Pada transek awal merupakan bagian dari bukit salo sehingga konturnyaa menanjak dan dengan tipe tanah berpasir yang kering, banyak semak kecil
berkayu dengan ketinggian mencapai 50 cm, transek ke tiga berupa lahan yang datar yang sepertinya sering dibanjiri kala musim penghujan tiba. Dicirikan
dengan tanah yang berlumpur tebal, sawit yang ditanami juga masih berumur muda. Pada transek selanjutnya sama seperti umumnya sawit berumur dewasa,
semak relatif tidak ada hanya ada beberapa rimbunan paku pada pembatas piringan sawit yang ditutupi dengan pelepah kering semakin ke hilir akan semakin
terjal. Jenis tumbuhan yang sering ditemukan pada Matriks perkebunan kelapa sawit
adalah Asteraceae; Mikania micrantha, Blechnaceae; Blechnum orientale, Cyperaceae; Scleria sumatrensis, Cyperus iria, Cyperus rotundus, Graminae;
Saccharum sponteneum, Melastomataceae; Clidemia hirta, Melastoma malabatricum poaceae; Ottochloa nodosa, Axonopus compressus, Paspalum
conjugatum, Echinochloa colona, Oleandraceae; Nephrolepis falcata, Nephrolepis bisserata, Nephrolepis falcata, Rubiaceae: Borreria alata
Violaceae Rinorea anguifera. C. Sungai Suir SS
Gambar 8 Sungai Suir. Pada Sungai Suir terdapat 4 transek, masing-masing 2 transek bagian hulu dan
hilir, Sungai Suir merupakan tipe sungai menengah dengan lebar berkisar antara 15-20 meter. Dibatasi oleh tebing dengan tinggian 20-150 meter, pH rata-rata 5-6,
arus relatif deras dengan banyak lubuk, dasar sungai berupa bebatuan dan air
berwarna keruh. Terdapat beberapa pulau di bagian tepi sungai yang ditumbuhi oleh semak dan banyak ditemukan log kayu besar dibagian tepi sungai.
Suhu air rata-rata 25,5
o
C dan pH rata-rata 5-6, pada bagian hulunya bagian riparia pada sisi perkebunan KSI masih terjaga dengan meski pada beberapa titik
juga tidak terlalu baik. Tutupan tajuk rata-ratanya 22,85 dan lebih banyak daerah berjeramnya dibandingkan bagian hilir, substratnya berupa batu kerikil,
terdapat air terjun dengan ketinggian 3 meter. Pada bagian hilir riparian masih bertahan pada beberapa sisi perkebunan KSI, rata-rata tutupan tajuknya 11,42
dan suhu 25
o
C. Pada beberapa bagian malah langsung berbatasan dengan perkebunan kelapa sawit pada bagian ini vegetasi yang tumbuh ditepi sungai di
dominasi oleh keladi-keladian dan rumput. Substrat pada umumnya tersedimentasi parah oleh pasir meski pada beberapa titik yang dangkal masih
berbatu kerikil, pada bagian yang berhutan vegetasi tepi sungainya rapat, pada bagian tengah hingga akhir transek dilingkupi oleh tebing dengan ketinggian
mencapai 50 meter. Jenis tumbuhan yang ditemukan di sepanjang lokasi pengambilan data antara
lain Annonaceae Mitrephora sp., Polyalthia glauca, Polyalthia rumphii, Microsorium sp.;
Burseraceae Santiria oblongifolia, Dacryodes rostrat;, Clusiaceae
Garcinia nervosa;
Cyperaceae Cyperus
Rotundus; Dipterocarpaceae Shorea parvifolia, Shorea balanocarpoides, Shorea sp.,
Shorea parvifolia; Ebenaceae Diospyros buxifolia, Diospyros sumatrana;
Euphorbiaceae Macaranga triloba, Drypetes sp,. Blumeodendron tokbrai, Macaranga sp., Baccaurea sumatrana, Drypetes sp,.
Fagaceae Lithocarpus sp; Lauraceae Cryptocarya sp., Endiandra macrophylla, Litsea tomentosa, Litsea
noronhae; Linaceae Ixonathes sp.; Lygodiaceae Lygodium circinatum;
Melastomataceae Bellucia axinanthera, Clidemia hirta; Moraceae Prainea limpato, Antiaris toxicaria, Ficus septica, Ficus aurata, Artocarpus dadah;
Oleaceae Chionanthus laxiflorus, Chionanthus sp.; Palmae Calamus sp.; Papilionaceae Spatholobus ferrugineus, Derris sp.; Poaceae Ottochloa nodosa;
Symplocaceae Symplocos costata; Verbenaceae Callicarpa sp.; Violaceae Rinorea anguifera.
D. Sungai Jujuan SJ
Gambar 9 Sungai Jujuan. Pada Sungai Jujuan Hulu terdapat empat transek, masing-masing dua
dibagian hulu dan hilir. Pada bagian hulu Sungai Jujuan merupakan sungai dengan perpaduan antara sungai yang memiliki lubuk yang panjang dibatasi oleh jeram
dan sedikit memiliki tepi sungai datar berbatu, rata-rata tutupan tajuknya 14,9, suhu 25,5
o
C dan pH 5-6 sebagian besar berupa tebing cadas curam dan pada beberapa titik setelah ketinggian 1-2 meter yang relatif datar dengan ceruk kasar
yang diiisi oleh air selama musim hujan. Lebar sungai bervariasi antara 7-15 meter, air jernih dan memiliki substrat berbatu. Hutan pada bagian sisi sungai
cukup baik dengan vegetasi tepi sungai rapat. Sementara pada bagian hilir Sungai Jujuan memiliki lebar 4-10 meter di
dominasi jeram dengan kedalaman hingga 2 meter bagian tepi sungai. Banyak ditemukan batu-batu berukuran besar hingga sangat besar dengan diameter 10 m,
tutupan tajuk rata-ratanya 19,4 dan suhu 26
o
C. Pada bagian yang berlubuk biasanya memiliki tepian bertebing cadas terjal. Air jernih hingga pembuangan
limbah pabrik yang menyebabkan air keruh bergradasi pada jarak 300-an dari transek, substrat sungai berupa kerikil, banyak ditemukan pohon dengan
ketinggian 10 meter. Jenis tumbuhan yang ditemukan di sepanjang lokasi pengambilan data antara
lain Annonaceae; Polyalthia rumphii; Araceae Rhaphidophora montana; Araliaceae
Schefflera rugosa,
Burseraceae Santiria
oblongifolia; Caesalpiniaceae Bauhinia pottsii; Clusiaceae Garcinia rostrata, Garcinia
nervosa, Combretaceae Combretum sp; Connaraceae Agelaea sp.;
Dipterocarpaceae Shorea balanocarpoides, Shorea sp, Vatica sumatrana;
Ebenaceae Gonystylus malayanus, Diospyros sumatrana; Elaeocarpaceae Elaeocarpus sp.;
Euphorbiaceae Breynia sp., Phyllanthus sp., Omalanthus giganteus, Phyllanthus sp., Blumeodendron tokbrai ,Castanopsis sp., Croton
argyratus, Baccaurea sumatrana, Aporosa frustescens, Macaranga sp,. Cleitanthus myrianthus, Macaranga triloba, Trigonostemon sp.,
Fabaceae Parkia speciosa;
Lauraceae Litsea noronhae, Endiandra rubescens; Malvaceae Hibiscus tiliaceus ;Melastomataceae Bellucia axinanthera,
Clidemia hirta Mimosaceae Archidendron bubalimu; Myrtaceae Tristaniopsis
obovata, Acmena acuminatissima, Syzygium grande, Nephelium uncinatum, Oleaceae Chionanthus calophyllus, Chionanthus laxiflorus; Oleandraceae
Nephrolepis falcata; Oxalidaceae Sarcotheca griffithii; Palmae Calamus sp.
Papilionaceae Desmodium gangeticum Derris sp. Spatholobus ferrugineus; Poaceae Digitaria setigera; Polygalaceae Xanthophyllum eurynchum,
Xanthophyllum rufum, Xanthophyllum
vitellinum; Rubiaceae Lasianthus
cyanocarpus; Rubiaceae Ardisia sp; Uncaria sclerophylla Uncaria
sclerophylla Sapindaceae Nephelium uncinatum; Violaceae Rinorea anguifera;
Vitaceae Vitis geniculata; Zingeberaceae Ammomum sp.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil 5.1.1 Komposisi dan Similaritas Spesies pada Elemen Lanskap dan Korelasi
Jarak dengan Keanekaragaman 5.1.1.1. Komposisi dan Similaritas Spesies Pada Elemen Lanskap
Kurva akumulasi spesies Pengamatan di lapangan yang telah dilakukan pada kawasan perkebunan
kelapa sawit PT. Kencana Sawit Indonesia, tercatat 5 Famili, 9 Genus dan 27 spesies dengan total sebanyak 1055 Individu ditemukan pada 22 lokasi dengan
menggunakan metode Visual Encounter Survei VES desain transek dengan dua kali pengulangan. Kurva akumulasi spesies dapat dilihat pada Gambar 10.
Gambar 10 Diagram kurva akumulasi spesies pada semua lokasi. Lima genus yang teramati pada kawasan PT. KSI, empat diantaranya teramati
pada minggu pertama pengamatan. Pada minggu kelima terdapat satu satu penambahan famili yaitu Megophrydae lalu tren mendatar hingga minggu keenam
pengamatan. Sementara pada tingkatan genus, hampir seluruhnya telah teramati pada minggu pertama dan juga mengalami penambahan satu genus pada minggu
kelima yang dilanjutkan dengan kurva mendatar hingga minggu keenam
5 10
15 20
25 30
M inggu 1 M inggu 2
M inggu 3 M inggu 4
M inggu 5 M inggu 6
Ju m
lah
Spesies Genus
Fam ili
pengamatan. Pada tingkatan spesies terdapat 3 fase yang teramati: fase pertama peningkatan spesies terjadi dari minggu pertama terkoleksi 24 spesies hingga
minggu kedua terjadi penambahan satu spesies, kemudian memasuki fase mendatar dimana tidak terjadi penambahan jenis spesies dari minggu kedua
hingga minggu keempat, kemudian fase ketiga dimana kurva kembali naik ketika terjadi penambahan jumlah spesies kembali dari minggu kelima hingga minggu ke
keenam, masing-masing satu spesies pada tiap minggunya. Lokasi pengamatan lanskap perkebunan yang terbagi menjadi tiga elemen
terdiri dari: area inti terdiri atas Bukit Tengah Pulau 5 transek dan Bukit Salo 3 transek; matriks yang terdiri atas Matriks Bukit Tengah Pulau 4 transek dan
Bukit Salo 2 transek dan koridor yang dibagi menjadi koridor Sungai Jujuan 4 transek dan Sungai Suir 4 transek. Estimasi kekayaan spesies pada masing-
masing elemen menggunakan Indeks Kekayaan Spesies Jackknife dengan hasil seperti yang tertera pada Gambar 11.
Gambar 11 Diagram estimasi kekayaan jenis pada elemen lanskap perkebunan kelapa sawit.
Estimasi spesies pada elemen lanskap perkebunan kelapa sawit pada PT.KSI, Elemen dengan kekayaan spesies tertinggi adalah elemen area inti dengan jumlah
spesies perkiraan sebanyak 23 spesies dengan estimasi tertinggi 28 spesies dan terendah 21 spesies stdev=3,75 dengan tingkat ketelitian 6,5. Elemen dengan
estimasi kekayaan spesies teringgi kedua adalah matriks, dengan jumlah perkiraan sebanyak 21 spesies dengan perkiraan maksimal sebanyak 23 spesies dan yang
23 28
21 21
23 18
18 22
13
5 10
15 20
25 30
S S M ax
S M in
Ju m
lah
Kekayaan Jenis
Area int i M at riks
Koridor
terendah 18 spesies st dev= 2,87 dengan tingkat ketelitian 5,5 dan yang terakhir elemen dengan perkiraan spesies paling rendah adalah koridor dengan
perkiraan kekayaan spesies sebanyak 18 spesies dan diperkirakan masih bisa bertambah hingga 22 spesies dan yang perkiraan terendah sebanyak 13 spesies
saja st dev= 4,25 dengan tingkat ketelitian 10,4. Dalam pengamatan jumlah spesies aktual; keanekaragaman dan kemerataan
pada ketiga elemen didapatkan hasil seperti yang tertera pada Gambar 12.
Ket: BTP=Bukit Tengah Pulau; BS= Bukit Salo; MBTP= Matriks Bukit Tengah Pulau; BS=Matriks Bukit Salo; SJ= Sungai Jujuan; SS= Sungai Suir.
Gambar 12 Diagram diversitas amphibia pada elemen lanskap A. Jumlah Spesies, B. Keanekaragaman, C. Kemerataan.
Pada pengamatan yang telah dilakukan terdata spesies terbanyak tercatat pada bagian MBTP dengan total 18 spesies dan yang paling sedikit pada MBS dengan
10 spesies. Pada elemen area inti yang diwakili oleh BTP dan BS secara berurutan dengan nilai 16 dan 15 spesies kemudian pada elemen koridor yang yang terdiri
atas SJ dan SS memiliki jumlah spesies yang sama yaitu 14 spesies.
A. B.
C.
Keanekaragaman amphibia tertinggi ditemukan pada elemen area inti bagian BTP dengan nilai 2,50 diikuti oleh elemen area inti lainnya yaitu BS dengan nilai
2,25. Elemen matriks memiliki keanekaragaman amphibia terbaik kedua dimana bagian MBTP memiliki nilai indeks 2,31, sedangkan MBS dengan nilai 1,94.
Elemen koridor secara rata-rata memiliki nilai indeks keanekaragaman terburuk dibandingkan dua elemen lainnya. Bagian SJ hanya memiliki nilai 1,98 dan yang
paling buruk adalah bagian SS dengan nilai 1,91. Secara umum seluruh lokasi masuk dalam kategori keanekaragaman sedang.
Kemerataan spesies merupakan alat yang baik untuk menganalisa hubungan kekayaan spesies dengan keanekaragaman. Area inti memiliki jumlah spesies dan
nilai indeks keanekaragaman tertinggi dengan nilai kemerataan 90 dan 83 menunjukkan hampir tidak ada dominansi dari spesies yang ada, sedangkan pada
elemen matriks terbaik kedua. Perbandingan pada MBTP dengan MBS menunjukan adanya spesies yang mendominasi pada MBS karena nilai
kemerataannya lebih baik 4 meski jumlah spesiesnya hanya 10. Komposisi spesies pada area inti dibagi menjadi dua bagian habitat aqutik dan
terrestrial. Pada habitat akuatik spesies yang ditemukan umumnya merupakan spesies dengan habit semi akuatik Bufo asper, Limnonectes blythii, L. crybetus
dan L. microdiscus; akuatik L. kuhlii, Occidozyga laevis, O. Sumatrana, Rana picturata, R. erythraea
dan R. hosii; semi arboreal R. parvaccola dan R. raniceps
. Sedangkan habitat terrestrial yang ditemukan adalah Akuatik L. kuhlii
; semi akuatik L. microdiscus; terrestrial B. biporcatus, Leptobrachium wayseputiense, Kalophrynus pleurostigma, Microhyla heymonsi, M. borneensis
dan Microhyla sp; semi arboreal R. raniceps; Arboreal Polypedates leucomystax
dan Polypedates sp. Dari daftar ini semua spesies merupakan jenis yang mampu hidup pada wilayah hutan yang telah terdegradasi
Matriks didominasi oleh spesies dengan relung generalis dan memiliki daya adaptasi yang tinggi untuk dapat hidup pada beberapa tipe habitat. Semua spesies
yang ditemukan pada matriks dapat ditemukan pada elemen area inti dan sebagian lagi pada elemen koridor. Kecuali P. cf macrotis yang hanya ditemukan pada
matriks saja, komposisi spesiesnya terdiri atas habit akuatik L. kuhlii, R. erythraea
dan R. hosii; semi akuatik B. asper, Fejervayra cancrivora, F.
limnocaris, L. blythii, L. crybetus dan L. microdiscus; Terrestrial L.
wayseputiense, , M. heymonsi dan M. berdmorei; semi arboreal R. nicobariensis,
R. raniceps dan R. parvaccola dan Arboreal P. leucomystax, P. cf macrotis dan
Polypedates sp .
Koridor juga di dominasi oleh spesies generalis kecuali Huia sumatrana dan Rhacophorus cyanopunctatus
. Komposisi spesies nya terdiri atas habit Akuatik H. Sumatrana, L. kuhlii, R. erythraea, R. picturata dan R. hosii; semi akuatik
B. asper, Fejervayra cancrivora, F. limnocaris, L. blythii, L. crybetus dan L. microdiscus
; Terrestrial M. berdmorei; semi arboreal R. parvaccola, R. raniceps
dan R. nicobariensis dan arboreal R. cyanopunctatus. Similaritas dari komposisi dan kelimpahan dikelompokkan dengan
menggunakan analisis kluster dengan hasil seperti yang tertera pada Gambar 13.
Gambar 13 Diagram similaritas komposisi dan kelimpahan amphibia pada tiap lokasi menggunakan metode ward
Analisis kluster membagi lokasi secara umum berdasarkan komposisi dan kelimpahan spesies menjadi dua kelompok besar yaitu: kelompok pertama
merupakan gabungan antara elemen area inti daratan dengan elemen matriks kelompok ini mewakili daratan sedangkan kelompok kedua adalah elemen
koridor ditambah elemen area inti akuatik yang cenderung berupa perairan.
Lokasi S
im ila
ri ty
S S
H U
5 K
S JH
I5 K
S JH
I0 K
S JH
U 5
K S
JH U
K S
S H
I5 K
S S
H I0
K S
S H
U K
B S
S S
C B
T P
S K
C S
T C
M B
T P
-S M
M B
T P
B M
M B
S T
M M
B S
B M
M B
T P
U M
M B
T P
T M
B S
C B
T P
S C
B T
P B
C B
T P
T C
B T
P U
C -210,42
-106,94
-3,47
100,00
Pada kelompok yang pertama terbagi kembali menjadi dua bagian yaitu cluster area inti dan matriks. Pada cluster area inti daratan bagian sisi Bukit
Tengah Pulau Utara, Timur dan Barat komposisi spesiesnya hanya berbeda 1-2 spesies dan kelimpahan yang bervariasi dengan angka yang sama. Sisi selatan dari
bukit ini bersebelahan dengan Bukit Salo, komposisinya juga cenderung menyerupai Bukit Salo sehingga sedikit berbeda dengan kelompok cluster BTPU,
BTPB dan BTPT dengan tingkat similaritas 82,6. Sementara sisi selatan Bukit Tengah Pulau lebih dekat dengan Bukit Salo memiliki tingkat kesamaan
komposisi spesies dengan nilai similaritas 80,37. Spesies yang absen pada cluster area inti daratan adalah semua pesies dengan habit akuatik kecuali L. kuhlii, R.
raniceps , M. berdmorei dan Genus Rhacophorus.
Cluster matriks membentuk kelompok dengan similaritas tertinggi pada MBTPU dengan MBSB dengan nilai 96. Komposisi dan kelimpahan spesies pada
paling rendah 70,4 pada cabang ke lima, cluster pada elemen matriks relatif tidak terlalu jauh berbeda secara komposisi dan kelimpahan spesiesnya. Spesies yang
absen pada cluster matriks adalah Spesies Spesialis interior hutan, Genus Huia dan Rhacophorus serta R. picturata.
Pada Kelompok habitat akuatik, elemen area inti akuatik mengelompok dan tampak lebih dekat dengan koridor bagian Sungai Suir, bagian SSHU5 tampak
mengelompok dengan semua lokasi pada Sungai Jujuan yang tingkat similaritasnya paling tinggi dibandingkan seluruh lokasi dengan tingkat kesamaan
98,6. Sedangkan tingkat kesamaan terendah komposisi antara area inti dengan matriks adalah 52,68-72,44. Pada Sungai Jujuan dan Suir perbedaan komposisi
spesies hanya berbeda masing-masing dua spesies, pada Sungai Jujuan terdapat F. limnocaris
dan R. cyanopuntatus sedangkan pada Sungai Suir terdapat F. cancrivora
dan M. berdmorei, Genus yang tidak ditemukan pada koridor adalah Genus Polypedates, Kalophrynus, Occidozyga dan Leptobrachium.
5.1.1.2. Korelasi Jarak Dengan Keanekaragaman
Berdasarkan analisis hasil korelasi antara jarak dengan keanekaragaman diperoleh hasil seperti pada Tabel 3.
Tabel 3 Persamaan regresi antara jarak Euclidian distance dengan diversitas Shannon-Wienner.
No. Variabel
Persamaan Regresi P Value R square
1. Area inti- Koridor H = 1,37 + 0,000187 Jarak+ ϵ
0,379 2,0
2. Area inti-Matriks H = 0,768 + 0,00159 Jarak+
ϵ 0,004
30,6
Ket:P0.05 tidak signifikan
Pada korelasi antara area inti dengan koridor persamaan regresi menunjukkan korelasi yang tidak signifikan antara keanekaragaman dengan jarak. Hal ini
dikarenakan adanya ketidakkonsistenan antara pertambahan jarak dengan bertambahnya nilai indeks keanekaragaman pada semua lokasi. Rata-rata nilai
indeks keanekaragaman tidak terlalu berbeda pada tiap pertambahan jarak, sementara nilai jarak secara konsisten bertambah. Sehingga pola yang dihasilkan
bervariasi, dapat dilihat pada hubungan korelasi pada tiap lokasi. Pengujian yang dilakukan dengan melihat korelasi antara jarak area inti
dengan keanekaragaman dengan menggunakan korelasi Pearson menunjukkan korelasi positif antara dua variabel yang tidak signifikan pada Sungai Suir,
Sungai Suir hilir r = 0,405, n = 10, p ≥ 0,05; Sungai Suir Hulu r = 0,307, n = 10,
p ≥ 0,05. Pada Sungai Jujuan ada sedikit variasi dimana Sungai Jujuan Hulu
berkorelasi positif r = 0,093, n = 10, p ≥ 0,05, sedangkan bagian hilirnya
berkorelasi negatif r = -0,142, n = 10, p ≥ 0,05. Korelasi pada bagian hilir
Sungai Jujuan dapat dilihat sebagai penyebab utama ketidak konsistenan karena bernilai negatif, dimana nilai indeks keanekaragaman cenderung menurun dengan
pertambahan jarak dari area inti, sementara lokasi yang lain memiliki nilai korelasi positif yang rendah dan tidak signifikan.
Korelasi antara jarak dengan keanekaragaman pada elemen matriks berdasarkan analisa diatas didapatkan hasil korelasi antara jarak dengan
keanekaragaman yang signifikan. Dimana keanekaragaman tiap pertambahan
jarak satu meter, keanekaragaman akan bertambah sebanyak 0,00159 kali ditambah dugaan nilai rataan pada daerah matriks.
5.1.2. Perbandingan Keanekaragaman Jenis Amphibia pada Koridor yang Terpapar dan Tidak dengan Area Inti
Serta pada Bagian Hulu dan Hilir
5.1.2.1. Perbandingan Keanekaragaman Jenis Amphibia pada Koridor yang Terpapar dan Tidak Terpapar dengan Area Inti
Uji beda keanekaragaman jenis amphibia pada koridor Sungai Suir yang terpapar dan Sungai Jujuan tidak terpapar dengan area inti dilakukan dengan uji t
student dengan hasil seperti yang tertera pada Tabel 4 berikut: Tabel 4 Nilai t hitung uji t student keanekaragaman antara sungai jujuan dengan
Sungai Suir. No.
Habitat Sungai Suir Hilir
Sungai Suir Hulu 1.
Sungai Jujuan hilir -1,03
ts
-1,45
ts
2. Sungai Jujuan hulu
-0,04
ts
-0,62
ts
Ket:
ts = tidak signifikan Pada Tabel 4 dapat dilihat ada empat perbandingan dengan hasil tidak ada
perbedaan keanekaragaman amphibia yang signifikan antara Sungai Jujuan yang tidak terpapar dengan area inti dan Sungai Suir yang terpapar dengan area inti,
baik pengujiannya pada bagian hulu dan hilir dari dua sungai ini. Secara jumlah jenis kedua sungai juga memiliki jumlah spesies yang sama yaitu 14 spesies,
memiliki tingkat kesamaan komposisi spesies sebanyak 85,7, spesies yang hanya ditemukan pada Sungai Jujuan adalah F. cancrivora dan R. cyanopunctatus
sedangkan yang hanya ditemukan pada Sungai Suir saja adalah M. berdmorei dan F. limnocaris
.
5.1.2.2. Perbandingan Keanekaragaman Jenis Amphibia pada Aliran Sungai Bagian Hulu dan Hilir
Uji beda keanekaragaman jenis amphibia pada bagian hulu dan hilir dari koridor Sungai Jujuan dan Suir dilakukan dengan uji t student dengan hasil seperti
yang tertera pada Tabel 5.
Tabel 5 Nilai t hitung uji t student keanekaragaman pada bagian hulu dan hilir No. Habitat
Sungai Jujuan Hulu Sungai Suir Hulu
1 Sungai Jujuan hilir
-0,99
ts
- 2
Sungai Suir hilir -
-0,60
ts
Ket:ts=tidak signifikan Berdasarkan pada uji t pada keanekaragaman jenis amphibia pada koridor
Sungai Jujuan bagian hulu dan hilir di dapatkan hasil tidak ada perbedaan yang signifikan antara keanekaragaman amphibia pada bagian hulu dan hilir dari
Sungai Jujuan. Demikian juga dengan bagian hulu dan hilir dari Sungai Suir dimana tidak ada perbedaan yang signifikan pada keanekaragaman amphibianya.
Adapun sebaran berdasarkan komposisi spesies pada tiap subtransek pada Sungai Jujuan dapat dilihat pada Gambar 14.
Ket A = B. asper; B = F. limnocaris; C = H. sumatrana; D = L. blythii; E = L. crybetus; F = L. kuhlii
; G = L. microdiscus; H = R. erythraea; I = R. hosii; J = R. nicobariensis; K = R. parvaccola; L = R. picturata; M = R. raniceps; N = R. cyanopunctatus
Gambar 14 Diagram komposisi spesies antara bagian hulu dan hilir sungai jujuan.