Dari hasil tersebut di atas tampak bahwa terdapat titik-titik krusial yaitu pada suhu sekitar 23 °C, 18 °C dan 13 °C yang muncul pada respon ikan bawal
akibat turunnya suhu lingkungan. Pada titik-titik krusial ini terjadi perubahan aktivitas dan respon ikan bawal yang nyata, yang diharapkan merupakan momen
yang tepat saat ikan menunjukkan kemampuan yang tinggi dalam mempertahankan hidupnya.
Hasil pengamatan karakteristik aktivitas ikan bawal menunjukkan bahwa suhu imotil dalam transportasi ikan hidup adalah 23 °C-13 °C. Di atas atau
dibawah suhu tersebut resiko kematian selama transportasi dikhawatirkan masih cukup tinggi. Makin rendah suhu suatu media dari suhu lingkungan tentu
membutuhkan penarikan panas yang cukup besar baik untuk mencapai maupun untuk mempertahankan suhu tersebut dan yang berarti juga membutuhkan biaya
besar. Sementara itu, untuk transportasi ikan hidup dengan sistem basah menggunakan media air dapat menggunakan suhu lebih tinggi, karena transportasi
sistem basah dapat dilakukan pada saat ikan berada pada fase tenang. Hal ini lebih menguntungkan jika dilihat dari segi teknis dan ekonomisnya.
2.5 Pengemasan
Pengemasan berfungsi sebagai wadah, pelindung, penunjang, sarana penyimpan dan transportasi serta alat persaingan dalam pemasaran Hambali et
al. 1990. Pengemasan berperan penting untuk mencegah atau mengurangi kerusakan bahan yang dikemas serta untuk mempermudah penyimpanan,
pengangkutan dan distribusi hasil pertanian Herodian et al. 2004. Suhu kemasan yang berukuran 50x50x50 cm
3
dapat dipertahankan suhunya agar tetap sama dengan suhu pembiusan dengan menambahkan es seberat
0,5-1 kg yang dibungkus plastik di bagian atas atau bawah kemasan. Es tersebut dimasukkan ke dalam plastik kemudian ditutup dengan kertas koran, Suhu
kemasan kotak styrofoam yang berukuran 40x60x40 cm
3
dapat dipertahankan sama dengan suhu pembiusan dengan menambahkan es seberat 0,5 kg. Kemasan
dengan ukuran 30x30x40 cm
3
dan 40x30x30 cm
3
dipertahankan suhunya dengan menambahkan es seberat 0,3-1 kg dan 0,5 kg yang dibungkus dengan plastik. Es
tersebut diletakkan di bagian bawah kemasan Setiabudi et al. 1995; Jailani 2000; Handini 2008.
Jumlah es yang digunakan dalam media kemasan harus tepat. Apabila jumlah es yang ditambahkan terlalu banyak maka suhu dalam kemasan akan turun
menjadi lebih rendah dari suhu pembiusan Suryaningrum et al. 2007. Pengemasan untuk tujuan ekspor biasanya menggunakan kotak stirofoam sebagai
kemasan primer dan kotak karton sebagai kemasan sekunder. Kotak stirofoam berfungsi sebagai isolator panas untuk mencegah penetrasi panas yang masuk ke
dalam kemasan. Kotak karton yang digunakan sebaiknya memiliki dinding ganda yang dilapisi dengan lapisan lilin. Tujuan penggunaan karton adalah untuk
menekan goncangan yang terjadi selama pengangkutan dan memperbaiki penampilan dan estetika kemasan. Lapisan lilin dimaksudkan untuk mencegah
kerusakan kotak kardus karena kelembaban yang tinggi selama pengemasan Junianto 2003; Herodian et al. 2004.
Media pengemas dalam kemasan stirofoam yang dibantu dengan penggunaan es tidak mampu dipertahankan suhunya tetap stabil selama
penyimpanan pada suhu kamar. Suhu kemasan yang digunakan akan terus mengalami peningkatan sehingga mempengaruhi kelulusan hidup biota yang
ditransportasikan Herodian et al. 2004. Peningkatan suhu terjadi karena penetrasi udara luar yang lebih tinggi ke dalam kemasan sehingga dapat
meningkatkan suhu media serbuk gergaji. Suhu awal bahan pengisi dan suhu lingkungan luar yang terlalu tinggi akan menyebabkan kenaikan suhu kemasan
lebih cepat terjadi Nitibaskara et al. 2006.
2.6 Media Pengisi Kemasan