4 Tingkat Kelembaban
Kelembaban adalah tingkat kadar kandungan uap air pada udara. Jumlah uap air dalam udara dipengaruhi oleh cuaca dan
suhu lingkungan Gertrudis, 2010, dalam Fillacano, 2013. Menurut
Peraturan Menteri
Kesehatan RI
Nomor 1077MENKESPERV2011
menyebutkan bahwa
tingkat kelembaban rumah sehat yaitu berkisar antara 40-60 Rh.
Apabila kelembaban udara kurang dari 40, maka dapat dilakukan upaya penyehatan dengan menggunakan alat untuk
meningkatkan kelembaban misal : humidifier, membuka jendela rumah, menambah jumlah dan luas jendela rumah, dan
memodifikasi fisik bangunan. Namun apabila kelembaban udara lebih dari 60, maka dapat dilakukan upaya penyehatan dengan
memasang humidifier dan memasang genteng kaca.
b. Status Sosial dan Ekonomi
Penelitian yang dilakukan oleh Prietsch, et al 2008 menyebutkan bahwa status sosial ekonomi yang menjadi faktor resiko terhadap
kejadian ISPA pada balita yaitu tingkat pendidikan orang tua dan pendapatan keluarga setiap bulannya.
1 Tingkat Pendidikan Orang Tua Pendidikan yaitu proses pengubahan sikap dan tata laku
seseorang atau kelompok orang dalam usaha untuk mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Pendidikan baik
formal maupun informal meliputi segala hal yang memperluas pengetahuan manusia tentang dirinya sendiri dan tentang dunia
tempat mereka hidup Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP- UPU, 2007. Tingkat menurut KBBI 2014 berarti jenjang. Jadi
tingkat pendidikan berarti jenjang pendidikan yang telah dilalui seseorang melalui upaya pengajaran dan pelatihan.
2 Pendapatan Keluarga Keluarga dengan pendapatan rendah, yang berhubungan
dengan rendahnya status sosial ekonomi, biasanya berbanding lurus dengan rendahnya tingkat pendidikan, kemiskinan, dan
rendahnya status kesehatan. Kondisi tersebut tentunya akan mempengaruhi kehidupan setiap anggota keluarga termasuk
didalamnya balita yang masih menggantungkan kehidupan kepada orang tua mereka American Psychological Association,2014.
c. Faktor Individu Balita Beberapa faktor resiko ISPA jika dilihat dari individu balita sebagai
yang terjangkit penyakit yaitu status nutrisi, status imunisasi, dan riwayat pemberian ASI ekslusif Sugihartono dan Nurjazuli, 2012.
Wiwoho 2005 dalam penelitiannya menambahkan bahwa Bayi Berat Lahir Rendah BBLR juga menjadi faktor resiko terjadinya
ISPA pada balita.
1 Status Nutrisi Nutrisi atau gizi adalah zat-zat penting yang berasal dari
makanan yang telah dicerna dan dimetabolisme oleh tubuh menjadi zat-zat yang berfungsi untuk membentuk dan memelihara
jaringan tubuh, memperoleh tenaga, mengatur sistem fisiologis tubuh dan melindungi tubuh dari serangan penyakit Chandra,
2006. Tidak adekuatnya intake nutrisi dapat menyebabkan sistem kekebalan tubuh menjadi lebih rentan terhadap serangan penyakit
Berman, et al, 2009. Metode yang paling sering digunakan untuk melihat status
gizi balita adalah dengan pengukuran antropometri. Indikator yang dapat digunakan untuk menilai status gizi balita adalah Berat
Badan menurut Umur BBU, Panjang atau Tinggi Badan menurut Umur PBU atau TBU, Berat Badan menurut Panjang
Badan atau Tinggi Badan BBPB atau BBTB, dan Indeks Massa
Tubuh menurut Umur IMTU Sunarti, 2004.
2 Status Imunisasi Imunisasi merupakan suatu usaha memberikan kekebalan
pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah terhadap penyakit
tertentu supaya bayi dan balita bertujuan supaya dapat tumbuh dalam keadaan sehat Hidayat, 2008a. Terdapat lima imunisasi
dasar yang harus diberikan pada balita sesuai dengan jadwal, yaitu
imunisasi HB HB0, HB1, HB2, Hb3, dan HB4, BCG, Polio Polio 1, 2 ,3, dan 4, DPT DPT 1, DPT 2, DPT 3, dan Campak
Depkes, 2009.
3 Riwayat Pemberian ASI Eksklusif ASI adalah Air Susu Ibu. ASI eksklusif merupakan
pemberian ASI sedini mungkin setelah persalinan, diberikan tanpa jadwal, tidak diberikan makanan lain, meskipun hanya air putih
dan diberikan sampai bayi berusia 6 bulan Purwanti, 2004. Manfaat ASI akan meningkat jika bayi hanya diberikan ASI saja
pada 6 bulan pertama kehidupannya serta lamanya pemberian ASI bersama-sama makanan pendamping lainnya setelah bayi berumur
6 bulan Nurheti, 2010. 4 Berat Badan Lahir Rendah
Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2.500 gram
Manuaba, 2007. Terdapat beberapa gangguan yang mungkin timbul pada bayi akibat berat badan lahir rendah yaitu hipotermi,
hipoglikemia, hiperbilirubinemia, masalah pemberian ASI, infeksi atau curiga sepsis, dan sindroma aspirasi mekonium Waspodo,
2005.
d. Faktor Perilaku Terdapat dua faktor perilaku yang dapat meningkatkan kejadian
ISPA pada balita, yaitu perilaku merokok orang tua dan kebiasaan
membuka jendela saat pagi dan siang hari Pramudiyani dan Prameswari, 2011.
1 Perilaku Merokok Anggota Keluarga Rokok merupakan salah satu hasil dari produk industri dan
komoditi internasional yang mengandung kurang lebih 1500 bahan kimia. Beberapa unsur kimiawi yang terdapat pada rokok
yaitu tar, nikotin, benzopyrin, metil-kloride, aseton, amonia, dan karbon monoksida Bustan, 2007. Terdapat dua jenis perokok,
yaitu perokok aktif dan perokok pasif. Perokok aktif adalah seseorang yang melakukan aktivitas merokok, sedangkan
perokok pasif adalah seseorang yang tidak merokok namun secara tidak sengaja mengisap asap rokok dari orang lain Romy
Rafael, 2006. Berikut ini perilaku merokok : a Jumlah anggota keluarga yang merokok
Polusi udara di dalam rumah bisa berasal dari asap hasil pembakaran bahan bakar dan asap rokok. Penelitian
yang dilakukan oleh Irva et al 2007 menyebutkan bahwa setelah melakukan penyesuain terhadap musim,
temperatur, dan variabel lainnya, angka bronkhitis meningkat seiring dengan peningkatan konsentrasi
polusi udara. Peningkatan polusi udara dapat meningkat seiring dengan peningkatan sumber polusi udara
tersebut. Imran Lubis 1991 dalam Kusumawati 2010
menyebutkan bahwa semakin tinggi jumlah perokok dalam rumah dan jumlah rokok yang dihisap
berhubungan dengan Infeksi Saluran Pernafasan Akut ISPA yang diderita oleh balita.
b Jumlah rokok yang dihisap setiap hari Smet 1994 dalam Hasnida 2005 mengklasifikasikan
perokok menjadi tiga tipe berdasarkan jumlah rokok yang dihisap setiap harinya. Tiga tipe tersebut adalah :
perokok berat apabila menghisap lebih dari 15 batang rokok dalam sehari, perokok sedang apabila menghisap
5-14 rokok dalam sehari, dan perokok ringan apabila menghisap 1-4 rokok dalam sehari.
c Kebiasaan merokok di dalam atau diluar rumah Penelitian yang dilakukan oleh Sugihartono dan
Nurjazuli 2012 mengelompokkan perilaku merokok berdasarkan area merokok, yakni di dalam atau di luar
rumah. Hasil penelitian tersebut menyebutkan bahwa dari 87 responden yang merokok, 79 responden
merokok di dalam rumah. Penelitian ini menunjukkan bahwa terjadi hubungan yang signifikan antara perilaku
merokok anggota keluarga yang dilakukan di dalam rumah dengan kejadian pneumonia balita dengan nilai
OR 5,743.
2 Perilaku Membuka Jendela pada pagi dan siang hari Perilaku membuka jendela di pagi hari dan di siang hari
sangat penting untuk pertukaran udara di dalam kamar dan berguna untuk mencegah ruangan menjadi lembab dan pengap
sehingga mikroorganisme penyebab ISPA dapat dicegah Pramudiyani dan Prameswari, 2011.
B. Infeksi Saluran Pernafasan Akut pada Balita