahan barang yang diwakafkan itu agar tidak diwariskan, digunakan dalam bentuk dijual, dihibahkan, digadai, disewakan, dipinjamkan, dan sejenisnya, sedangkan cara pemanfaatannya adalah dengan menggunakannya sesuai dengan kehendak pemberi wakaf tanpa imbalan. 69 Menurut Imam Malik bin Umar dan Imam Ahmad bin Hambal yang disetujui oleh T.M Hasbi Ash-Shiddieqy, mengartikan wakaf sebagai berikut: wakaf itu ibadah yang diisyaratkan dan telah berlaku dengan sebutan lafaz, walaupun tidak ditetapkan diakui oleh hukum dan hilang hak miliknya si wakif dari padanya, walaupun barang itu masih berada ditangannya. 70 Menurut istilah Para Ahli fiqih, berbeda dalam mendefinisikan wakaf, sehingga mereka berbeda pula dalam memandang hakikat wakaf itu sendiri. Berbagai pandangan tentang wakaf menurut istilah sebagai berikut: a Wakaf menurut Syafiiyah adalah menahan harta yang mungkin diambil manfaat dari padanya serta tetap, tidak habis ainnya bendanya, dengan memutuskan hak penguasaan dari wakif di mana harta itu dipergunakan kepada jalan yang mubah. 71 b Wakaf menurut Malikiyah adalah pemilik menjadikan manfaat benda yang dimilikinya baik berupa sewa atau hasil dari pada benda untuk diserahkan kepada 69 M. Abu Zahrah, Mudharabah Fi Al-Waqf Al-Qahirah: Darul Al-Fikr Al-Arabi, 1971, h. 41 70 Teungku M. Hasbi Ashhiddieqy, Hukum-hukum fiqh Islam, Tinjauan antar Mazhab Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra, 2001, Cet. Ke-2, h. 146 71 Wahbah Az-Zuhaili, Al-Fiqh Al-Islamy Wa Adillatuhu Damsyiq: Dar Al-Fikr, 1986 Juz 2, h. 351 yang berhak, dengan sighat ucapan penyerahan, dalam jangka yang dikehendaki si wakif. 72 c Wakaf menurut Hanafiyah adalah menahan ain harta yang statusnya tetap, milik si wakif dan menyedekahkan manfaatnya. Menurut Abi Yusuf dan Muhammad Sahabat dari Abu Hanifah, memberikan pengertian sebagai berikut: menahan harta dari pemilikan manusia dan menjadikannya sebagai milik Allah menurut hukumnya dan menyedekahkan hasilnya untuk jalan kebajikan baik waktu mewakafkan dan seterusnya. 73 d Wakaf menurut Hanabilah adalah penahanan harta seseorang yang berwenang atas miliknya harta yang memberi manfaat serta kekal ainnya dengan memutuskan semua hak wewenang penguasaan atas harta itu, hasil manfaatnya digunakan kepada jalan kebajikan guna taqarrub kepada Allah SWT. 74 Dari macam-macam pengertiaan wakaf menurut para Mujtahid dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Menurut Syafii, Hanbali, Abi Yusuf dan Muhammad bahwa harta yang telah diwakafkan terputus dari milik wakif menjadi milik Allah atau menjadi milik kepada siapa yang diwakafkan 2. Menurut Maliki wakaf itu boleh berupa barang ain itu manfaat hasilnya saja, dan wakaf boleh dalam jangka waktu tertentu kemudian harta wakaf itu tidak keluar dari milik wakif itu kepada pemiliknya. 3. Menurut Hanafi harta wakaf itu tidak keluar dari milik wakif hanya disedekahkan manfaathasilnya saja. 72 Wahbah Az-Zuhaili, Al-Fiqh Al-Islamy Wa Adillatuhu , Ibid, h. 352 73 Wahbah Az-Zuhaili, Al-Fiqh Al-Islamy Wa Adillatuhu , Ibid, h. 353 74 Wahbah Az-Zuhaili, Al-Fiqh Al-Islamy Wa Adillatuhu , Ibid, h. 354

2. Rukun dan Syarat-syarat Wakaf a. Wakif Pemberi wakaf

Bahwa untuk syarat-syarat menjadi seorang wakif hendaklah ia dalam keadaan sehat rohaniahnya, mempunyai kecakapan memberikan tabarru dan tidak dalam keadaan terpaksa untuk melakukannya. 75 Adapun kecakapan dalam memberikan tabarru, maka berarti orang yang sah dalam berwakaf adalah orang yang: 1. Orang yang baligh, bukan anak-anak 76 2. Orang yang berakal, bukan orang gila 77 3. Tidak Mahjur alaih berada di bawah perwaliaan 78 4. Tidak Muflis bangkrutpailit 79

b. Mauquf bih Harta benda yang diwakafkan

Adapun syarat-syarat harta benda yang diwakafkan diantaranya adalah: 1. Benda yang diwakafkan harus bernilai ekonomis, tetap zatnya dan boleh dimanfaatkan menurut ajaran Islam dalam kondisi apapun 80 2. Benda yang diwakafkan harus jelas wujudnya dan pasti batas-batasnya 81 75 Al-Baijuri, Hasyiyah Al-Baijuri, Bairut: Dar Al-Fikri, 1995, jilid II, h. 44 76 Muhammad Al-Syarbini, Mugni Al-Muhtajila Ma’rifat Ma’ani Al-Qahirah: Maktab Musthafa Al- Bab Al-Halab, 1995, jilid II, h. 377 77 Muhammad Al-Syarbini, Mugni Al-Muhtajila Ma’rifat Ma’ani,Ibid, h. 377 78 Al-Baijuri, Hasyiyah Al-Baijuri, h. Op.Cit, h.. 44 79 Al-Baijuri, Hasyiyah Al-Baijuri, Ibid, h. 44 80 Wahbah Az-Zuhaili, Al-Fiqh Al-Islamy Wa Adillatuhu Damsyiq: Dar Al-Fikr, 1986, Juz VIII, h. 185 81 Wahbah Az-Zuhaili, Al-Fiqh Al-Islamy Wa Adillatuhu, h. 185 3. Harta yang diwakafkan itu harus benar-benar kepunyaan wakif secara sempurna, artinya bebas dari segala beban 82 4. Benda yang diwakafkan harus kekal. Pada umumnya Para Ulama berpendapat bahwa benda yang diwakafkan zatnya harus kekal. Namun, demikian Imam Malik menyatakan bahwa wakaf itu boleh dibatasi waktunya. Ulama Hanafiyah mensyaratkan bahwa harta yang diwakafkan itu ain zatnya harus kekal dan kemungkinan dapat dimanfaatkan terus- menerus. 83

c. Mauquf alaih Yang diberi wakaf

Syarat-syarat Mauquf alaih adalah qurbat atau pendekatan diri kepada Allah SWT, menurut Sayyid Sabiq, wakaf itu ada dua macam yaitu wakaf dzurri dan wakaf khairi. 84

d. Shighat Pernyataan pemberi wakaf

Adapun syarat-syarat sighat itu diantaranya adalah: 1. Sighah wakaf itu harus mengandung pernyataan yang berarti bahwa wakaf itu bersifat kekal al-tabid, menurut Jumhur selain Malikiyah wakaf itu tidak boleh bersifat sementara, sebab wakaf itu dilakukan adalah untuk taqarrub kepada Allah SWT, karena tidak sepantasnya bersifat sementara. 2. Sighat itu harus mengandung arti tegas dan tidak boleh ditangguhkan untuk masa yang akan datang, sebab wakaf itu mengandung ketentuan pemindahan dalam kepemilikan ketika akad diucapkan. 82 Muhammad Ubaid, Abdullah, Ahkam Al-Waqaf Fi Al-Syariah Al-Islamiyyah, Baghdad: Mathaba’ah Al-Irsyad, 1997, Jilid II, h. 351 83 M. Abu Zahrah, Muhadharat Fi Al-Waqfi Al-Qahirah: Dar Al-Fikr Al-Arabi, tth, h. 378 84 Muhammad Kamal Al-Dir Imam, Al-Walhiyah Wa Al-Waqaf Fi Al-Islam Maqashid Wa Qawad, Iskandariyah, 1999, h. 249-252 3. Sighat wakaf itu harus mengandung kepastiaan. 4. Sighat itu harus tidak diikat sebagai syarat yang bathil. 85

3. Macam-macam Wakaf

Wakaf terbagi menjadi beberapa macam berdasarkan tujuan, batas waktunya, dan penggunaan barangnya: 1. Macam-macam wakaf berdasarkan tujuannya ada tiga: 1 Wakaf sosial untuk kebaikan masyarakat khairi; yaitu apabila tujuan wakafnya untuk kepentingan umum, seperti: wakaf yang diserahkan untuk keperluan pembangunan masjid, sekolah, jembatan, rumah sakit, panti asuhan anak yatim, dan lain sebagainya. 2 Wakaf keluarga dzurri; yaitu apabila tujuan wakaf untuk memberi manfaat kepada wakif, keluarganya, keturunannya, dan orang-orang tertentu, tanpa melihat apakah kaya atau miskin, sakit atau sehat, dan tua atau muda. 3 Wakaf gabungan musytarik; yaitu apabila tujuan wakafnya untuk umum dan keluarga secara bersamaan. 2. Sedangkan berdasarkan batas waktunya, wakaf terbagi menjadi dua macam: 1 Wakaf abadi; yaitu apabila wakafnya berbentuk barang yang bersifat abadi. 2 Wakaf sementara; yaitu apabila barang yang diwakafkan berupa barang yang mudah rusak ketika dipergunakan tanpa memberi syarat untuk 85 Muhammad Kamal Al-Dir Imam, Al-Walhiyah Wa Al-Waqaf Fi Al-Islam Maqashid Wa Qawad, Ibid , h. 249-252 mengganti bagian yang rusak. Berdasarkan penggunaannya, wakaf juga dibagi menjadi dua macam: 1 Wakaf langsung; yaitu wakaf yang pokok barangnya digunakan untuk mencapai tujuannya. 2 Wakaf produktif; yaitu wakaf yang pokok barangnya digunakan untuk kegiatan produksi dan hasilnya diberikan sesuai dengan tujuan wakaf.. Tiga pembagian wakaf di atas sudah mencakup jenis keseluruhan wakaf, baik berdasarkan tujuan, batas waktunya, maupun penggunaannya. 86 2 Dasar Hukum Wakaf Dalil yang menjadi dasar disyariatkanya ibadah wakaf bersumber dari: 1 Ayat Al Quran, antara lain: Perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan. QS. Al-Hajj:77 Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan yang sempurna, sebelum kamu menafkahkan sebahagian harta yang kamu cintai, dan apa saja yang kamu nafkahkan, maka sesungguhnya Allah mengetahuinya. QS. Ali Imran:92 86 DR. Qahaf, Mundzir, Manajemen Wakaf Produktif, Terjemahan H. Muhyiddin Mas Rida, Lc, Jakarta: Khalifa, 2007, edisi Indonesia, cet. 3, h. 161-162 2 Sunnah Rasulullah Dari Abu Hurairah RA, sesungguhnya Rasulullah saw bersabda: apabila anak adam meninggal dunia maka putuslah semua amalnya, kecuali tiga perkara: shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak shalih yang mendoakan orang tuanya. HR. Muslim Adapun penafsiran shadaqah jariyah dalam hadist tersebut adalah : Hadist tersebut dikemukakan di dalam bab wakaf, karena para Ulama menafsirkan shadaqah jariyah dengan wakaf . Imam M. Ismail Al-Kahlani Ada hadist Nabi yang lebih tegas menggambarkan dianjurkannya ibadah wakaf, yaitu perintah Nabi kepada Umar untuk mewakafkan tanahnya yang ada di Khaibar. Dari Ibnu Umar RA. Berkata, bahwa Sahabat Umar RA. Memperoleh sebidang tanah di Khaibar, kemudian menghadap kepada Rasulullah SAW, untuk memohon petunjuk, Umar berkata: Ya Rasulullah, saya mendapatkan sebidang tanah di Khaibar, saya belum pernah mendapatkan harta sebaik itu, maka apakah yang Engkau perintahkan kepada ku? Rasulullah menjawab: Bila kamu suka sedekahkan hasilnya, kemudian Umar melakukan shadaqah, tidak dijual, tidak dihibahkan dan tidak pula diwariskan. Berkata Ibnu Umar: Umar menyedekahkannya kepada orang-orang fakir, kaum kerabat, budak belian, Sabilillah, Ibnu Sabil dan Tamu, dan tidak mengapa atau tidak dilarang bagi yang menguasai tanah wakaf itu pengurusnya makan dari hasilnya dengan cara baik sepantasnya atau makan dengan tidak bermaksud menumpuk harta. HR. Muslim Dalam sebuah Hadist lain disebutkan: Dari Ibnu Umar, Ia berkata: Umar mengatakan kepada Nabi SAW, Saya mempunyai seratus dirham saham di Khaibar. Saya belum pernah mendapat harta yang paling saya kagumi seperti itu,tetapi saya ingin menyedekahkannya. Nabi SAW mengatakan kepada Umar: Tahanlah jangan jual, hibahkan dan wariskan asalnya modal pokok dan jadikan buahnya sedekah untuk Sabilillah. HR. Bukhari dan Muslim 3 Strategi Pengembangan dan Pengelolaan Wakaf Produktif Wakaf produktif memiliki dua visi sekaligus; menghancurkan struktur- struktur sosial yang timpang dan menyediakan lahan subur untuk mensejahterakan umat Islam, visi ini secara langsung digapai ketika totalitas diabadikan untuk bentuk- bentuk wakaf produktif yang selanjutnya diteruskan dengan langkah-langkah taktis yang mengarah pada capaian tersebut. Langkah taktis, sebagai derivasi dari filosofi disyariatkannya wakaf produktif di mana lebih berupa teknis-teknis pelaksanaan wakaf produktif.. 87 Muncul dan berkembangnya lembaga-lembaga keuangan Syariah dengan prinsip bagi hasil kerja sama bagi hasil, prinsip jual beli, dan prinsip sewa menyewa, maka semakin mempermudah pengelola wakaf nazhir selaku manajemen investasi untuk menginvestasikan dana-dana wakaf yang terhimpun sesuai dengan prinsip- prinsip Syariah Islam. Adapun diantara bentuk-bentuk investasi yang dapat dilakukan oleh pengelola wakaf nazhir ialah sebagai berikut: 1 Investasi Mudharabah Investasi mudharabah merupakan salah satu alternatif yang ditawarkan oleh produk keuangan Syariah guna mengembangkan harta wakaf, salah satu contoh yang dapat dilakukan oleh pengelola wakaf dengan sistem ini ialah membangkitkan sektor usaha kecil dan menengah dengan memberikan modal usaha kepada petani gurem, para nelayan, pedagang kecil dan menengah UKM. 2 Investasi Musyarakah Alternatif investasi lainnya ialah investasi dengan sistem musyarakah. Investasi ini hampir sama dengan investasi mudharabah, hanya saja pada investasi 87 Didin Kaem, Wakaf Produktif, Sebuah Alternatif Untuk Pemberdayaan Ummat, Artikel di akses tanggal 07 Maret 2007, www.forumzakat.org, 20 Januari 2006. musyarakah ini risiko yang ditanggung oleh pengelola wakaf lebih sedikit, oleh karena, modal ditanggung secara bersama oleh dua pemilik modal atau lebih. Investasi ini memberikan peluang bagi pengelola wakaf untuk menyertakan modalnya pada sektor usaha kecil menengah yang dianggap memiliki kelayakan usaha, namun kekurangan modal untuk mengembangkan usahanya. 3 Investasi Ijarah Salah satu contoh yang dapat dilakukan dengan sistem investasi ijarah sewa ialah mendayagunakan tanah wakaf yang ada, dalam hal ini pengelola wakaf menyediakan dana untuk mendirikan bangunan diatas tanah wakaf, seperti pusat perbelanjaan comersial center, rumah sakit, apartemen dan lain-lain, kemudian pengelola harta wakaf menyewakan gedung tersebut hingga dapat menutup modal pokok dan mengambil keuntungan yang dikehendaki. 4 Investasi Murabahah Dalam investasi murabahah, pengelola wakaf diharuskan berperan sebagai enterpreneur pengusaha yang membeli peralatan dan material yang diperlukan melalui suatu kontrak murabah, adapun keuntungan dari investasi ini adalah pengelola wakaf dapat mengambil keuntungan dari selisih harga pembelian dan penjualan. Manfaat dari investasi ini ialah pengelola wakaf dapat membantu pengusaha-pengusaha kecil yang membutuhkan alat-alat produksi, misalnya tukang jahit yang memerlukan mesin jahit. 88 88 Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam dan Pemberdayaan Wakaf, Bunga Rampai Perwakafan, Ibid, h. 85-87

BAB IV HASIL PENELITIAN