Pelaksanaan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS) di Rumah Sakit Martha Friska Multatuli Medan

(1)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan/Kesehatan Gigi Masyarakat Tahun 2013

Julia Megawarni

Pelaksanaan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS) di Rumah Sakit Martha Friska Multatuli Medan.

xii + 49 halaman

Pelaksanaan SIMRS adalah kegiatan pengumpulan data dari setiap komponen Rumah Sakit (RS) yang bertujuan untuk mengetahui efektivitas dari sistem yang digunakan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Setiap RS wajib melakukan pencatatan laporan tentang semua kegiatan penyelenggaraan RS dalam bentuk SIMRS yang didukung oleh Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1171/MENKES/PER/VI/2011. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pelaksanaan SIMRS di RS. Martha Friska Multatuli Medan dengan instalasi yang terkait. Metode penelitian adalah deskriptif kualitatif dengan menggunakan teknik wawancara dan observasi langsung untuk mendapatkan data primer dan sekunder yang diperoleh melalui staf yang terkait.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan SIMRS di RS ini termasuk kriteria baik yaitu 64,86%. Termasuk kriteria cukup sebesar 35,14%

Hambatan dalam pelaksanaan SIMRS ditemukan 37,84% yang tidak mengikuti program pendidikan dan pelatihan dan 32,43% tidak mengikuti program


(2)

pelatihan teknik/kursus tambahan. Komponen hardware dari komputer ditemukan 18,92% memerlukan perbaikan. Demikian juga komponen software sebesar 35,14%. Hambatan yang ditemukan pada komponen jaringan (Local Area Network), yaitu penghubung antar unit sering terputus-putus sebesar 59,46%.

Pelaksanaan SIMRS di RS Martha Friska Multatuli secara umum termasuk kriteria baik. Hambatan utama komponen SIMRS adalah SDM. Oleh karena itu, RS disarankan harus melakukan pengevaluasi secara berkala.


(3)

PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN

RUMAH SAKIT (SIMRS) DI RUMAH SAKIT

MARTHA FRISKA MULTATULI

MEDAN

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi Syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh:

JULIA MEGAWARNI NIM: 090600143

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(4)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi

Medan, 02 Desember 2013

Pembimbing: Tanda Tangan

Simson Damanik, drg.,M.Kes ... NIP: 19501013 198203 1 001


(5)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji Pada tanggal………..

TIM PENGUJI

KETUA : Simson Damanik, drg., M.Kes

ANGGOTA : 1. Prof. Lina Natamiharja, drg., SKM 2. Gema Nazri Yanti, drg., M.Kes


(6)

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis ucapakan kepada Tuhan YME atas berkat rahmat dan pertolongan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagaimana mestinya untuk memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. H. Nazruddin, drg., C.Ort., Ph.D., Sp. Ort selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang telah memberi izin kepada penulis untuk melakukan penelitian

2. Prof. Sondang Pintauli, drg., Ph.D selaku Ketua Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan/Kesehatan Gigi Masyarakat yang turut membantu penulis untuk penyelesaian skripsi ini.

3. Simson Damanik, drg., M.Kes sebagai dosen pembimbing yang bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing, membantu serta selalu memberi semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Prof. Lina Natamiharja, drg., SKM dan Gema Nazri Yanti, drg., M.Kes sebagai dosen penguji yang telah meluangkan waktu dan pikiran untuk memberi saran bagi skripsi penulis.

5. dr. Harry Sujatmiko, Sp. BTKV (K) selaku Direktur RS. Martha Friska Multatuli Medan yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian di RS ini.

6. Lena S. Farm. yang telah membantu penulis dalam melakukan penelitian di RS ini serta serluruh staf RS. Martha Friska Multatuli Medan yang telah meluangkan waktu dan turut membantu peneliti selama penelitian.

7. Ika Devi Adiana, drg sebagai dosen pembimbing akademi yang telah membantu dalam memberi dukungan dan saran bagi penulis.


(7)

8. Teman-teman yang selalu memberikan dukungan kepada penulis Anita Carolina, Lulu Marinda, Olivia dan Witta Andriany Fendy dan teman-teman setambuk 2009 FKG USU.

9. Orang tua saya Bapak Yusuf Tjoa dan Ibu Muliani Salimo yang telah banyak membantu dalam dukungan moril dan material, pacar saya Hermanto dan adik saya Yulia Karen yang juga turut membantu dan memberikan semangat.

Semoga Tuhan YME memberikan dan membalas segala kebaikan Bapak, Ibu dan Saudara-Saudara Sekalian.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun. Semoga skripsi ini dapat berguna bagi yang membutuhkan.

Medan, 02 Desember 2013 Penulis,

(Julia Megawarni) NIM: 090600143


(8)

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL...

HALAMAN PERSETUJUAN... HALAMAN TIM PENGUJI...

KATA PENGANTAR... iv

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL... ix

DAFTAR GAMBAR……….. xi

DAFTAR LAMPIRAN... xii

BAB 1 PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Rumusan Masalah... 5

1.3 Tujuan Penelitian... 6

1.4 Manfaat Penelitian... 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA... 7

2.1 Sistem Informasi... 7

2.1.1 Definisi Sistem Informasi... 8

2.1.2 Jenis SIRS... 9

2.2 Sistem Informasi Manajemen... 9

2.3 Peranan SIM di Rumah Sakit... 10

2.3.1 Manfaat SIMRS... 11

2.3.1.1 Manfaat Umum... 11

2.3.1.2 Manfaat Organisasi... 12

2.3.1.3 Manfaat Operasional... 14

2.3.1.4 Manfaat Manajerial... 16

2.3.2 Komponen SIMRS... 16

2.3.3 Syarat Keberhasilan SIMRS... 18


(9)

2.5 Modul-Modul SIMRS... 19

2.6 Kerangka Konsep... 26

BAB 3 METODE PENELITIAN... 27

3.1 Rancangan Penelitian... 27

3.2 Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian... 27

3.3 Populasi dan Sampel... 27

3.4 Variabel dan Definisi Operasional... 27

3.5 Metode Pengumpulan Data... 28

3.6 Pengolahan Data... 29

BAB 4 HASIL PENELITIAN……….... 30

4.1 Visi dan Misi RS. Martha Friska Multatuli Medan…….…… 30

4.2 Distribusi Operator Pengelola Laporan SIMRS RS. Martha Friska Multatuli Medan……….….. 4.3 Pelaksanaan SIMRS pada 10 Instalasi yang Terkait di RS. Martha Friska Multatuli Medan……….. 30 31 4.4 Hambatan pada SDM………... 4.4.1 Hambatan pada Komponen SDM Mengenai Program Pendidikan dan Pelatihan... 4.4.2 Hambatan pada Komponen SDM Mengenai Program Pelatihan Teknik/Kursus Tambahan... 4.4.3 Hambatan pada Komponen SDM Mengenai Penilaian Prestasi Kerja………... 4.4.4 Hambatan yang Ditemukan pada Komponen SDM Mengenai Cara Memasukkan Data…….………... 4.4.5 Hambatan pada Komponen SDM Mengenai Kelengkapan Pengisian Data…………..……... 4.5 Hambatan pada Komponen Hardware (Komputer)….…... 4.6 Hambatan pada Komponen Software... 4.7 Hambatan pada Koneksi LAN…………... 4.8 Hambatan pada Onlinenya LAN………... 4.9 Wawancara terhadap Seorang Anggota Manajemen... 32 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 BAB 5 PEMBAHASAN………. 43

5.1Pelaksanaan SIMRS di RS. Martha Friska Multatuli Medan... 43

5.2Hambatan dalam Pelaksanaan SIMRS RS. Martha Friska Multatuli Medan…..……….. 5.3Wawancara terhadap Seorang Anggota Manajemen………… 43 44 BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN………...… 46

6.1 Kesimpulan……….. 46

6.2 Saran……… 47 viii


(10)

DAFTAR PUSTAKA………. 48 LAMPIRAN


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1 Frekuensi distribusi operator pengelola laporan SIMRS RS. Martha

Friska Multatuli Medan 2013………... 31

2 Frekuensi distribusi kriteria Arikunto dalam pelaksanaan SIMRS pada 10 instalasi terkait di RS. Martha Friska Multatuli Medan

2013………... 32

3 Persentase distribusi mengenai mengikuti program pendidikan dan pelatihan pada 10 instalasi terkait pada 37 orang di RS. Martha

Friska Multatuli Medan 2013……… 33

4 Persentase distribusi mengenai mengikuti program pelatihan teknik/kursus tambahan pada 10 instalasi terkait pada 37 orang di

RS. Martha Friska Multatuli Medan 2013……… 34 5 Persentase distribusi mengenai penilaian prestasi kerja pada 10

instalasi terkait pada 37 orang di RS. Martha Friska Multatuli

Medan 2013………... 35

6 Persentase distribusi mengenai cara memasukkan data pada 10 instalasi terkait pada 37 orang di RS. Martha Friska Multatuli

Medan 2013………... 36

7 Persentase distribusi mengenai kelengkapan pengisian data pada 10 instalasi terkait pada 37 orang di RS. Martha Friska Multatuli

Medan 2013………... 37

8 Persentase distribusi kondisi komponen pendukung (komputer) pada 10 instalasi terkait (37 unit) di RS. Martha Friska Multatuli Medan

2013………... 38

9 Persentase distribusi kondisi komponen pendukung (software) pada 10 instalasi pada (37 unit) di RS. Martha Friska Multatuli Medan

2013………... 39


(12)

pada 10 instalasi (37 unit) di RS. Martha Friska Multatuli Medan

2013………... 40

11 Persentase distribusi kondisi komponen pendukung (Onlinenya LAN) pada 10 instalasi (37 unit) di RS. Martha Friska Multatuli


(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1 Contoh Modul Pendaftaran Pasien……….. 23

2 Contoh Modul Rawat Jalan………. 23

3 Contoh Modul Apotek……… 24

4 Contoh Modul Akutansi Pasien Rawat Jalan……….. 24


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1 Lembar kuesioner penelitian untuk staf 2 Lembar kuesioner penelitian untuk manajer

3 Persetujuan Komisi Etik Tentang Pelaksanaan Penelitian Bidang Kesehatan 4 Lembar penjelasan kepada calon subjek penelitian

5 Lembar persetujuan setelah penjelasan (informed consent) 6 Lembar tanda selesai penelitian


(15)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan/Kesehatan Gigi Masyarakat Tahun 2013

Julia Megawarni

Pelaksanaan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS) di Rumah Sakit Martha Friska Multatuli Medan.

xii + 49 halaman

Pelaksanaan SIMRS adalah kegiatan pengumpulan data dari setiap komponen Rumah Sakit (RS) yang bertujuan untuk mengetahui efektivitas dari sistem yang digunakan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Setiap RS wajib melakukan pencatatan laporan tentang semua kegiatan penyelenggaraan RS dalam bentuk SIMRS yang didukung oleh Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1171/MENKES/PER/VI/2011. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pelaksanaan SIMRS di RS. Martha Friska Multatuli Medan dengan instalasi yang terkait. Metode penelitian adalah deskriptif kualitatif dengan menggunakan teknik wawancara dan observasi langsung untuk mendapatkan data primer dan sekunder yang diperoleh melalui staf yang terkait.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan SIMRS di RS ini termasuk kriteria baik yaitu 64,86%. Termasuk kriteria cukup sebesar 35,14%

Hambatan dalam pelaksanaan SIMRS ditemukan 37,84% yang tidak mengikuti program pendidikan dan pelatihan dan 32,43% tidak mengikuti program


(16)

pelatihan teknik/kursus tambahan. Komponen hardware dari komputer ditemukan 18,92% memerlukan perbaikan. Demikian juga komponen software sebesar 35,14%. Hambatan yang ditemukan pada komponen jaringan (Local Area Network), yaitu penghubung antar unit sering terputus-putus sebesar 59,46%.

Pelaksanaan SIMRS di RS Martha Friska Multatuli secara umum termasuk kriteria baik. Hambatan utama komponen SIMRS adalah SDM. Oleh karena itu, RS disarankan harus melakukan pengevaluasi secara berkala.


(17)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pelaksanaan menurut Santoso Sastropoetro adalah suatu usaha atau kegiatan yang dilakukan untuk mewujudkan rencana atau program dalam kenyataannya.1 Pelaksanaan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS) adalah upaya kegiatan pengumpulan data-data dari setiap komponen RS yang bertujuan untuk mengetahui efektivitas dari sistem yang digunakan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Pelaksanaan juga merupakan keseluruhan usaha yang berhubungan langsung dengan manusia baik cara, teknik dan metode untuk mendorong para staf agar mau berkerjasama dengan sebaik mungkin demi terciptanya tujuan organisasi dengan baik.1 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1171/MENKES/PER/VI/2011 tentang Sistem Informasi Rumah Sakit menyatakan bahwa sesuai ketentuan Pasal 52 ayat (1) Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, setiap rumah sakit wajib melakukan pencatatan dan pelaporan tentang semua kegiatan penyelenggaraan rumah sakit dalam bentuk Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit.2

SIMRS adalah Program aplikasi atau software komputer yang dibuat untuk membantu manajemen rumah sakit dalam membuat entri data, mengolah data dan membuat laporan data pasien. Pengertiannya tidak hanya terbatas pada pencatatan tagihan (billing system) dan rekam medis, melainkan yang mengintegrasikan seluruh kegiatan rumah sakit dalam rangka meningkatkan kinerja dan pelayanan.3 Sistem tersebut menyediakan informasi tentang masa lampau, masa kini dan untuk memprediksi hal yang akan dilakukan dimasa mendatang dan tentang kejadian-kejadian relevan di dalam dan di luar organisasi yang bersangkutan.4 Salah satu pengertian yang lebih sederhana tentang teknologi informasi adalah seperangkat alat yang menolong mengerjakan sesuatu dengan informasi yang menghasilkan tugas


(18)

terkait proses pengelolaan informasi.5 Sistem informasi manajemen berbasis komputer sudah merupakan sarana pendukung yang mutlak diperlukan untuk operasional rumah sakit.3 Hal ini didukung dengan penelitian tentang Tinjauan Sistem Informasi Manajemen Rekam Medis (SIM RM) dalam mendukung kegiatan pencatatan dan pelaporan statistik rumah sakit di Rumah Sakit Khusus Daerah Duren Sawit Jakarta tahun 2009 yang dilakukan oleh Clara Pralistya yang menyimpulkan bahwa pencatatan data dengan metode manual dirasakan menyita waktu yang lebih lama dan sulit, sehingga SDM harus mampu meninggalkan kebiasaanya dalam melakukan perkerjaan secara manual untuk perlahan-lahan menggunakan cara

computerized dalam berkerja dengan melalui pelatihan/training, dan juga didukung dengan penelitian tentang analisis peran koordinasi sistem informasi rumah sakit pada instalasi rawat inap RSUD Pasar Rebo Jakarta tahun 2009 yang dilakukan oleh Rizka Arofani yang menyimpulkan bahwa sistem informasi yang terkomputerisasi memudahkan pertukaran informasi antar unit.

Pelaksanaan SIMRS yang baik akan memberikan nilai tambah bagi manajemen, meningkatkan efisiensi, menyediakan kemudahan, memastikan bahwa suatu standard praktek kedokteran yang baik dan benar telah diikuti, suatu tatanan yang mana sebagian besar kegiatan pelayanan auditable penyelenggara pelayanan

accountable, yang mana hampir seluruh proses pengambilan keputusan berdasarkan pertimbangan baik dan buruk dengan dukungan informasi terolah.6 Pada era globalisasi rumah sakit juga terkena dampaknya, sehingga dibutuhkan kesiapan infrastruktur dan sarana yang berstandar global untuk mendukung segala aktivitas yang terjadi di rumah sakit. Segala upaya peningkatan kemampuan dan kapasitas bertujuan untuk meningkatkan kualitas pelayanan agar mampu memenuhi tuntutan kebutuhan rumah sakit. Pada kondisi tersebut data dan informasi menjadi komponen yang penting/vital bagi setiap penyelenggara pelayanan yang bermutu di rumah sakit. Perkembangan teknologi informatika komputer memberikan sumbangan antara lain penghematan karena prosedur pengolahan dan penyajian informasi secara otomatik, akses terhadap informasi secara cepat dan terandalkan, adanya umpan balik dari informasi manajerial untuk perbaikan proses pelayanan, secara optimal dapat


(19)

menurunkan biaya dan meningkatkan pendapatan melalui pelayanan yang cepat dan terandalkan. Dengan adanya sistem informasi berbasis komputer yang dapat membantu dalam proses transaksi pelayanan medis menghindarkan dokumen mudah rusak, pengambilan dokumen dan informasi medis di dalamnya dapat diakses dengan mudah dan cepat dan menghemat sumber daya serta menghasilkan informasi secara cepat, akurat dan tepat waktu bagi setiap level manajemen pelayanan medis. Dengan adanya SIMRS, para medis tidak perlu memikirkan kemampuan finansial pasien dan tidak membeda-bedakan pelayanan kepada pasien karena tenaga medis akan diberi insentif yang sama untuk tindakan yang sama, tidak tergantung kepada siapa pelayanan medis tersebut diberikan. Pola tersebut terbukti mempengaruhi secara positif kinerja para tenaga medis yang pada akhirnya akan meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit secara kesuluruhan. Selain itu, juga dapat menjaga standar praktek medis yang baik dan benar, menjadi alat koordinasi yang sangat efektif, fungsi kontrol yang konsisten, dan meningkatkan pendapatan.

Tanpa aplikasi SIMRS maka proses-proses sistem informasi secara manual harus dilakukan pada pelayanan yang mana tiap-tiap pasien datang kegiatan seperti pengambilan kembali dokumen serta pengambilan informasi di dalamnya yang berlanjut pada penambahan catatan secara manual, kondisi ini mempunyai beberapa kelemahan yaitu relatif lamanya pengambilan dokumen, mudah rusaknya dokumen karena kontak manual saat pengambilan dan penambahan pencatatan, bentuk catatan manual sebagai informasi dalam pengambilan keputusan medik kurang rapi dan jelas untuk dibaca dibanding catatan secara elektronik dan proses pembuatan laporan yang terasa menambah beban kerja serta inefisiensi kertas kerja dan tempat dokumen. Beberapa kondisi tersebut kurang mendukung untuk menciptakan dan memperlancar transaksi pelayanan medis yang cepat, tepat dan handal.

Hari Kusnanto dalam makalahnya yang disampaikan pada kongres PERSI 1996 menyatakan bahwa sistem informasi rumah sakit sangat berperan dalam memadukan berbagai kepentingan dari berbagai pelanggan rumah sakit. Sistem informasi rumah sakit dapat berfungsi memadukan kepentingan pelanggan dalam mencapai misi dan visi rumah sakit eksternal di rumah sakit.7


(20)

Infrastruktur untuk menunjang terlaksananya penerapan sistem informasi yang benar dan sesuai kebutuhan secara garis besar, ada 5 komponen yang mendasari pelaksanaan SIMRS, yaitu Sumber Daya Manusia (SDM), hardware, software, data, dan jaringan (Local Area Network).4,8 Dalam pelaksanaannya, banyak ditemukan permasalahan pada komponen tersebut yang pada akhirnya akan menghambat jalannya SIMRS, misalnya keterbatasan pada jumlah, kemampuan serta komitmen SDM, keterbatasan pada program software maupun keterbatasan teknis lainnya.9

Rumah Sakit Martha Friska Multatuli merupakan rumah sakit kelas B milik swasta berlokasi di Kota Medan, yang mana rumah sakit ini diharuskan mutlak melaksanakan SIMRS. Dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, rumah sakit ini telah membentuk organisasi dan tata kerja instalasi Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) yang menjalankan program SIMRS. SIMRS pada RS Martha Friska Multatuli Medan adalah suatu program yang berbasis penggunaan komputer yang menggunakan jaringan (Local Area Network/LAN). instalasi yang menjalankan modul SIMRS, yaitu instalasi rawat inap, rawat jalan, instalasi gawat darurat, instalasi radiologi, instalasi farmasi, instalasi pendaftaran dan penerimaan pasien, instalasi patologi klinik, instalasi patologi anatomi, bagian akuntansi, dan bagian rekam medis. Dalam pelaksanaannya di RS tersebut tidak berjalan maksimal dikarenakan adanya permasalahan di masing-masing instalasi, misalnya kurangnya tenaga operator, adanya kelalaian operator di bagian rekam medis sehingga masih terjadi kasus informasi data yang double, dan pelayanan pada pasien masih lambat. Rumah Sakit Martha Friska Multatuli ini rata-rata Bed Occupation Rate (BOR) 60%, bila akses informasi ini dilaksanakan dengan baik sistem pelayanan dapat ditingkatkan dan kepuasaan pasien terhadap rumah sakit dapat dipertahankan dan sistem pelayanan ditingkatkan dapat bermutu dan dipertahankan. BOR sesuai dengan standar nasional untuk kelas A dan B adalah 75 – 85%.

Hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan SIMRS ini adalah pada komponen SDM berupa hambatan psikologis saja, hambatan tersebut dapat berasal dari semua jenjang mulai dari dewan direksi sampai kepada pihak pelaksana. Misalnya dewan direksi takut melakukan investasi yang relatif besar tanpa adanya


(21)

kepastian.7 Penelitian Roslenni Sitepu pada tahun 2004 di RSUP Haji Adam Malik Medan, menyatakan bahwa faktor penghambat yang utama dari pelaksanaan SIMRS adalah komponen SDM.9

Menurut Hari Kusnanto dalam makalahnya yang disampaikan pada Kongres PERSI VII 1996, menyampaikan beberapa alasan mengapa SIMRS belum berkembang pesat, antara lain:7 Konsep ekonomi informasi kesehatan belum dirumuskan secara jelas, manajer belum betul-betul memahami perlunya SIMRS, keasingan terhadap teknologi informasi, kesulitan dalam menghadapi perubahan budaya dan perilaku dengan diterapkannya SIMRS, dan kurangnya saling pengertian antara klinisi, manajer, dan pengelola SIMRS.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian di Rumah Sakit Martha Friska Multatuli guna mengetahui bagaimana pelaksanaan dan hambatan-hambatan dalam pelaksanaan SIMRS dirumah sakit tersebut, sehingga Rumah Sakit Martha Friska Multatuli dapat memberikan pelayanan yang lebih maksimal untuk masyarakat dan dapat memperbaiki pelaksanaan SIMRS yang masih kurang berjalan secara optimal dan pelayanan dapat ditingkatkan dan kepuasaan pasien terhadap rumah sakit juga akan meningkat. Alasan peneliti memilih RS Martha Friska Multatuli Medan dikarenakan rumah sakit ini telah menjalankan SIMRS berbasis komputerisasi sejak tahun 2010 sampai sekarang, dan juga akses ke rumah sakit dirasakan lebih mudah dan lebih menghemat waktu.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pelaksanaan SIMRS pada instalasi rawat inap, rawat jalan, instalasi gawat darurat, instalasi radiologi, instalasi farmasi, instalasi pendaftaran dan penerimaan pasien, instalasi patologi klinik, instalasi patologi anatomi, bagian akuntansi, bagian rekam medis di RS Martha Friska Multatuli sejak tahun 2010 sampai tahun 2013?


(22)

2. Apa saja hambatan-hambatan yang ditemukan pada komponen SDM,

hardware, software, data dan Local Area Network (LAN) dalam pelaksanaan SIMRS RS Martha Friska Multatuli Medan?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitan ini adalah:

1. Mengetahui pelaksanaan SIMRS instalasi rawat inap, rawat jalan, instalasi gawat darurat, instalasi radiologi, instalasi farmasi, instalasi pendaftaran dan penerimaan pasien, instalasi patologi klinik, instalasi patologi anatomi, bagian akuntansi, bagian rekam medis di RS Martha Friska Multatuli Medan sejak tahun 2010 sampai tahun 2013 dengan komponen yang terkait.

2. Mengetahui hambatan-hambatan yang ditemukan pada SDM, hardware, software, data dan Local Area Network (LAN) dalam pelaksanaan SIMRS di RS Martha Friska Multatuli Medan.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah:

1. Menambah kepustakaan Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Pencega-han/Kesehatan Gigi Masyarakat mengenai SIMRS.

2. Bagi rumah sakit sebagai bahan masukan dalam penyempurnaan pelaksanaan SIMRS di RS. Martha Friska Multatuli.


(23)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Pelaksanaan menurut Sastropoetro adalah suatu usaha atau kegiatan yang dilakukan untuk mewujudkan rencana atau program dalam kenyataan. Pelaksanaan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit adalah upaya kegiatan pemgumpulan data-data dari setiap komponen rumah sakit yang bertujuan untuk mengetahui efektivitas dari sistem yang digunakan oleh rumah sakit itu sendiri untuk mencapai tujuan yang diinginkan.1

Berdasarkan peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1171/MENKES/PER/VI/2011 tentang Sistem Informasi Rumah Sakit, sesuai dengan ketentuan Pasal 52 ayat (1) Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, setiap rumah sakit wajib melakukan pencatatan dan pelaporan tentang semua kegiatan penyelenggaran rumah sakit dalam bentuk Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit.2

2.1 Sistem Informasi

Rumah Sakit merupakan institusi yang kegiatannya kompleks dan memiliki organisasi yang majemuk, maka dalam pengelolaannya (manajemennya) rumah sakit sebaiknya didukung oleh sistem informasi yang terencana dengan baik.2,10

Dalam mendefinisikan sistem terdapat dua kelompok pendekatan sistem, yaitu sistem yang menekankan pada prosedur dan elemennya. Pemahaman sistem dengan pendekatan prosedur, yaitu suatu urutan kegiatan yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk mencapai tujuan tertentu.11 Pemahaman sistem dengan pendekatan komponen/elemen, yaitu kumpulan komponen yang saling berkaitan dan bekerja sama untuk mencapai tujuan tertentu. Suatu sistem mempunyai karakteristik atau sifat tertentu, yaitu mempunyai komponen, batas sistem, lingkungan luar sistem, penghubung, masukan, keluaran, pengolah dan sasaran atau tujuan.11


(24)

Raymond Mc. Leod mendefinisikan informasi sebagai data yang telah diolah menjadi bentuk yang lebih berarti bagi penerimanya. Alat pengolah informasi dapat meliputi elemen komputer, elemen non komputer atau kombinasinya. Sumber informasi adalah data.11

Data adalah kenyataan yang menggambarkan kejadian-kejadian dan kesatuan nyata. Kejadian (event) adalah sesuatu yang terjadi pada saat tertentu. Informasi diperoleh setelah data-data mentah diproses atau diolah. Menurut John Burch dan Gary Grudnitski, agar informasi dihasilkan lebih berharga, maka informasi harus memenuhi kriteria sebagai berikut:11,12

1. Informasi harus akurat, sehingga mendukung pihak manajemen dalam mengambil keputusan.

2. Informasi harus relevan, benar-benar terasa manfaatnya bagi yang membutuhkan.

3. Informasi harus tepat waktu, sehingga tidak ada keterlambatan pada saat dibutuhkan.

Kegunaan informasi adalah untuk mengurangi ketidakpastian di dalam proses pengambilan keputusan tentang suatu keadaan. Informasi yang digunakan di dalam suatu sistem informasi umumnya untuk beberapa kegunaan. Informasi digunakan tidak hanya oleh satu orang pihak di dalam organisasi. Nilai sebuah informasi ditentukan dari dua hal yaitu manfaat dan biaya untuk mendapatkannya. Suatu informasi dikatakan bernilai bila manfaatnya lebih efektif dibandingkan dengan biaya untuk mendapatkan informasi tersebut.

2.1.1 Definisi Sistem Informasi

Sistem Informasi dapat didefinisikan sebagai berikut.

1. Suatu sistem yang dibuat oleh manusia yang terdiri atas komponen-komponen dalam organisasi untuk mencapai suatu tujuan yaitu menyajikan informasi.

2. Sekumpulan prosedur organisasi yang pada saat dilaksanakan akan memberikan informasi bagi pengambilan keputusan dan/atau untuk mengendalikan organisasi.


(25)

3. Suatu sistem didalam suatu organisasi yang mempertemukan kebutuhan pengelolaan transaksi, mendukung operasi, bersifat manajerial, dan kegiatan strategi suatu organisasi dan menyediakan pihak luar tertentu dengan laporan-laporan yang diperlukan.

2.1.2 Jenis Sistem Informasi Rumah Sakit

Sistem informasi Rumah Sakit (SIRS) merupakan suatu tatanan yang berurusan dengan pengumpulan data, pengelolaan data, penyajian informasi, analisa, dan penyimpanan informasi yang dibutuhkan untuk kegiatan rumah sakit.9

Sistem Informasi Rumah Sakit terdiri atas:9,13

1. Sistem informasi administrasi, merupakan sistem informasi yang membantu pelaksanaan administrasi rumah sakit. Misalnya: billing system, pelaporan data obat-obatan, penggajian, dll.

2. Sistem informasi klinik, merupakan sistem informasi yang secara langsung untuk membantu pasien dalam pelayanan medis selama pasien di rumah sakit. Misalnya: sistem yang membantu pelayanan laboratorium, radiologi, obat-obatan, dll.

3. Sistem informasi manajemen, merupakan sistem informasi yang membantu manajemen rumah sakit dalam pengambilan keputusan. Misalnya: sistem informasi manajemen pelayanan, keuangan, dan pemasaran.

2.2 Sistem Informasi Manajemen (SIM)

Para ahli telah menjabarkan beberapa pengertian Sistem Informasi Manajemen untuk memudahkan memahaminya. Robert G. Murdick dan Joel E. Ross mendefinisikan Sistem Informasi Manajemen sebagai proses komunikasi di mana informasi masukan (input) direkam, disimpan, dan diproses untuk menghasilkan

output yang berupa keputusan tentang perencanaan, pengoperasian, dan pengawasan. Joseph F. Kelly mendefinisikan Sistem Informasi Manajemen sebagai perpaduan sumber daya manusia dan sumber daya yang berbasis komputer yang


(26)

menghasilkan kumpulan penyimpanan, komunikasi, dan penggunaan data untuk tujuan operasi manajemen yang efisien serta perencanaan bisnis.14

Gordon B. Davis mendefinisikan Sistem Informasi Manajemen sebagai sistem manusia/mesin yang terpadu guna menyajikan informasi untuk mendukung fungsi operasi, manajemen dan pengambilan keputusan didalam suatu organisasi.14

Drs. Soetedjo Moeljodihardjo mendefinisikan Sistem Informasi Manajemen sebagai suatu metode untuk menghasilkan informasi yang tepat waktu bagi manajemen tentang lingkungan luar organisasi dan kegiatan operasi di dalam organisasi, dengan tujuan untuk menunjang proses pengambilan keputusan serta memperbaiki proses perencanaan dan pengawasan.14

Drs. Komaruddin mendefinisikan Sistem Informasi Manajemen sebagai suatu pendekatan yang terorganisir dan terencana untuk memberi eksekutif bantuan informasi yang tepat dan dapat memberikan kemudahan bagi proses manajemen.14

Dari beberapa definisi tersebut, dapat dirangkum bahwa Sistem Informasi Manajemen adalah kumpulan dari interaksi sistem-sistem informasi yang menghasilkan informasi yang berguna untuk semua tingkatan manajemen.14 Adapun peran informasi dalam pengambilan keputusan di rumah sakit, yakni dalam hal permintaan tujuan dan target, kebutuhan pelayanan, alokasi sumber daya, pengendalian mutu pelayanan, serta evaluasi program.15

2.3 Peranan SIM di Rumah Sakit

Sistem informasi manajemen rumah sakit (SIMRS) merupakan himpunan atau kegiatan dan prosedur yang terorganisasikan dan saling berkaitan serta saling ketergantungan dan dirancang sesuai dengan rencana dalam usaha menyajikan info yang akurat dan tepat waktu di rumah sakit. Selain itu, sistem ini berguna untuk menunjang proses fungsi-fungsi manajemen dan pengambilan keputusan dalam memberikan pelayanan kesehatan di rumah sakit. Sistem tersebut, saat ini ditujukan untuk menunjang fungsi perencanaan dan evaluasi dari penampilan kerja rumah sakit antara lain adalah jaminan mutu pelayanan rumah sakit yang bersangkutan, pengendalian keuangan dan perbaikan hasil kerja rumah sakit tersebut, kajian dalam


(27)

penggunaan dan penaksiran permintaan pelayanan kesehatan rumah sakit oleh masyarakat, perencanaan dan evaluasi program rumah sakit, penyempurnaan laporan rumah sakit serta untuk kepentingan pendidikan dan pelatihan.16

Menurut Rowland, peran Sistem Informasi Manajemen di rumah sakit dapat berfungsi medikal maupun bisnis. Untuk setiap fungsi, Sistem Informasi Manajemen dapat berperan baik dalam sistem transaksi, perencanaan operasional, sistem pengawasan serta perencaan strategis.3

SIMRS sudah harus diadakan oleh setiap rumah sakit oleh karena teknologi kedokteran kini semakin berkembang, semakin kompleks, semakin kuat, semakin punya bahaya dan semakin mahal biayanya, sebingga memerlukan pengawasan yang ketat. Teknologi sistem informasi semakin canggih sehingga memungkinkan pengawasan yang ketat dengan biaya yang wajar. Situasi lingkungan yang mengharuskan pelayanan kesehatan di rumah sakit dilakukan seefektif dan seefisien mungkin.7

2.3.1 Manfaat SIMRS

SIMRS sangat bermanfaat dalam membantu meningkatkan kinerja rumah sakit. Manfaat Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit terdiri dari:17,18

1. Manfaat Umum 2. Manfaat Organisasi 3. Manfaat Operasional 4. Manfaat Manajerial

2.3.1.1 Manfaat Umum

Manfaat umum yang dirasakan dengan menjalankan SIMRS, memberikan nilai tambah dengan meningkatkan efisiensi, kemudahan, standard praktek kedokteran yang baik dan benar, dokumentasi yang auditable dan accountable, mendukung pemasaran jasa rumah sakit seperti mutu, kecepatan, kenyamanan, kepastian, biaya, bahkan gengsi pelayanan. Meningkatkan profesionalisme dan kinerja rumah sakit. Meningkatkan akses dan pelayanan rumah sakit terhadap


(28)

berbagai sumber daya, antara lain mitra usaha potensial seperti pedagang besar farmasi, JAMSOSTEK, Instansi/Perusahaan pemberi jaminan karyawannya, AKSES. Meningkatkan profesionalisme manajemen rumah sakit, yaitu:17,18

1. Setiap unit akan bekerja sesuai fungsi, tanggung jawab dan wewenangnya;

a. Fungsi pelayanan dan informasi b. Fungsi perawatan (medical care) c. Fungsi penunjang (supporting) d. Fungsi administrasi dan keuangan e. Fungsi pengawasan

2. Mendukung kerja sama, keterkaitan dan koordinasi antar bagian/unit dalam rumah sakit.

2.3.1.2Manfaat Organisasi

Manfaat organisasi yang dirasakan dengan menjalankan SIMRS, adalah sebagai berikut.17,18

1. Budaya Kerja

Karena SIMRS ini mensyaratkan kedisiplinan dalam pemasukan data, baik ketepatan waktu maupun kebenaran data, maka budaya kerja yang sebelumnya menangguhkan hal-hal seperti itu, menjadi berubah. Hal ini dapat terjadi karena integrasi SIMRS dengan seluruh unit layanan. Sebagai contoh, jika unit registrasi tidak memasukkan data pasien yang akan berobat, maka unit layanan tidak mungkin dapat memasukkan layanan kepada pasien tersebut, dan kasir pun tidak mungkin menerima pembayaran dari pasien tersebut. Apabila semua unit sepakat untuk menangguhkan pemasukan datanya, maka keesokan harinya, manajer akan melihat penurunan trend pasien atau melihat ada pasien-pasien yang pelayanannya belum terselesaikan. Dokter yang sudah memberikan jasa pelayanan juga tidak dapat melihat ataupun menerima jasa profesi yang sudah diberikan.


(29)

2. Transparansi

SIMRS sebaiknya dirancang menganut kebijakan data terpusat, artinya data-data yang digunakan oleh seluruh rumah sakit berada di bawah satu kendali. Misalnya untuk data tarif tindakan, unit layanan tidak boleh dan tidak bisa memasukkan atau melakukan perubahan pada tarif yang ada, data yang dimasukkan hanya layanan yang diberikan kepada pasien sehingga manipulasi tarif tidak dimungkinkan. Hal lain lagi, pendapatan setiap unit layanan terlihat dari laporan harian yang selalu dilaporkan kepada direktur. Dengan demikian setiap orang dapat melihat jalannya proses transaksi di rumah sakit dan secara tidak langsung juga turut mengawasi proses tersebut.

3. Koordinasi antar unit (Team working)

Sering terjadi data yang digunakan oleh unit layanan tertentu adalah milik unit layanan yang lain, misal kode perusahaan pelanggan adalah milik keuangan yang digunakan secara intensif oleh medical record, maka ketika terjadi perubahan terhadap data tersebut, unit yang bersangkutan akan mengkoordinasikannya dengan unit yang terpengaruh. Apabila hal ini tidak dilakukan maka dengan sendirinya akan terjadi kekacauan data referensi.

4. Pemahaman sistem

Dengan dipergunakannya SIMRS, setiap personil di rumah sakit, secara tidak langsung akan dituntut untuk mengetahui proses bisnis yang terjadi di rumah sakit tersebut. Ini disebabkan karena data atau informasi yang dikirim ke unit lain, merupakan suatu siklus proses bisnis di rumah sakit tersebut. Dampak positifnya adalah bahwa setiap unit akan berusaha memberikan hasil kerja yang terbaik, karena hasil kerja suatu unit tertentu akan memberikan dampak juga pada unit lainnya. Karena dilakukan secara berkesinambungan, maka akan memperbaiki budaya kerja personil dan pada akhirnya akan meningkatkan citra rumah sakit.

5. Mengurangi biaya administrasi

Dengan adanya SIMRS maka pengurangan biaya administrasi dapat dilakukan, sebagai contoh adalah penghematan dalam bentuk kertas. Pada sistem manual seringkali laporan harus dijabarkan terlebih dahulu di atas kertas baru


(30)

kemudian dianalisis, maka dengan adanya SIMRS analisa dapat dengan mudah dilakukan dilayar komputer, dan jika sudah benar baru datanya dicetak.

2.3.1.3 Manfaat Operasional

Manfaat operasional yang dirasakan dengan menjalankan SIMRS, adalah sebagai berikut.17,18

1. Kecepatan

Manfaat yang paling terasa ketika SIMRS tersebut selesai diimplementasikan adalah kecepatan penyelesaian pekerjaan-pekerjaan administrasi. Ketika dengan sistem manual pengerjaan tagihan kepada mitra/pihak ke-3, misalnya, memakan waktu sampai 1 bulan sejak pasien selesai dilayani, dengan SIMRS hanya memakan waktu 1-2 hari saja. Kecepatan ini tentu saja membuat efektivitas kerja meningkat. Pada awal pemasangannya, ketika aliran kerja belum lancar, peningkatan kecepatan belum terlalu terasa. Namun ketika komitmen seluruh unit untuk tepat waktu memasukkan data dengan akurasi entri data yang tinggi dipenuhi, maka akan terasa sekali dampak dari SIMRS terhadap kecepatan kerja.

2. Akurasi

Hal lain yang juga terasa berubah adalah akurasi data, apabila dengan sistem manual orang harus memeriksa satu demi satu transaksi, namun dengan SIMRS hal tersebut cukup dilakukan dengan membandingkan laporan antar unit yang dihasilkan olehnya. Ini juga dapat mencegah terjadinya duplikasi data untuk transaksi-transaksi tertentu. Misalnya, pasien yang sama diregistrasi dua kali pada hari yang sama, maka SIMRS akan menolaknya, SIMRS juga akan memberikan peringatan jika tindakan yang sama untuk pasien yang sama dicatat dua kali, hal ini menjaga agar pengguna lebih teliti.

3. Integrasi

Hal lain yang juga terasa berpengaruh terhadap budaya kerja adalah integrasi data di setiap unit. Bila dengan sistem manual, data pasien harus dimasukkan di setiap unit, maka dengan SIMRS data tersebut cukup sekali dimasukkan di pendaftaran saja. Hal ini jelas mengurangi beban kerja adminstrasi dan menjamin konsistensi data.


(31)

4. Peningkatan pelayanan

Pengaruh SIMRS yang dirasakan oleh pasien adalah semakin cepat dan akuratnya pelayanan. Pasien tidak perlu menunggu lama untuk menyelesaikan administrasinya, baik rawat inap ataupun rawat jalan. Hal yang sama juga dirasakan perusahaan pelanggan, yang mana tagihan yang dikirim cukup akurat dan detail sehingga memudahkan analisa mereka.

5. Peningkatan Efisiensi

Tanpa SIMRS, beban pekerjaan lebih bersifat administratif, sedangkan dengan diimplementasikannya beban pekerjaan lebih bersifat analisis. Sebagai contoh, jika dahulu konsentrasi bagian penagihan adalah membuat tagihan, sekarang konsentrasinya lebih kepada umur tagihan itu sendiri. Selain itu, karena kecepatan dan akurasi data meningkat, maka waktu yang dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan administrasi berkurang jauh, sehingga karyawan dapat lebih fokus pada pekerjaan utamanya.

Tanpa SIMRS, perawat harus memasukan data standar asuhan keperawatan secara berulang-ulang dan sangat memakan waktu, tetapi dengan SIMRS, perawat hanya tinggal memasukan data diagnosa penyakit pasien, dan komputer yang akan mencetak laporan SAK (Standar Asuhan Keperawatan) untuk ditanda tangani perawat.

6. Kemudahan pelaporan

Pekerjaan pelaporan adalah pekerjaan yang menyita waktu namun sangat penting. Dengan adanya SIMRS, proses pelaporan hanya memakan waktu dalam hitungan menit sehingga kita dapat lebih konsentrasi untuk menganalisa laporan tersebut.

2.3.1.4Manfaat Manajerial

Manfaat manajerial yang dirasakan dengan menjalankan SIMRS, adalah sebagai berikut.17,18


(32)

1. Kecepatan mengambil keputusan

Dengan sistem manual, manajer seringkali mengambil keputusan berdasarkan informasi yang mungkin sudah tidak relevan lagi. Belum lagi jika yang dibutuhkan adalah trend berdasarkan selang waktu tertentu (harian/mingguan/bulanan/dll), ini mengakibatkan keputusan yang diambil belum tentu sesuai dengan kondisi nyata. Namun dengan SIMRS, informasi yang disajikan bersifat real time, bahkan dapat membuat tabulasi dari informasi tersebut sehingga informasi yang didapat sudah sangat spesifik sesuai dengan kebutuhan. Hal ini tentu saja meningkatkan kualitas keputusan, dan berkurangnya waktu dalam hal pengambilan keputusan.

2. Akurasi dan kecepatan identifikasi masalah

Karena laporan-laporan yang dihasilkan SIMRS memberi gambaran dari hari ke hari mengenai kinerja rumah sakit, maka jika ada hal-hal yang tidak normal dapat segera diketahui. Hal ini membuat identifikasi potensi masalah dapat dilakukan lebih dini, sehingga tindakan pencegahan atau penanggulangannya dapat segera disusun.

3. Kemudahan penyusunan strategi

Sejalan dengan identifikasi masalah di atas, manajer pun dapat menyusun strategi ke depan berdasarkan data populasi, bukan lagi statistik, karena SIMRS mampu memberikan data populasi dengan selang waktu tertentu, bahkan dapat menyajikan kecenderungan (trend) datanya. Ini tentu saja semakin menajamkan strategi yang disusun.

Implementasi SIMRS tentunya tidak dapat berjalan dengan baik tanpa dukungan semua pihak yang terkait serta political will dari pimpinan rumah sakit maupun pemilik Rumah Sakit.18

2.3.2 Komponen SIMRS

Dalam pelaksanaan SIMRS terdapat 5 komponen utama yang mendasarinya, yaitu:4,8,19

1. SDM (Human Resources)

Sumber Daya Manusia merupakan petugas yang akan menjalankan SIMRS sesuai dengan fungsi dan jabatan. Secanggih apapun SIMRS yang dibuat, kalau


(33)

SDMnya belum siap dan belum memiliki kemampuan yang mencukupi untuk mengoperasikan, kecanggihan sistem tersebut menjadi tidak berarti. Oleh karena itu, SDM perlu juga dibangun atau dipersiapkan seiring dengan sistem yang sedang dibangun. Loyalitas dan komitmen dari SDM juga diperlukan untuk mendukung suatu organisasi. Loyalitas adalah suatu sikap atau perilaku seorang pegawai kepada perusahaan atau atas terhadap suatu pekerjaannya itu secara professional sesuai dengan kode etik dan peraturan perusahaan, yang mana sikap dan perilaku tersebut adalah bentuk kesetiaan seorang pegawai terhadap pekerjaannya. Komitmen adalah sebagai kekuatan yang bersifat relatif dari individu dalam mengindentifikasikan keterlibatan dirinya ke dalam bagian organisasi. Untuk menjadi tenaga yang professional seharusnya diadakan pelatihan minimal dua kali setahun, dan untuk gaji idealnya sebagai rumah sakit swasta yang mana imbalan jasa karyawan sesuai dengan prestasi/ konstibusi karyawan tersebut, diberikan reward/punishment yang jelas.

2. Sumber Daya Perangkat Keras (Hardware Resources)

Sumber daya berupa perangkat keras yang digunakan dalam sistem informasi, tidak hanya berupa mesin (komputer, printer, scanner), namun juga berupa media seperti database (tempat penyimpanan data), disket, magnetic tape, optical disc, compact disc, flashdisc, atau paper form.

3. Sumber Daya Perangkat Lunak (Software Resources)

Sumber daya ini merupakan kumpulan dari perintah/fungsi yang ditulis dengan aturan tertentu untuk memerintahkan komputer melaksanakan tugas tertentu, yang berupa system software, application software, dan prosedur.

4. Sumber daya jaringan komputer (network resources)

Sumber daya jaringan ini mencakup teknologi telekomunikasi seperti internet, intranet dan ekstranet. Sumber daya jaringan juga disebut juga Local Area Network

(LAN). Sumber daya ini menggunakan server untuk mendukungnya dan letaknya juga jangan terlalu jauh atau terhalang-halang untuk mendapatkan jaringan yang mendukung.


(34)

5. Pemantauan (monitoring)

Pemantauan merupakan suatu komponen penting dilakukan, untuk memantau secara berkala data-data yang dimasukkan, yang bertujuan untuk menjamin keakuratan informasi yang tersedia.

2.3.3 Syarat Keberhasilan SIMRS

Dalam pelaksanaan SIMRS terdapat hal-hal yang menjadi persyaratan yang menentukan keberhasilannya, yakni:4

1. Adanya komitmen dari pimpinan RS untuk menerapkan teknologi ini di dalam organisasi dengan segala konsekuensinya;

2. Dukungan moral dan seluruh anggota tim manajemen dan seluruh karyawan;

3. Pembentukan infrastruktur dengan baik dan benar;

4. Nilai investasi optimum yang sesuai dengan kebutuhan dengan mempertimbangkan ruang gerak pertumbuhannya;

5. Proses pengembangan yang berjalan secara terus-menerus.

Suatu sistem informasi hendaknya terorganisir dengan baik sehingga dapat menjalankan fungsinya sebagai alat pendukung bagi kegiatan operasional suatu organisasi. Pengembangan sistem informasi yang tidak tertata akan menyebabkan ketinggalan teknologi tanpa sempat diantisipasi, under utilize yang mana perangkat komputer hanya sebagai pengganti mesin ketik dan kalkulator saja, organisasi hanya mendapat nama tetapi membebani organisasi, manajer dan karyawan tidak merasa ada kemajuan dalam proses manajemen sehingga pelaksanaan keputusan menjadi terlantar dan bahkan ditinggalkan.15

2.4 Hambatan dalam Pelaksanaan SIMRS

Perkembangan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS) masih belum lancar dan banyak rumah sakit mengalami kegagalan dalam aplikasinya karena adanya beberapa hambatan dan kendala. Permasalahan yang menjadi kendala dan hambatan tersebut adalah sebagai berikut: pemahaman para operator tentang


(35)

komputer yang masih kurang, pemahaman para spesialis bidang informasi tentang bisnis dan peran manajemen yang masih minim, relatif mahalnya harga perangkat komputer, dan ambisius para pengguna yang terlalu yakin dapat membangun sistem informasi secara lengkap sehingga dapat mendukung semua lapisan pegawai.16

Hari Kusnanto dalam makalahnya yang disampaikan pada Kongres PERSI VII 1996, menyampaikan bahwa sistem informasi rumah sakit amat berperan dalam memadukan berbagai kepentingan dari berbagai pelanggan rumah sakit. Menurutnya, ada beberapa alasan mengapa SIMRS belum berkembang pesat, antara lain:7

1. Konsep ekonomi informasi kesehatan belum dirumuskan secara jelas 2. Manajer belum betul-betul memahami perlunya SIMRS

3. Keasingan terhadap teknologi informasi

4. Kesulitan dalam menghadapi perubahan budaya dan perilaku dengan diterapkannya SIMRS

5. Kurangnya saling pengertian antara klinisi, manajer, dan pengelola SIMRS. Secara umum hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan SIMRS ini biasanya hanya berupa hambatan psikologis saja, yang mana hambatan tersebut dapat berasal dari semua jenjang mulai dari dewan direksi sampai kepada pihak pelaksana. Misalnya dewan direksi yang takut untuk melakukan investasi yang relatif besar tanpa adanya kepastian dan manfaatnya secara langsung, ataupun dari pihak pelaksananya sendiri yang mana terdapatnya keengganan untuk beradaptasi ataupun menggunakan sistem baru ini.4

2.5 Modul – Modul SIMRS

Untuk memudahkan mengelolah data di rumah sakit, diperlukan modul-modul sistem rumah sakit, yaitu:10,18

1. Modul Pendaftaran dan penerimaan

Modul Pendaftaran dan penerimaan adalah modul yang digunakan untuk proses pendaftaran pasien setiap kali pasien datang ke Rumah Sakit/Klinik. Modul pendaftaran dan penerimaan, memuat: pendaftaran pasien, ruangan yang tersedia,


(36)

data pasien, data dokter, pemesanan tempat, pencatatan pasien pindah ruang, pencatatan pasien keluar/meninggal, dan mencetak laporan

2. Modul Pencatatan Medik

Modul pencatatan medik adalah modul yang berfungsi untuk mencatat semua data medik pasien, menyimpan dan juga memudahkan pencarian kembali data rekam medik. Modul pencatatan medik, memuat: rekaman riwayat data medik pasien, pencarian dokumen data medik, data medik pasien, dan mencetak laporan.

3. Modul Pelayanan Gawat Darurat

Modul pelayanan gawat darurat adalah modul yang sangat bermanfaat pada kasus yang mana pasien membutuhkan jasa medis darurat dimana poliklinik sedang tutup atau pasien dari dokter atau RS lain mendapat rujukan untuk rawat inap, oleh karena hal tersebut setiap IGD RS selalu menyediakan pelayanan 24 jam untuk kasus-kasus seperti ini. Modul pelayanan gawat darurat, memuat: rekaman data medik terakhir seorang pasien, memasukkan data, indentitas pasien, tindakan yang diambil, buku pintar tentang tindakan yang harus diambil untuk suatu penyakit/cedera, dan mencetak laporan

4. Modul Pelayanan Rawat Jalan

Modul pelayanan rawat jalan adalah modul yang digunakan untuk menyedia-kan informasi mengenai data mengenai rekam medik pasien, proses pembayaran dan perhitungan honor dokter/jasa medik. Modul pelayanan rawat jalan, memuat: reka-man data medik terakhir seorang pasien dan memasukkan data (Indentitas pasien, apotek, laboratorium, diagnostik, fisioterapi, rawat inap, dan diagnosis/tindakan yang diambil)

5. Modul Pelayanan Rawat Inap

Modul pelayanan rawat inap adalah modul yang berfungsi untuk memberikan data mengenai jumlah kamar dan kelas kamar yang tersedia, dan biaya pelayanan tersebut disesuaikan dengan kelas kamar yang dipilih oleh pasien. Modul pelayan rawat inap, memuat: rekaman data medik terakhir seorang pasien dan memasukkan data (indentitas pasien, apotek, laboratorium, diagnostik, fisioterapi, diagnosis/ tindakan yang diambil, dan resume)


(37)

6. Modul Akuntansi Pasien

Modul akutansi pasien adalah modul yang berfungsi untuk memberikan data mengenai semua transaksi pasien yang disesuaikan dengan tindakan yang diberikan kepada pasien. Modul akutansi pasien, memuat: penyimpanan transaksi harian pasien (biaya laboratorium, biaya rontgen, biaya obat-obatan, biaya dokter, biaya operasi, dan biaya lain-lain) dan memperbaharui (up-date) deposit, memproses pembayaran, memberi warning bila uang deposit perlu ditambah, rekening pasien, pasien yang perlu menambah deposit, pasien masuk, dan pasien keluar/meninggal. Didalam skripsi ini modul akutansi pasien tergolong kedalam modul keuangan.

7. Modul Akuntansi Umum

Modul akuntasi umum adalah modul yang berfungsi untuk memberikan data mengenai data keuangan rumah sakit, yang memuat: data transaksi secara interaktif, memperbaharui saldo buku besar, dan menolak setiap transaksi yang tidak seimbang, mencetak laporan keuangan (mutasi buku besar, ringkasan buku besar, ikhtisar sisa hasil usaha, dan neraca). Didalam skripsi ini modul akutansi pasien tergolong kedalam modul keuangan.

8. Modul Sistem Piutang

Modul sistem piutang adalah modul yang berfungsi untuk memantau segala jenis piutang, dan proses pembayaran yang memuat: piutang pasien dan piutang perusahaan langganan, memproses pembayaran, piutang pasien, piutang perusahaan langganan, mencetak (kuitansi, data piutang pasien, data piutang perusahaan langganan, usia piutang dan rekapitulasi pembayaran). Didalam skripsi ini modul akutansi pasien tergolong kedalam modul keuangan.

9. Modul Sistem Utang

Modul sistem utang adalah modul yang berfungsi untuk memantau hutang rumah sakit, yang memuat: hutang rumah sakit (hutang jangka pendek dan hutang jangka panjang), jatuh tempo dan buku pembantu hutang. Didalam skripsi ini modul akutansi pasien tergolong kedalam modul keuangan.


(38)

10. Modul Penggajian

Modul penggajian adalah modul yang berfungsi memberikan data mengenai jumlah pegawai dan gaji masing-masing pegawai, yang memuat: nama pegawai, status keluarga, dan golongan pegawai. Didalam skripsi ini modul akutansi pasien tergolong kedalam modul keuangan.

11. Modul Apotek

Modul apotek merupakan modul dengan fungsi pelayanan farmasi termasuk racikan dan produksi apotek, yang memuat: kebutuhan barang, permintaan pembelian, penawaran, order pembelian, penerimaan barang, retur pembelian dan penjualan, biaya perolehan, penolakan barang, penerimaan expenses, hutang jasa, penjualan barang, update mutasi piutang, mutasi pemakaian dan pemindahan barang, data stok barang, dan cetak kartu persediaan.

12. Modul Laboratorium

Modul laboratorium yang berfungsi untuk memberikan data mengenai standar pemeriksaan laboratorium, data pemeriksaan laboratorium, kode test dan nilai nor-mal, mencetak buku besar pemeriksaan, mencetak kertas kerja, data kegiatan harian, menerbitkan rekap pemeriksaan laboratorium, menerbitkan rekap pendapatan lab, menerbitkan rekap kunjungan per jenis tarif pasien, menerbitkan rekap kunjungan per kelas tarif pasien, menerbitkan laporan buku harian kegiatan, menerbitkan laporan harian pendapatan, menerbitkan laporan bulanan kegiatan.

13. Modul Radiologi

Modul radiologi adalah modul yang berfungsi untuk membantu memberikan data berupa purchasing, receipt order, data film, label amplop, data filter film, laporan inventory film, laporan hasil pemeriksaan, hasil pemeriksaan, data kegiatan harian, menerbitkan rekap pemeriksaan radiologi, menerbitkan rekap pendapat lab, menerbitkan rekap kunjungan per jenis tarif pasien, menerbitkan rekap kunjungan per kelas tarif pasien, menerbitkan laporan buku harian kegiatan menerbitkan laporan harian pendapatan, dan menerbitkan laporan bulanan kegiatan.


(39)

Gambar 1. Contoh Modul Pendaftaran Pasien


(40)

(41)

(42)

2.6 Kerangka Konsep Kebijakan RS Komponen SIMRS: − SDM

1. Program pendidikan dan pelatihan staf 2. Pelatihan teknik/ kursus tambahan 3. Penilaian prestasi kerja

4. Cara memasukkan data

5. Jenis-jenis data yang tersedia

− Hardware

* Kondisi

− Software

* Kondisi

− Lokal Area Network (LAN)

1. Koneksi

2. Terhubungnya dengan pihak manajemen

− Monitoring

1. Rutinitas pengecekan data

2. Runititas pengecekan komputer SIMRS

Data

Instalasi Pendaftaran dan Penerimaan Pasien (modul pendaftaran dan penerimaan pasien)

Instalasi Rawat Inap (modul rawat inap)

Instalasi Rawat Jalan (modul rawat jalan)

Instalasi Gawat Darurat (modul IGD) Instalasi Radiologi (modul Radiologi) Instalasi Farmasi (modul Apotek) Instalasi Patologi Klinik dan Anatomi (modul Laboratorium)

Bagian Akutansi (modul Keuangan) Bagian Rekam Medis (modul pencatatan medik)

Kriterianya (Arikunto): <56%: <15 kurang 56-75%:15-20 cukup

76-100% : 21-27 baik

proses


(43)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode survei yang bersifat deskriptif kualitatif yang mana gambaran tentang pelaksanaan dan hambatan SIMRS di RS Martha Friska Multatuli Medan diperoleh dari data primer maupun sekunder.

3.2 Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di RS Martha Friska Multatuli Medan yang sudah menerapkan SIMRS di 10 unit yaitu instalasi rawat inap, instalasi rawat jalan, instalasi gawat darurat, instalasi radiologi, instalasi farmasi, instalasi pendaftaran dan penerimaan pasien, instalasi patologi klinik, instalasi patologi anatomi, bagian akutansi, dan bagian rekam medis. Waktu penelitian adalah 8 bulan dimulai dengan mempersiapkan proposal penelitian sampai penyusunan laporan penelitian.

3.3 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai yang terkait dengan SIMRS yang berjumlah 37 orang, seluruh populasi diteliti (total sampling), yaitu: instalasi rawat inap 3 orang, instalasi rawat jalan 3 orang, instalasi gawat darurat 3 orang, instalasi radiologi 4 orang, instalasi farmasi 7 orang, instalasi pendaftaran dan penerimaan pasien 3 orang, instalasi patologi klinik 5 orang, instalasi patologi anatomi 2 orang, bagian akutansi 5 orang, dan bagian rekam medis 2 orang. Informasi tambahan diperoleh dari seorang pihak manajemen untuk mengetahui cara pemantauan (monitoring) dan kekurangan dalam pelaksanaannya.

3.4 Variabel dan Definisi Operasional

1. Sumber Daya Manusia adalah orang yang menggunakan komputer sebagai operator laporan SIMRS pada setiap unit di RS Martha Friska Multatuli


(44)

Medan, yang dilihat berdasarkan: pernah atau tidak pelatihan dalam bidang SIMRS sebelum kerja, pernah atau tidak pelatihan dalam bidang SIMRS semasa kerja, ada atau tidaknya penilaian prestasi kerja, kelengkapan data yang diisi, dan cara memasukkan data.

2. Hardware berupa komputer yang diperuntukkan program SIMRS yang dipergunakan oleh operator pengelola data-data untuk laporan pada setiap unit di RS Martha Friska Multatuli Medan yang dilihat berdasarkan: kondisi baik atau tidak dalam mendukung SIMRS

3. Software berupa program SIMRS yakni program komputer modul aktif yang telah di-install pada komputer sebagai panduan bagi operator pengelola laporan di setiap unit di RS Martha Friska Multatuli Medan, yang dilihat berdasarkan: kondisi baik atau tidak dalam mendukung SIMRS

4. Local Area Network (LAN) yakni jaringan yang menghubungkan setiap unit di RS Martha Friska Multatuli Medan, yang dilihat berdasarkan: koneksi selalu terhubung atau terputus-putus, selalu atau tidak terhubung (online) dengan pihak manajemen

5. Monitoring yakni kegiatan pemantauan yang dilakukan oleh pihak manajemen di RS Martha Friska Multatuli Medan, yang dilihat berdasarkan: Ada atau tidaknya rutinitas pengecekan data, kalau ada berapa lama jangka waktunya. Ada atau tidak rutinitas pengecekan komputer, kalau ada berapa lama jangka waktunya.

3.5 Metode Pengumpulan Data

Instrumen dalam penelitian ini adalah kuesioner dengan menggunakan teknik wawancara yaitu suatu metode yang dipergunakan untuk mengumpulkan data, dimana peneliti mendapatkan keterangan atau pendirian secara lisan dari responden, dan menggunakan alat ukur Arikunto dengan skala inkelas (tingkatan) yaitu kuesioner yang memberikan tiga alternatif jawaban karena diharapkan responden lebih cermat menentukan pilihan. Kemudian yang memilih jawaban A diberikan nilai 1, yang memilih B diberikan nilai 2 sedangkan yang memilih C diberikan nilai 3. Skor maksimal dalam kuesioner ini adalah 27 dan skor minimalnya adalah 9.


(45)

Kuesioner yang digunakan terdiri atas sembilan pertanyaan, yang mana pertanyaan nomor satu sampai lima untuk mengidentifikasi komponen SDM, nomor enam untuk komponen hardware, nomor tujuh untuk komponen software, dan nomor delapan sampai sembilan untuk komponen Local Area Network (LAN), disertai pedoman wawancara untuk mengetahui pemantauan (monitoring), kegiatan dan kekurangan dalam penerapan sistem informasi manajemen yang akan diberikan kepada seorang pihak manajemen, yang terdiri dari sepuluh pertanyaan.

Hasil skor tiap responden dijumlahkan kemudian dimasukkan kedalam kriteria pengukuran menurut Arikunto. Kriterianya adalah sebagai berikut: Kurang : <56% dari skor maksimal : skor <15

Cukup : 56-75% dari skor maksimal : skor 15-20 Baik : 76-100% dari skor maksimal : skor 21-27

3.6 Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan secara manual. Data yang telah diperoleh kemudian dilakukan pengeditan, dimasukkan kedalam bentuk tabel, kemudian dilakukan perhitungan dengan rumus skor kriteria yaitu skor total seluruh responden dibagi jumlah seluruh responden, kemudian dimasukkan ke dalam kriteria Arikunto. Informasi mengenai hambatan, monitoring data dan komputer diperoleh dengan wawancara langsung dari seorang manajer di RS tersebut.


(46)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Visi dan Misi RS. Martha Friska Multatuli Medan

Pelaksanaannya dimulai sejak rumah sakit tersebut dioperasikan yaitu 24 Juli 2010, yang dipimpin oleh seorang direktur.

Visi dan misi RS:

1. Visinya adalah “menjadi rumah sakit rujukan khususnya untuk pelayanan kardiologi, onkologi, urologi untuk wilayah Medan dan sekitarnya pada khususnya pulau Sumatera pada umumnya dengan jaminan pelayanan bermutu, profesional, dan modern pada tahun 2016”.

2. Misinya adalah:

a. Memberikan pelayanan kesehatan bermutu dan berfokus kepada keselamatan pasien.

b. Menyediakan sumber daya manusia yang berkualitas dan kompeten. c. Menyediakan peralatan, fasilitas dan sarana dan prasarana yang lengkap.

4.2 Distribusi Operator Pengelola Laporan SIMRS RS. Martha Friska Multatuli Medan

Distribusi operator pengelola laporan SIMRS di setiap instalasi terkait pada 37 orang yang terdiri dari 3 orang pada instalasi rawat inap, 3 orang pada instalasi rawat jalan, 3 orang pada instalasi gawat darurat, 4 orang pada instalasi radiologi, 7 orang pada instalasi farmasi, 3 orang pada instalasi pendaftaran/penerimaan, 5 orang pada instalasi patologi klinik, 2 orang pada instalasi patologi anatomi, 5 orang pada instalasi akutansi, 2 orang pada instalasi rekam medis, dan seorang pihak manajemen.(Tabel 1)


(47)

Tabel 1. Frekuensi distribusi operator pengelola laporan SIMRS RS. Martha Friska Multatuli Medan 2013

Unit/Instalasi Responden (n)

Pihak Manajemen 1

Rawat Inap 3

Rawat Jalan 3

Gawat Darurat 3

Radiologi 4

Farmasi 7

Pendaftaran/Penerimaan 3

Patologi Klinik 5

Patologi Anatomi 2

Akutansi 5

Rekam Medis 2

Jumlah 38

4.3 Pelaksanaan SIMRS pada 10 Instalasi yang Terkait di RS. Martha Friska Multatuli Medan

Hasil penelitian pelaksanaan SIMRS menurut kriteria Arikunto diperoleh yang termasuk kriteria kurang tidak ada. Termasuk kriteria cukup 35,14% yaitu pada instalasi rawat inap 33,33%, rawat jalan 66,67%, farmasi 28,57%, pendaftaran/pene-rimaan 33,33%, patologi klinik 60%, patologi anatomi 50%, akutansi 20%, dan rekam medis 100%. Termasuk kriteria baik 64,86% yaitu pada instalasi rawat inap 66,67%, rawat jalan 33,33%, gawat darurat 100%, radiologi 100%, farmasi 71,43%, pendaftaran/penerimaan 66,67%, patologi klinik 40%, patologi anatomi 50%, dan akutansi 80%. (Tabel 2).


(48)

Tabel 2. Frekuensi distribusi kriteria pelaksanaan SIMRS pada 10 instalasi terkait di RS. Martha Friska Multatuli Medan 2013

Instalasi n Cukup Baik

n % n %

Rawat Inap 3 1 33,33 2 66,67

Rawat Jalan 3 2 66,67 1 33,33

Gawat Darurat 3 0 0 3 100

Radiologi 4 0 0 4 100

Farmasi 7 2 28,57 5 71,43

Pendaftaran/Penerimaan 3 1 33,33 2 66,67

Patologi Klinik 5 3 60 2 40

Patologi Anatomi 2 1 50 1 50

Akutansi 5 1 20 4 80

Rekam Medis 2 2 100 0 0

Jumlah 37 13 35,14 24 64,86

4.4 Hambatan pada SDM

4.4.1 Hambatan pada Komponen SDM Mengenai Program Pendidikan dan Pelatihan

Hasil penelitian mengenai hambatan dari 37 SDM pada program pendidikan dan pelatihan sebagai berikut yang tidak pernah mengikuti 37,84% yaitu pada instalasi pendaftaran/penerimaan 100%, rekam medis 100%, patologi klinik 60%, radiologi 50%, patologi anatomi 50%, dan farmasi 42,86%. Responden yang sudah pernah mengikuti 62,16% selalu mengikuti 8,11% saja yaitu pada instalasi radiologi 50% dan di patologi klinik 20%, sisanya yang mengikuti hanya sesekali 54,05% yaitu pada instalasi rawat jalan 100%, rawat jalan 100%, gawat darurat 100%, akutansi 100%, farmasi 57,14%, patologi anatomi 50% dan patologi klinik 20%. (Tabel 3)


(49)

Tabel 3. Persentase distribusi mengenai mengikuti program pendidikan dan pelatihan pada 10 instalasi terkait pada 37 orang di RS. Martha Friska Multatuli Medan 2013

Instalasi n

Mengikuti Program Pendidikan dan Pelatihan Tidak Pernah Hanya Sekali Selalu Mengikuti

n % n % n %

Rawat Inap 3 0 0 3 100 0 0

Rawat Jalan 3 0 0 3 100 0 0

Gawat Darurat 3 0 0 3 100 0 0

Radiologi 4 2 50 0 0 2 50

Farmasi 7 3 42,86 4 57,14 0 0

Pendaftaran/Penerimaan 3 3 100 0 0 0 0

Patologi Klinik 5 3 60 1 20 1 20

Patologi Anatomi 2 1 50 1 50 0 0

Akutansi 5 0 0 5 100 0 0

Rekam Medis 2 2 100 0 0 0 0

Jumlah 37 14 37,84 20 54,05 3 8,11

4.4.2 Hambatan pada Komponen SDM Mengenai Program Pelatihan Teknik/Kursus Tambahan

Hasil penelitian mengenai hambatan dari 37 SDM yang mengikuti program pelatihan teknik/kursus tambahan yaitu tidak pernah mengikuti 32,43% yaitu pada instalasi rekam medis 100%, akutansi 60%, farmasi 57,15%, rawat jalan 33,33%, pendaftaran/penerimaan 33,33%, dan di instalasi patologi klinik 20%. Sudah pernah mengikuti pelatihan 67,57%, selalu mengikuti 21,62% saja yaitu pada instalasi rawat inap 100%, gawat darurat 66,67%, farmasi 14,28%, sisanya yang mengikuti hanya sesekali 45,95% yaitu pada instalasi radiologi 100%, di instalasi rawat jalan 66,67%, pendaftaran/ penerimaan 66,67%, patologi klinik 60%, patologi anatomi 50%, akutansi 40%, gawat darurat 33,33%, dan farmasi 28,57%. (Tabel 4)


(50)

Tabel 4. Persentase distribusi mengenai mengikuti program pelatihan teknik/kursus tambahan pada 10 instalasi terkait pada 37 orang di RS. Martha Friska Multatuli Medan 2013

Instalasi n

Mengikuti Program Pelatihan Teknik/Kursus Tambahan

Tidak Pernah Hanya Sekali Selalu Mengikuti

n % n % n %

Rawat Inap 3 0 0 0 0 3 100

Rawat Jalan 3 1 33,33 2 66,67 0 0

Gawat Darurat 3 0 0 1 33,33 2 66,67

Radiologi 4 0 0 4 100 0 0

Farmasi 7 4 57,15 2 28,57 1 14,28

Pendaftaran/Penerimaan 3 1 33,33 2 66,67 0 0

Patologi Klinik 5 1 20 3 60 1 20

Patologi Anatomi 2 0 0 1 50 1 50

Akutansi 5 3 60 2 40 0 0

Rekam Medis 2 2 100 0 0 0 0

Jumlah 37 12 32,43 17 45,95 8 21,62

4.4.3 Hambatan pada Komponen SDM Mengenai Penilaian Prestasi Kerja

Hasil penelitian mengenai hambatan dari 37 SDM yang memperoleh penilaian prestasi kerja sebagai berikut tidak pernah memperoleh reward 51,35% yaitu pada instalasi radiologi 100%, patologi klinik 100%, rekam medis 100%, farmasi 57,14%, patologi anatomi 50%, rawat jalan 33,33%, pendaftaran/penerimaan 33,33%, dan akutansi 20%. Pernah mendapatkan penilaian prestasi kerja 48,65%, yang secara berkala mendapatkannya 40,54% yaitu pada instalasi gawat darurat 100%, akutansi 80%, rawat jalan 66,67%, pendaftaran/penerimaan 66,67%, patologi anatomi 50% dan farmasi 42,86%, sisanya hanya sesekali 8,11% saja yaitu pada instalasi rawat inap 100%. (Tabel 5)


(51)

Tabel 5. Persentase distribusi mengenai penilaian prestasi kerja pada 10 instalasi terkait pada 37 orang di RS. Martha Friska Multatuli Medan 2013

Instalasi n

Penilaian Prestasi Kerja

Tidak Pernah Sesekali Berkala

n % n % n %

Rawat Inap 3 0 0 3 100 0 0

Rawat Jalan 3 1 33,33 0 0 2 66,67

Gawat Darurat 3 0 0 0 0 3 100

Radiologi 4 4 100 0 0 0 0

Farmasi 7 4 57,14 0 0 3 42,86

Pendaftaran/Penerimaan 3 1 33,33 0 0 2 66,67

Patologi Klinik 5 5 100 0 0 0 0

Patologi Anatomi 2 1 50 0 0 1 50

Akutansi 5 1 20 0 0 4 80

Rekam Medis 2 2 100 0 0 0 0

Jumlah 37 19 51,35 3 8,11 15 40,54

4.4.4 Hambatan pada Komponen SDM Mengenai Cara Memasukkan Data

Hasil penelitian mengenai cara SDM memasukkan data secara manual tidak ada. Menggunakan komputerisasi dengan pencatatan manual terlebih dahulu 64,86% yaitu pada instalasi rawat inap 100%, pendaftaran/penerimaan 100%, patologi klinik 100%, patologi anatomi 100%, akutansi 100%, rekam medis 100%, gawat darurat 66,67%, rawat jalan 33,33%, dan farmasi 14,29%. Menggunakan komputerisasi secara langsung 35,14% yaitu pada instalasi radiologi 100%, farmasi 85,71%, rawat jalan 66,67%, gawat darurat 33,33%. (Tabel 6)


(52)

Tabel 6. Persentase distribusi mengenai cara memasukkan data pada 10 instalasi terkait pada 37 orang di RS. Martha Friska Multatuli Medan 2013

Instalasi n

Cara Memasukkan Data Komputerisasi dengan Pencatatan

Manual Terlebih Dahulu Komputerisasi

n % n %

Rawat Inap 3 3 100 0 0

Rawat Jalan 3 1 33,33 2 66,67

Gawat Darurat 3 2 66,67 1 33,33

Radiologi 4 0 0 4 100

Farmasi 7 1 14,29 6 85,71

Pendaftaran/Penerimaan 3 3 100 0 0

Patologi Klinik 5 5 100 0 0

Patologi Anatomi 2 2 100 0 0

Akutansi 5 5 100 0 0

Rekam Medis 2 2 100 0 0

Jumlah 37 24 64,86 13 35,14

4.4.5 Hambatan pada Komponen SDM Mengenai Kelengkapan Pengisian Data

Hambatan dari SDM mengenai kelengkapan pengisian data yang tidak lengkap 13,51% saja yaitu pada instalasi rekam medis 100%, rawat jalan 66,67% dan pendaftaran/penerimaan 33,33%. Mengisi data lengkap 86,49% yaitu pada instalasi rawat inap 100%, gawat darurat 100%, radiologi 100%, farmasi 100%, patologi klinik 100%, patologi anatomi 100%, akutansi 100%, pendaftaran/penerimaan 66,67%, rawat jalan 33,33%. (Tabel 7)


(53)

Tabel 7. Persentase distribusi mengenai kelengkapan pengisian data pada 10 instalasi terkait pada 37 orang di RS. Martha Friska Multatuli Medan 2013

Instalasi n

Kelengkapan Pengisian Data Tidak Lengkap Lengkap

n % n %

Rawat Inap 3 0 0 3 100

Rawat Jalan 3 2 66,67 1 33,33

Gawat Darurat 3 0 0 3 100

Radiologi 4 0 0 4 100

Farmasi 7 0 0 7 100

Pendaftaran/Penerimaan 3 1 33,33 2 66,67

Patologi Klinik 5 0 0 5 100

Patologi Anatomi 2 0 0 2 100

Akutansi 5 0 0 5 100

Rekam Medis 2 2 100 0 0

Jumlah 37 5 13,51 32 86,49

4.5 Hambatan pada Komponen Hardware (Komputer)

Hasil penelitian mengenai hambatan dari 37 hardware (komputer) yang tidak memenuhi syarat tidak ada. Perlu diadakan perbaikan 18,92% yaitu pada instalasi rekam medis 100%, patologi anatomi 50%, rawat jalan 33,33%, rawat inap 33,33%, pendaftaran/penerimaan 33,33%, dan di instalasi farmasi 14,29%. Komputer memenuhi syarat 81,08% yaitu pada instalasi gawat darurat 100%, radiologi 100%, patologi klinik 100%, akutansi 100%, farmasi 85,71%, rawat inap 66,67%, rawat jalan 66,67%, dan pendaftaran/penerimaan 66,67%, dan patologi anatomi 50%. (Tabel 8)


(54)

Tabel 8. Persentase distribusi kondisi komponen pendukung (komputer) pada 10 instalasi terkait (37 unit) di RS. Martha Friska Multatuli Medan 2013

Instalasi n

Komputer

Perlu Diadakan Perbaikan Memenuhi Syarat

n % n %

Rawat Inap 3 1 33,33 2 66,67

Rawat Jalan 3 1 33,33 2 66,67

Gawat Darurat 3 0 0 3 100

Radiologi 4 0 0 4 100

Farmasi 7 1 14,29 6 85,71

Pendaftaran/Penerimaan 3 1 33,33 2 66,67

Patologi Klinik 5 0 0 5 100

Patologi Anatomi 2 1 50 1 50

Akutansi 5 0 0 5 100

Rekam Medis 2 2 100 0 0

Jumlah 37 7 18,92 30 81,08

4.6 Hambatan pada Komponen Software

Hasil penelitian mengenai hambatan dari 37 software yang tidak memenuhi syarat tidak ada. Perlu diadakan perbaikan 35,14% yaitu pada instalasi rekam medis 100%, rawat jalan 66,67%, patologi anatomi 50%, farmasi 42,86%, akutansi 40%, rawat jalan 33,33%, dan pendaftaran/penerimaan 33,33%. Software memenuhi syarat 64,86% yaitu pada instalasi gawat darurat 100%, radiologi 100%, patologi klinik 80%, rawat jalan 66,67%, pendaftaran/penerimaan 66,67%, akutansi 60%, patologi anatomi 50%, dan rawat inap 33,33%. (Tabel 9)


(55)

Tabel 9. Persentase distribusi kondisi komponen pendukung (software) pada 10 instalasi pada (37 unit) di RS. Martha Friska Multatuli Medan 2013

Instalasi n

Software

Perlu Diadakan Perbaikan Memenuhi Syarat

n % n %

Rawat Inap 3 2 66,67 1 33,33

Rawat Jalan 3 1 33,33 2 66,67

Gawat Darurat 3 0 0 3 100

Radiologi 4 0 0 4 100

Farmasi 7 3 42,86 4 57,14

Pendaftaran/Penerimaan 3 1 33,33 2 66,67

Patologi Klinik 5 1 20 4 80

Patologi Anatomi 2 1 50 1 50

Akutansi 5 2 40 3 60

Rekam Medis 2 2 100 0 0

Jumlah 37 13 35,14 24 64,86

4.7 Hambatan yang Ditemukan pada Koneksi LAN

Hasil penelitian mengenai hambatan dari 37 koneksi LAN yang sering terputus-putus 5,40% saja yaitu pada instalasi farmasi 28,57%. Koneksi LAN yang terkadang terputus-putus 59,46% yaitu pada intalasi rawat inap 100%, patologi klinik 100%, patologi anatomi 100%, rekam medis 100%, farmasi 71,43%, rawat jalan 66,67%, akutansi 40%, dan pendaftaran/penerimaan 33,33%. Koneksi LAN yang tekoneksi dengan baik 35,14% yaitu pada instalasi gawat darurat 100%, radiologi 100%, pendaftaran/penerimaan 66,67%, akutansi 60%, rawat jalan 33,33%. (Tabel 10)


(56)

Tabel 10. Persentase distribusi kondisi komponen pendukung (koneksi LAN) pada 10 instalasi (37 unit) di RS. Martha Friska Multatuli Medan 2013

Instalasi n

Koneksi LAN Sering

terputus-putus

Terkadang Terputus-putus

Terkoneksi dengan Baik

n % n % n %

Rawat Inap 3 0 0 3 100 0 0

Rawat Jalan 3 0 0 2 66,67 1 33,33

Gawat Darurat 3 0 0 0 0 3 100

Radiologi 4 0 0 0 0 4 100

Farmasi 7 2 28,57 5 71,43 0 0

Pendaftaran/Penerimaan 3 0 0 1 33,33 2 66,67

Patologi Klinik 5 0 0 5 100 0 0

Patologi Anatomi 2 0 0 2 100 0 0

Akutansi 5 0 0 2 40 3 60

Rekam Medis 2 0 0 2 100 0 0

Jumlah 37 2 5,40 22 59,46 13 35,14

4.8 Hambatan pada Onlinenya LAN

Hasil penelitian mengenai hambatan dari 37 LAN yang tidak online tidak ada. LAN yang terkadang online 10,81% saja yaitu pada instalasi rekam medis 100%, rawat inap 66,67% dan rawat jalan 66,67%. LAN yang selalu online 89,19% yaitu pada instalasi gawat darurat 100%, radiologi 100%, farmasi 100%, pendaftaran/penerimaan 100%, patologi klinik 100%, patologi anatomi 100%, akutansi 100%, rawat inap 66,67%, dan rawat jalan 66,67%. (Tabel 11)


(57)

Tabel 11. Persentase distribusi kondisi komponen pendukung (Onlinenya LAN) pada 10 instalasi (37 unit) di RS. Martha Friska Multatuli Medan 2013

Instalasi n

LAN Selalu Online

Kadang-Kadang Ya

n % n %

Rawat Inap 3 1 33,33 2 66,67

Rawat Jalan 3 1 33,33 2 66,67

Gawat Darurat 3 0 0 3 100

Radiologi 4 0 0 4 100

Farmasi 7 0 0 7 100

Pendaftaran/Penerimaan 3 0 0 3 100

Patologi Klinik 5 0 0 5 100

Patologi Anatomi 2 0 0 2 100

Akutansi 5 0 0 5 100

Rekam Medis 2 2 100 0 0

Jumlah 37 4 10,81 33 89,19

4.9 Wawancara terhadap Seorang Anggota Manajemen

Hasil wawancara mengenai kekurangan dan upaya yang dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan staf, monitoring data dan komputer berdasarkan wawancara yang dilakukan terhadap seorang dari anggota manajemen diperoleh informasi sebagai berikut.

Pada umumnya kendala dalam pelaksanaan SIMRS ini adalah pada SDM. Kurangnya tenaga operator yang memiliki keahlian dan komitmen yang tinggi terhadap pekerjaannya, dan masih banyak operator yang masih kurang menguasai cara penggunaan komputer, yang mana dalam mengentri data yang tersedia dirasakan masih lambat dikarenakan dalam pengetikan masih melakukan pencarian huruf-huruf dan angka-angka yang tersedia. Upaya yang telah dilakukan untuk menangani kekurangan ini adalah melakukan pelatihan kepada staf baru.

Pada hardware yang dirasakan adalah lambatnya cara kerja komputer yang digunakan dikarenakan kemampuan memori yang kurang, ditambah terlalu banyak data yang dimasukkan sehingga terkadang dirasakan mengganggu proses berjalannya SIMRS.


(58)

Pada software yang mana berperan sebagai prosedur tetap dalam pelaksanaan SIMRS berupa peng-update-an secara berkala ternyata tidak dipenuhi oleh pihak penyedia software.

Keterbatasan teknis lainnya juga terjadi dalam pelaksanaannya seperti kurangnya kestabilan dan pemadaman aliran listrik mengakibatkan sering terjadi arus hubungan pendek/korsleting, terganggunya kinerja komputer, dan dapat langsung merusak komponen komputer serta sistem akan langsung mati sehingga tidak dapat dipergunakan untuk melayani dan mengolah data pasien. Hal tersebut berdampak pada lifetime komputer berkurang. Upaya yang telah dilakukan RS untuk menangani masalah teknis ini adalah dengan menggunakan alat stabilisator, memasang alat yang bernama Uninterruptible Power Supply (UPS) merupakan sistem penyedia daya listrik, alat ini dapat memberikan daya lebih kurang selama 3-6 jam setelah listrik mati dan juga alat otomatisasi genset yang berfungsi untuk mengaktifkan secara otomatis jika ada pemadaman listrik.

Pihak manajemen juga telah melakukan monitoring data dan komputer yang diperuntukkan program tersebut secara rutin untuk menunjang pengoperasiannya.


(59)

BAB 5 PEMBAHASAN

5.1 Pelaksanaan SIMRS di RS. Martha Friska Multatuli Medan

Pelaksanaan SIMRS di RS. Martha Friska Multatuli Medan diperoleh 64,86% termasuk kriteria baik. Hal ini mungkin disebabkan 86,49% lengkap mengisi data, 81,08% komputer memenuhi syarat, dan 89,19% LAN selalu Online.

Pelaksanaan SIMRS di RS tersebut 35,14% termasuk kriteria cukup. Hal ini mungkin disebabkan 8,11% saja yang selalu mengikuti program pendidikan dan pelatihan, 21,62% saja yang mengikuti program pelatihan teknik/kursus tambahan dan 35,14% saja yang mengunakan komputerisasi secara langsung.

5.2 Hambatan dalam Pelaksanaan SIMRS RS. Martha Friska Multatuli Medan

Hambatan dalam pelaksanaan SIMRS adalah masih ditemukan 37,84% yang tidak mengikuti program pendidikan dan pelatihan, untuk program pelatihan teknik/kursus tambahan ditemukan 32,43% yang tidak pernah mengikuti. Hal ini mungkin disebabkan kurangnya loyalitas dan komitmen operator. Cara memasukkan data ditemukan 64,86% menggunakan SIMRS dengan pencatatan manual terlebih dahulu terutama di unit rawat inap, pendaftaran/penerimaan, patologi klinik, patologi anatomi, akutansi, dan rekam medis. Hal ini mungkin disebabkan staf masih kurang mampu untuk menggunakan SIMRS secara langsung dikarenakan kurangnya pelatihan yang diikuti. Permasalah tersebut sesuai dengan penelitian Rara Syafara di RSU Dr. Prigadi Medan juga ditemukan SDM yang tidak mengikuti program pelatihan dan pendidikan.

Hambatan dari segi hardware adalah ditemukan 18,92% komputer perlu diadakan perbaikan terutama di instalasi rekam medis (Tabel 8). Hal ini mungkin karena banyaknya data yang entri.


(60)

Hambatan dari segi software adalah ditemukan 35,14% yang perlu diadakan perbaikan terutama di instalasi rekam medis (tabel 9). Hal ini mungkin karena pembaharuan tidak dilakukan secara berkala.

Hambatan dari segi jaringan (Local Area Network), penghubungan antar unit terkait sering terputus-putus 5,40% dan terkadang terputus-putus yaitu 59,46%, (tabel 10) terutama pada instalasi Farmasi yang mungkin disebabkan lokasi yang jauh dari server dan lebih tertutup.

5.3Wawancara terhadap Seorang Anggota Manajemen

Hasil wawancara terhadap seorang manajer RS. Martha Friska Multatuli Medan, pada umumnya kendala dalam pelaksanaan SIMRS adalah pada SDM,

hardware, software, dan keterbatasan teknis.

Kekurangan pada SDM adalah masih kurangnya keahlian operator SIMRS terutama di instalasi pendaftaran/penerimaan dan rekam medis. Upaya yang telah dilakukan untuk menangani kekurangan ini adalah melakukan pelatihan kepada staf baru.

Kekurangan pada hardware adalah lambatnya cara kerja dari komputer yang digunakan dikarenakan kemampuan memori yang kurang dan terlalu banyak data yang akan di entri .

Kekurangan pada software adalah dalam melakukan pembaharuan program secara berkala perlu pemanggilan seorang staf dari penyedia software yang pada kenyataannya tidak melakukannya secara berkala.

Keterbatasan teknis lainnya juga terjadi dalam pelaksanaannya seperti kurangnya kestabilan voltase listrik dan sering adanya pemadaman aliran listrik. Hal ini mengakibatkan sering terjadi arus hubungan pendek/korsleting, terganggunya kinerja komputer, dan dapat langsung merusak komponen komputer serta sistem akan langsung mati sehingga tidak dapat dipergunakan untuk melayani dan mengolah data pasien. Hal tersebut berdampak pada masa operasional (lifetime) software dan

hardware dari komputer yang digunakan. Upaya yang telah dilakukan RS untuk menangani masalah teknis ini adalah dengan menggunakan alat stabilisator,


(61)

memasang alat yang bernama Uninterruptible Power Supply (UPS) merupakan sistem penyedia daya listrik, alat ini dapat memberikan daya lebih kurang selama 3-6 jam setelah listrik mati, dan juga alat otomatisasi genset yang berfungsi untuk mengaktifkan secara otomatis jika ada pemadaman listrik. Sesuai dengan penelitian Roslenni Sitepu di SIMRS di RSUP Haji Adam Malik Medan juga mempunyai masalah yang hampir sama yaitu kurangnya stabil voltase listrik dan sering adanya pemadaman aliran listrik tetapi di masalah teknis secara umum sudah dapat di atasi oleh RS. Martha Friska Multatuli Medan.9 Semua hasil wawancara di atas sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan di RS tersebut.


(62)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Pelaksanaan SIMRS di RS Martha Friska Multatuli secara umum termasuk kriteria baik. Kriteria cukup 35,14% terutama pada instalasi rekam medis. Kriteria baik 64,86% terutama pada instalasi gawat darurat dan radiologi.

2. Hambatan pada komponen SIMRS berupa SDM adalah ditemukan 37,84% yang tidak mengikuti program pendidikan dan pelatihan yaitu pada instalasi pendaftaran/penerimaan 100%, rekam medis 100%, patologi klinik 60%, radiologi 50%, patologi anatomi 50%, dan farmasi 42,86%. Ditemukan 32,43% yang tidak mengikuti program pelatihan teknik/kursus tambahan yaitu pada instalasi rekam medis 100%, akutansi 60%, farmasi 57,15%, rawat jalan 33,33%, pendaftaran/ penerimaan 33,33%, dan di instalasi patologi klinik 20%.

Hambatan yang ditemukan pada komponen SIMRS berupa hardware adalah ditemukan 18,92% komputer perlu diadakan perbaikan yaitu pada instalasi rekam medis 100%, patologi anatomi 50%, rawat jalan 33,33%, rawat inap 33,33%, pendaftaran/penerimaan 33,33%, dan di instalasi farmasi 14,29%.

Hambatan yang ditemukan pada komponen SIMRS berupa software adalah ditemukan 35,14% yang perlu diadakan perbaikan yaitu pada instalasi rekam medis 100%, rawat jalan 66,67%, patologi anatomi 50%, farmasi 42,86%, akutansi 40%, rawat jalan 33,33%, dan pendaftaran/penerimaan 33,33%.

Hambatan yang ditemukan pada komponen SIMRS berupa koneksi LAN adalah ditemukan 5,40% saja yang sering terputus-putus yaitu pada instalasi farmasi 28,57%. Ditemukan 59,46% koneksi LAN yang terkadang terputus-putus yaitu pada intalasi rawat inap 100%, patologi klinik 100%, patologi anatomi 100%, rekam medis 100%, farmasi 71,43%, rawat jalan 66,67%, akutansi 40%, dan pendaftaran/peneri-maan 33,33%.


(63)

SDM masih kurang mahir dalam menjalankan SIMRS

Hardware masih lambat cara kerjanya dikarenakan kemampuan memori yang kurang dan terlalu banyak data yang akan di entri.

Software memerlukan update secara berkala perlu pemanggilan seorang staf dari penyedia software yang pda kenyataannya tidak melakukannya secara berkala.

Keterbatasan teknis berupa kurangnya kestabilan dan pemadaman aliran listrik telah ditanggulangi dengan baik, dengan adanya genset dan alat otomatisnya, stabilisator dan UPS untuk komputer.

Menanggapi hasil wawancara terhadap manajer tersebut, maka sesuailah hasil penelitian dengan kekurangan yang dikemukan.

6.2 Saran

1. Bagi rumah sakit:

a. Melakukan pengrekrutkan staf dengan ijazah dan tes ketrampilan sesuai dengan bidang kerja.

b. Membuat suatu kebijakan di program pelatihan dan pendidikan secara berkala, tidak hanya diberlakukan untuk staf yang baru, melainkan untuk staf lama sehingga kemampuannya dapat berkembang dengan baik

c. Melakukan pengevaluasian program pendidikan dan pelatihan yang diberikan secara berkala sehingga dapat mengetahui kemampuan dari para staf.

d. Memberikan reward dan punishment kepada staf yang terkait. 2. Bagi manajemen:

a. Perubahan teknologi komputer harus bisa dikuti minimal 5 tahun sekali, sehingga manajer sudah memiliki agaran penggantian komputer

b. Penambahan kemampuan memori komputer yang digunakan sehingga dapat beroperasi lebih cepat.

c. Meyimpan secara rutin per tahun data yang sudah lama di memori eksternal

d. Menambah server pada instalasi farmasi agar koneksi LAN menjadi lebih baik.


(1)

vii

5. Bagaimana bentuk hubungan kerja sama antara instalasi SIMRS dengan mana-jemen dalam membuat kebijakan bagi RS? Seperti apa bentuk kebijakan tersebut?

6. Apa saja kendala-kendala yang terdapat dalam pelaksanaan SIMRS ini yang mungkin dapat menghambat perkemba-ngan pelaksanaannya di RS Martha Friska Multatuli Medan?

7. Apa upaya yang dilakukan pihak manajemen untuk meningkatkan penge-tahuan dan keterampilan stafnya dalam program SIMRS?

8. Apakah pihak manajemen melakukan pengecekan data secara rutin?

9. Apakah pihak manajemen melakukan pengecekan komputer yang diperuntuk-kan program SIMRS secara rutin?

10. Apakah pihak manajemen memberikan

reward kepada staf yang telah melakukan pekerjaannya dengan baik dan punishment kepada staf yang tidak melakukan pekerjaannya?


(2)

viii


(3)

ix

Lampiran 4

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN Selamat pagi bapak dan ibu,

Saya Julia Megawarni, saat ini sedang menjalani pendidikan Kedokteran Gigi di Universitas Sumatera Utara Medan. Saya sedang melakukan penelitian berjudul “Pelaksanaan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS) di Rumah Sakit Martha Friska Multatuli Medan”.

SIMRS adalah suatu sistem yang sangat diperlukan di rumah sakit, guna membantu pihak manajemen rumah sakit dalam mengontrol rumah sakit. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan SIMRS di RS. Martha Friska Medan. Manfaat penelitian adalah untuk memberikan suatu masukan kepada RS dalam hal penyempurnaan SIMRS di masa medatang.

Adapun cara penilaian SIMRS di RS. Martha Friska Multatuli Medan diambil melalui wawancara dengan bantuan lembaran kuesioner yang terdiri dari 8 pertanyaan.

Partisipasi ibu dan bapak dalam penelitian ini bersifat sukarela dan tidak dipungut biaya. Penelitian ini tidak membahayakan atau tidak akan terjadi efek samping sama sekali dan tidak mengganggu SIMRS yang sedang dijalankan. Jika selama menjalankan penelitian bapak dan ibu memiliki keluhan silahkan hubungi saya, Julia Megawarni (08982954363).

Demikian penjelasan ini saya sampaikan. Atas bantuan, partisipasi, dan kesediaan waktu bapak dan ibu, saya ucapkan banyak terima kasih.

Peneliti,

Julia Megawarni


(4)

x

Lampiran 5

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama :

Umur :

Jenis kelamin :

Alamat :

Menyatakan bersedia untuk turut serta dalam penelitian mengenai “PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN RUMAH SAKIT (SIMRS) DI RUMAH SAKIT MARTHA FRISKA MULTATULI MEDAN” dan tidak menyatakan keberatan maupun tuntutan di kemudian hari. Demikian pernyataan ini saya perbuat dalam keadaan sehat dan tanpa paksaan apapun dari pihak manapun juga.

Medan, Juni 2013 Pembuat Pernyataan,


(5)

xi Lampiran 6


(6)