Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sebagai upaya untuk bangkit dari segala ketertinggalan, terutama dalam bidang ekonomi, kaum Muslim perlu memperkuat ketahanan ekonominya. Salah satu membangun basis yang kuat bagi pengembanngan ekonominya, kaum Muslim bisa memanfaatkan sistem distribusi non ekonomi yang diatur dalam kitab suci Al Quran salah satunya wakaf. 1 Wakaf merupakan potensi dan asset umat Islam yang cukup besar, dapat didayagunakan bagi upaya menyelamatkan nasib puluhan juta rakyat Indonesia yang masih hidup di bawah garis kemiskinan dan belum dilindungi oleh system jaminan sosial yang terprogram dengan baik. 2 Di masa pertumbuhan ekonomi yang memprihatinkan ini, sesungguhnya peranan wakaf di samping instrumen-instrumen lainya, dapat dirasakan manfaatnya untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, khususnya dibidang ekonomi, apabila wakaf dikelola secara baik. Peruntukan wakaf di Indonesia yang kurang mengarah pada pemberdayaan ekonomi umat cenderung hanya untuk kepentingan kegiatan- kegiatan ibadah khususnya, lebih karena dipengaruhi oleh keterbatasan umat Islam akan pemahaman wakaf, baik mengenai harta yang diwakafkan, peruntukan wakaf maupun Nazhir wakaf. Pada umumnya umat Islam Indonesia 1 Majalah Ekonomi Plus Potensi Ekonomi Wakaf Produktif, Jakarta: Sharing, Februari 2007, h.44 2 DRS. H. Isbir Fadly, Peran Nazhir dalam Pemberdayaan Wakaf, Jakarta: Departemen Agama RI, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Direktorat Pemberdayaan Wakaf, 2007, Disampaikan pada Seminar Pembinaan Pengelolaan Wakaf Nazhir Se Indonesia, h. 1 memahami bahwa peruntukan wakaf hanya terbatas untuk kepentingan peribadatan dan hal-hal yang lazim dilaksanakan di Indonesia, seperti untuk Masjid, Mushola, Sekolah, Madrasah, Pondok Pesantren, Makam, dan lain-lain. 3 Perlu kita ketahui data yang ada pada Departemen Agama RI, kekayaan tanah wakaf di Indonesia sebanyak 403.845 lokasi yang luas 1.566.672.403 M2 dari jumlah tersebut 75 diantaranya sudah bersertifikat wakaf dan sekitar 10 memiliki potensi ekonomi tinggi. Di luar itu masih banyak yang belum terdata. 4 Namun sayang sekali, benda-benda wakaf yang jumlahnya cukup banyak tersebut belum diberdayakan secara produktif untuk memberdayakan ekonomi umat, sehingga wakaf belum berperan banyak dalam menanggulani permasalahan umat khususnya masalah kemiskinan, pendidikan, kesehatan, pengangguran, pemberdayaan ekonomi lemah dan lain-lain. Padahal kalau dilihat dari segi sosial- ekonomi, sebagian benda-benda wakaf tersebut memiliki potensi ekonomi sangat tinggi dan dapat dikembangkan secara optimal. 5 Oleh karena itu, agenda pemberdayaan wakaf produktif sekarang ini sedang diupayakan agar menjadi agenda kolektif umat Islam dalam rangka menggerakan ekonomi umat. Apalagi di tengah upaya umat Islam ingin bangkit dari ketertinggalan di semua aspek kehidupan. 6 3 Ahamad Djunaidi, dan Al-Asyhar, Menuju Era Ekonomi Produktif Sebuah Upaya Progresif Untuk Kesejahteraan Umat , Jakarta:Mitra Abadi Press, Oktober 2006, h. 10 4 DR. H. Sumuran, M.Ag, MM, MH, Kebijakan Pemerintah Tentang Pengembangan Wakaf Di Indonesia, Jakarta: Depag. RI Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Direktorat Pemberdayaan Wakaf, 29 Mei 2007 Disampaikan Pada Seminar Pembinaan Pengelola Wakaf Nazhir Se Indonesia, h. 3 5 DR. H. Sumuran, M.Ag, MM, MH, Kebijakan Pemerintah Tentang Pengembangan Wakaf Di Indonesia , Ibid, h. 4 6 DRS. H. Isbir Fadly, Peran Nazhir dalam Pemberdayaan Wakaf, Ibid, h. 1 Wakaf produktif akhir-akhir ini dioptimalkan untuk memberdayakan wakaf tunai dalam bentuk uang. Uang wakaf akan bermanfaat jika digunakan, untuk itu diinvestasikan dan labanya disedekahkan. Seperti yang dikatakan oleh Muhammad Abdullah Al Anshari, dana wakaf tunai diinvestasikan ke lembaga keuangan dan perbankan Syariah yang kini menjamur di Indonesia, tentu skimnya bermacam- macam, seperti Mudharabah, Musyarakah, Ijarah, dan Murabahah. 7 Layaknya investasi biasa, wakaf biasanya diinvestasikan oleh pengelola wakaf nazhir ke lembaga keuangan dan perbankan syariah. Untuk itu nazhir yang ada sekarang perlu direformasi dengan memilih Nazhir yang mengerti entrepreunership hingga mampu mengelola dana wakaf secara maksimal. 8 Yang menjadi kajian penelitian saya kali ini yaitu pemberdayaan wakaf produktif yang dikelola Yayasan Wakaf Al Muhajirien Jakapermai Bekasi. Yayasan Wakaf Al Muhajirien Jakapermai Bekasi adalah salah satu dari tanah wakaf yang dikelola secara produktif. Bagaimana kinerja Yayasan Wakaf Al Muhajirien Jakapermai Bekasi yang dahulunya hanya pengajian dari rumah ke rumah, tetapi sekarang menjadi sebuah Yayasan wakaf memiliki usaha pendidikan yang berkembang pesat, dan usaha sosial lainya. Yayasan Wakaf Al Muhajirien Jakapermai Bekasi sebagai badan yang mengurus dan mengelola harta wakaf menerapkan 3 pendekatan dalam pengelolaan dan pengembangan harta wakaf tersebut yaitu: 7 Majalah Ekonomi Plus, Potensi Ekonomi Wakaf Produktif, Ibid, h. 44 8 Majalah Ekonomi Plus, Potensi Ekonomi Wakaf Produktif, Ibid, h. 45 1. Pendekatan produktif Yaitu pengelolaan harta wakaf untuk hal-hal yang bersifat produktif dan menghasilkan keuntungan, contohnya: mendirikan lembaga pendidikan, mendirikan koperasi, menyewakan aula bestman Masjid untuk kegiatan yang bermanfaat, mendirikan toko buku, menerbitkan buku, dan lain-lain 2. Pendekatan non produktif Yaitu pengelolaan harta wakaf untuk hak-hal yang tidak menghasilkan keuntungan non produktif, contohnya: menyelenggarakan kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh bidang kemasjidan 9 3. Operasional yang lain. Melakukan kerjasama sinergi dengan pihak lain atau investor dengan atau tanpa bagi hasil, contohnya: melakukan kerjasama dibidang pendidikan dengan YPI Al Azhar Pusat, Kebayoran Baru, Jakarta, melakukan kerjasama dengan BMI Bank Muammalat Indonesia kerjasama musyarakah dan murabahah untuk penambahan modal dan perluasan harta wakaf, dan lain-lain. Selain itu Yayasan Wakaf Al Muhajirien Jakapermai Bekasi melakukan kerjasama dengan Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia, Masjid Agung Al Azhar Kebayoran Baru, dan PT Syuhada Arafah Wisata dalam menyelenggarakan program Bimbingan Haji Plus KBIH. 9 Salah satu contohnya adalah kegiatan KBIH Kelompok Bimbingan Ibadah Haji, tetapi tetap yang memegang tanggung jawab adalah dari Yayasan Wakaf Al Muhajirien Jakapermai, Bekasi. Untuk mengukur kinerja Yayasan Wakaf Al Muhajirien Jakapermai Bekasi dengan menggunakan balance scorecard dan untuk mengetahui strategi Yayasan Wakaf Al Muhajirien Jakapermai Bekasi dalam mengelola dan mengembangkan wakaf produktif dengan menggunakan analisis SWOT. Di latar belakangi pemikiran di atas, maka penulis terdorong untuk mengangkat persoalan tersebut dalam bentuk skripsi dengan judul ”ANALISIS STRATEGI PEMBERDAYAAN WAKAF PRODUKTIF PENDEKATAN BALANCE SCORECARD Studi Kasus Yayasan Wakaf Al Muhajirien Jakapermai Bekasi ”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah