Jumlah  es  yang  digunakan  dalam  media  kemasan  harus  tepat.  Apabila jumlah es yang ditambahkan terlalu banyak maka suhu dalam kemasan akan turun
menjadi  lebih  rendah  dari  suhu  pembiusan  Suryaningrum  et  al.  2007. Pengemasan untuk tujuan ekspor biasanya menggunakan kotak stirofoam sebagai
kemasan  primer  dan  kotak  karton  sebagai  kemasan  sekunder.  Kotak  stirofoam berfungsi sebagai isolator panas untuk mencegah penetrasi panas  yang masuk ke
dalam kemasan. Kotak karton yang digunakan sebaiknya memiliki dinding ganda yang  dilapisi  dengan  lapisan  lilin.  Tujuan  penggunaan  karton  adalah  untuk
menekan  goncangan  yang  terjadi  selama  pengangkutan  dan  memperbaiki penampilan  dan  estetika  kemasan.  Lapisan  lilin  dimaksudkan  untuk  mencegah
kerusakan  kotak  kardus  karena  kelembaban  yang  tinggi  selama  pengemasan Junianto 2003; Herodian et al. 2004.
Media  pengemas  dalam  kemasan  stirofoam  yang  dibantu  dengan penggunaan  es  tidak  mampu  dipertahankan  suhunya  tetap  stabil  selama
penyimpanan  pada  suhu  kamar.  Suhu  kemasan  yang  digunakan  akan  terus mengalami  peningkatan  sehingga  mempengaruhi  kelulusan  hidup  biota  yang
ditransportasikan  Herodian  et  al.  2004.  Peningkatan  suhu  terjadi  karena penetrasi  udara  luar  yang  lebih  tinggi  ke  dalam  kemasan  sehingga  dapat
meningkatkan  suhu  media  serbuk  gergaji.  Suhu  awal  bahan  pengisi  dan  suhu lingkungan  luar  yang  terlalu  tinggi  akan  menyebabkan  kenaikan  suhu  kemasan
lebih cepat terjadi Nitibaskara et al. 2006.
2.6  Media Pengisi Kemasan
Media  pengisi  kemasan  adalah  bahan  yang  ditempatkan  di  antara  biota hidup  dalam  kemasan  untuk  menahan  atau  mencekal  biota  tersebut  dalam
posisinya Herodian et al. 2004. Syarat media pengisi kemasan yang baik adalah memiliki  sifat  berongga,  dapat  mempertahankan  posisi  biota  dalam  kemasan,
tidak  mudah  rusak  atau  menimbulkan  bau  serta  memiliki  nilai  ekonomis  yang rendah ditinjau dari harga bahan baku Prasetyo  1993. Media pengisi  yang baik
juga  harus  memiliki  daya  serap  air  yang  tinggi,  mampu  mempertahankan  suhu rendah dalam waktu relatif lama dan kondisi media harus stabil Suryaningrum et
al. 2007.
Serbuk  gergaji  merupakan  jenis  media  pengisi  yang  paling  sering digunakan  pada  transportasi  biota  perairan  hidup  sistem  kering.  Serbuk  gergaji
dapat digunakan sebagai media pengisi karena mempunyai panas jenis yang lebih besar daripada sekam padi atau serutan kayu. Serbuk gergaji juga memiliki tekstur
yang baik dan seragam serta nilai ekonominya relatif rendah. Serbuk gergaji yang digunakan sebaiknya berasal dari jenis kayu yang sedikit mengandung getah atau
resin,  kurang  beraroma  terpenten,  tidak  beracun,  tidak  berbau  tajam  dan  bersih Junianto 2003. Jenis kayu yang umum digunakan antara lain kayu mindi Melia
azedarach,  jeungjing  Albizia  falcata  dan  jati  Tectona  grandis  Karnila  dan Edison 2001.
Penggunaan serbuk gergaji sebagai media pengisi kemasan juga memiliki beberapa  kelemahan.  Serbuk  gergaji  merupakan  media  pengisi  kemasan  yang
memiliki  rongga  udara  yang  lebih  kecil  dibandingkan  dengan  serutan  kayu, rumput  laut  Gracilaria  sp.  maupun  sekam  padi  sehingga  tidak  voluminuous  dan
jika digunakan media pengisi menjadi  lebih berat  serta kapasitas angkut  menjadi lebih  kecil  Prasetyo  1993;  Sufianto  2008.  Penggunaan  serbuk  gergaji  juga
menjadi  kurang  ekonomis  karena  dibutuhkan  serbuk  gergaji  yang  relatif  banyak, yaitu  sebesar  3-5  kg  dibandingkan  dengan  penggunaan  sekam  padi  sebesar
1-2,5 kg ataupun serutan kayu sebesar 1 kg Muslih 1996. Serbuk  gergaji  sebelum  digunakan  harus  dicuci  terlebih  dahulu.  Hal  ini
dimaksudkan  untuk  menghilangkan  bautar,  kotoran  serta  bahan  berbahaya lainnya yang terdapat pada kayu. Serbuk gergaji kemudian ditiriskan dan dijemur
hingga  kering.  Serbuk  gergaji  selanjutnya  dilembabkan  kembali  dengan  air sebanyak 50-75 dari berat serbuk gergaji hingga kadar air mencapai 50-60 dan
didinginkan  hingga  suhunya  sekitar  14
o
C.  Pendinginan  media  dapat  dilakukan dengan memasukan serbuk gergaji ke dalam lemari es atau menggunakan es balok
yang dibungkus plastik Suryaningrum et al. 2005. Ketebalan serbuk gergaji yang umum digunakan adalah 0,5-10 cm. Serbuk
gergaji tersebut disebar secara merata membentuk lapisan tipis pada bagian dasar wadah  Junianto  2003.  Lapisan  dasar  wadah  umumnya  diberi  lapisan  serbuk
gergaji  dengan  ketebalan  10-15  cm  Nitibaskara  et  al.  2006.  Pemberian  serbuk
gergaji dingin  dengan ketebalan 5-10  cm  pada dasar kemasan dimaksudkan agar kontak langsung antara ikan dan es dapat dihindari Suryaningrum et al. 2005.
Srikirishnadhas  dan  Kaleemur  1994  menyatakan  bahwa  penggunaan serbuk gergaji sebagai  media kemasan dapat dikombinasikan dengan jerami atau
sisa  potongan  karung  goni.  Bahan-bahan  tersebut  didinginkan  menggunakan freezer  terlebih  dahulu  sebelum  digunakan.  Suhu  kemasan  dijaga  tetap  rendah
dengan  menambahkan  es  batu  pada  bagian  dasar  kemasan.  Pada  lapisan  dasar kemudian  ditebarkan  serbuk  gergaji  ±0,5  cm  dan  di  atasnya  ditempatkan  lapisan
jerami atau potongan karung goni. Sekam  padi  merupakan  media  pengisi  yang  memiliki  tekstur  yang  baik
dan  seragam.  Bentuknya  menyerupai  kantong  yang  dapat  berfungsi  menyimpan air  Muslih  1996.  Sekam  padi  merupakan  salah  satu  media  pengisi  yang  paling
efektif selain serbuk gergaji, akan tetapi penggunaan sekam padi memiliki resiko yang  tinggi  terhadap  adanya  residu  pestisida.  Sebelum  digunakan,  sekam  padi
harus  diberi  perlakuan  terlebih  dahulu  untuk  menghilangkan  residu  pestisida tersebut yaitu dengan pencucian dan perendaman Junianto 2003.
Serutan kayu adalah bahan pengisi yang memiliki rongga udara yang lebih besar dibandingkan serbuk gergaji maupun sekam  padi,  akan tetapi  serutan kayu
masih  kurang  efektif  jika  digunakan  untuk  transportasi  lobster  ataupun  udang hidup. Hal ini karena serutan kayu dapat menyebabkan kerusakan fisik pada biota
yang  ditransportasikan.  Serutan  kayu  tidak  dapat  mempertahankan  suhu  rendah dalam waktu yang relatif lama sehingga suhu kemasan transportasi menjadi cepat
meningkat. Bahan pengisi ini juga memiliki tekstur yang kasar dan tidak seragam Prasetyo 1993.
Bahan  lain  yang  dapat  digunakan  sebagai  media  kemasan  adalah  rumput laut.  Jenis  rumput  laut  yang  biasa  digunakan  sebagai  media  pengisi  kemasan
adalah Gracilaria sp., rumput laut jenis ini mampu mempertahankan suhu rendah lebih lama daripada bahan pengisi lainnya  misalnya serbuk gergaji, serutan kayu
maupun sekam padi Prasetyo 1993. Daya serap air yang dimilikinya lebih tinggi dibandingkan  dengan  serbuk  gergaji,  sekam  padi,  serutan  kayu  maupun  busa
sehingga mampu mempertahankan kelembapan udang atau lobster yang diangkut.
Rumput  laut  juga  dipercaya  mengandung  daya  awet  alami  yang  dapat berpengaruh positif terhadap lobster atau udang Junianto 2003; Sufianto 2008.
Penggunaan Gracilaria sp. sebagai media pengisi kemasan kurang efektif karena dapat menimbulkan lendir dan bau basi setelah digunakan Prasetyo 1993.
Lendir  yang  dihasilkan  oleh  rumput  laut  tersebut  dapat  menghalangi  difusi oksigen  dari  lingkungan  dalam  kemasan  ke  insang  atau  organ  pernapasan  biota
sehingga  daya  tahan  biota  selama  transportasi  sistem  kering  akan  menurun Sufianto 2008.
3  METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat