16
Gambar 13. Grafik perubahan area 50 ekor benih ikan ukuran 5-7 cm pada sore hari Berdasarkan grafik tersebut dapat diketahui bahwa pada kondisi awal 0 detik penempatan
ikan di dalam wadah, luasan area yang dibentuk oleh benih lebih kecil daripada setelah beberapa saat 10 detik. Hal ini terjadi karena pada saat benih pertama dituang di dalam
wadah, benih ikan lele berenang menyebar dan belum menggerombol sehingga luasan yang terhitung masih luasan tiap ekor yang terpisah. Setelah beberapa saat benih cenderung
menggerombol dan berhimpit satu dengan yang lain. Gambar dari pengambilan citra mulai 0 detik sampai 15 detik dapat dilihat pada Lampiran 2 dan 3. Pengambilan citra yang dilakukan
pada sore hari memiliki pencahayaan yang kurang, sehingga hasil pemotretan harus dinaikkan brignese dan contrasnya agar dapat dilakukan proses threshold. Selain itu, arah datang cahaya
juga mempengaruhi hasil pengambilan citra yang selanjutnya berpengaruh pada hasil perhitungan. Arah datang cahaya yang tidak tegak lurus langsung pada bidang wadah
menyebabkan adanya bayangan pada tepi wadah. Bayangan tersebut tidak terhapus saat dilakukan proses threshold sehingga dihitung sebagai ikan.
2. Karakteristik Area per Ekor Benih Ikan Lele
Perhitungan jumlah piksel parameter luas merupakan akumulasi dari perhitungan luas dari tiap ekor yang diperoleh setelah proses thresholding. Perhitungan luas dari tiap ekor benih yang
diperoleh berbeda tiap individu benih sesuai dengan posisi masing-masing benih ketika dilakukan pengolahan citra.
a. Area pada benih ikan lele yang sama
Luas area benih ikan yang satu dengan yang lain berbeda-beda tergantung ukuran dari benih tersebut. Untuk mengetahui kisaran area dari satu benih ikan lele, dilakukan pengolahan
citra pada satu benih ikan dengan berbagai poisi. Hasil pengolahan citra untuk menentukan luas benih satu ekor ikan lele dapat ditunjukkan pada Tabel 2.
5000 10000
15000 20000
25000 30000
35000 40000
5 10
15
Lu as
p ik
se l
Waktu s
Ulangan1 Ulangan2
Ulangan3
17
Tabel 2. Luas area 1 benih ikan ukuran 7.8 cm dengan berbagai posisi Posisi
benih ke
Luas piksel
1 1006
2 1084
3 836
4 947
5 902
6 897
7 719
8 815
9 1091
10 1058
11 735
12 768
13 841
14 866
15 746
16 829
17 800
18 812
19 859
20 817
Data tersebut menunjukkan bahwa perubahan posisi dari benih berpengaruh terhadap perhitungan luas area per ekor benih, sehingga pada satu benih ikan dapat menghasilkan
berbagai ukuran luas area Lampiran 4. Dari data yang diperoleh, kemudian dilakukan uji kenormalan dari luas area yang dibentuk oleh benih ikan tersebut. Uji kenormalan dilakukan
untuk mengetahui penyebaran normal dari data luas area benih yang diperoleh. Hasil uji kenormalan dari luas area benih berukuran 7.8 cm dapat ditunjukkan pada Gambar 14 dan 15.
Hipotesis untuk uji kenormalan yaitu : H0 : Menyebar normal
H1 : Tidak menyebar normal
18
Gambar 14. Grafik uji kenormalan luas area benih ikan ukuran 7.8 cm
Gambar 15. Kurva sebaran normal luas area benih ikan ukuran 7.8 cm Berdasarkan uji KS Kolmogorov Smirnov diketahui bahwa nilai-p 0.137 alpha 5
maka terima H0. Hal ini berarti data luas area yang dibentuk 1 benih ekor ikan ukuran 7.8 cm tersebut menyebar normal dengan standar deviasi sebesar 112.6. Dari data tersebut dapat
diketahui bahwa jumlah luas area yang dibentuk oleh benih berukuran 7.8 cm berkisar pada sebaran 800-900 piksel.
19
b. Area pada benih ikan lele yang berbeda
Tiap benih ikan lele mempunyai posisi masing-masing. Area yang diciptakan dari tiap benih berbeda satu sama lain. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 16. Ukuran ikan yang beragam
akan menghasilkan luasan yang beragam juga tetapi perbedaan area benih ikan satu dengan yang lain tidak jauh berbeda.
Gambar 16. Diagram area beberapa benih ikan ukuran 3-4 cm
c. Karakteristik