kesehatan. Pengertian lainnya dikemukakan oleh Soekidjo 1993 yang mendefenisikan pendidikan kesehatan sebagai usaha atau kegiatan untuk membantu
individu, kelompok atau masyarakat dalam meningkatkan kemampuan perilakunya, untuk mencapai kesehatan secara optimal.
5.4. Sikap Siswa Sebelum dan Sesudah Dilakukan Intervensi Pelatihan
HIVAIDS
Sikap siswa tentang HIVAIDS adalah respon atau tanggapan siswa mengenai kasus HIVAIDS dari 15 lima belas indikator sikap dengan alternatif salah satu
pilihan sikap yang benar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebelum diberikan pelatihan, siswa
berada pada kategori sikap sedang yaitu sebanyak 9 orang 30,0, siswa dengan tingkat sikap tinggi yaitu sebanyak 17 orang 56,7, dan siswa dengan kategori
kurang yaitu sebanyak 4 orang 13,3. Setelah dilakukan intervensi Pelatihan HIVAIDS kepada siswa maka terjadi
peningkatan tingkat sikap yakni mayoritas siswa berada pada kategori sikap tinggi yaitu sebanyak 15 orang 50,0, siswa dengan tingkat sikap sedang ada sebanyak 10
orang 33,3, dan siswa dengan kategori kurang yaitu sebanyak 5 orang 16,7. Hasil uji pair t-test menyatakan bahwa variabel sikap pada siswa kelompok
perlakuan menunjukkan terdapat perbedaan rerata nilai sebelum dan sesudah dilakukan intervensi yaitu dari 30,70 menjadi 34,63 pada nilai t -2,125, dan dengan
nilai p=0,042 artinya terdapat perbedaan sikap siswa tentang HIV dan AIDS sebelum
Universitas Sumatera Utara
dilakukan intervensi dan sesudah dilakukan intervensi pada sikap siswa. Untuk kelompok kontrol tidak terdapat pengaruh secara signifikan terhadap sikap siswa
tentang HIV dan AIDS dengan nilai p=0,841 dan nilai rerata 28,97. Hasil penelitian ini senada dengan penelitian Firman 2005 menunjukkan
bahwa pendidikan peer education dengan menggunakan alat peraga dan simulasi mampu meningkatkan pengetahuan dan sikap siswa sebesar 68,2 dan secara
statistik dengan nilai p=0,037 dengan uji .independet test menunjukkan terdapat pengaruh signifikan peer education dan simulasi dengan pengetahuan dan sikap
siswa tentang pendidikan kesehatan reproduksi. Menurut Sullivan et al 1997 peningkatan pengetahuan dan sikap setelah
dilakukan intervensi pendidikan khususnya dengan metode partisipatif cenderung lebih meningkat meskipun dilakukan evaluasi setelah 1 minggu, namun setelah hari
ke-30, informasi yang diperoleh tersebut hanya tersimpan sebesar 30-40 persen. Kemungkinan bahwa segala sesuatu yang pernah dipelajari masih tersimpan di dalam
memori menunggu isyarat pengambilan yang benar, sebagian informasi hampir dipastikan hilang dari penyimpanan.
Hal ini menjelaskan kepada peneliti bahwa intervensi Pelatihan HIVAIDS efektif meningkatkan tingkat sikap siswa terkait HIVAIDS walau pengukuran skala
sikap setelah intervensi dilakukan langsung sesaat setelah pelatihan berlangsung. Thurstone menyatakan sikap sebagai derajat afek positif atau afek negatif
terhadap suatu objek psikologis. Hal ini dapat diartikan bahwa sikap sebagai suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan terhadap suatu objek yang diungkapkan sebagai
Universitas Sumatera Utara
perasaan mendukung atau tidak mendukung. La Pierre mendefenisikan sikap sebagai suatu pola perilaku, tendensi atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk
menyesuaikan diri dalam situasi sosial, atau secara sederhana, sikap adalah respons terhadap stimuli sosial yang telah terkondisikan. Sementara Secord dan Backman
1964 mendefenisikan sikap sebagai keteraturan dalam hal perasaan afeksi, pemikiran kognisi, dan predisposisi tindakan konasi seseorang terhadap suatu
aspek di lingkungan sekitarnya Saifuddin Azwar, 2007. Mar’at 1985 menggambarkan terjadinya perubahan sikap dan reaksi tingkah
laku manusia melalui suatu rangkaian proses tertentu, seperti terlihat pada skema berikut:
Rangsang stimulus
Proses stimulus
Sikap Reaksi
Tingkah laku terbuka
tertutup Gambar 5.1. Skema Proses terjadinya sikap dan reaksi tingkah laku
Dari skema diatas dapat dijelaskan bahwa dalam diri individu sebenarnya terdapat suatu dorongan yang didasarkan pada kebutuhan, perasaan, perhatian dan
kemampuan untuk mengambil suatu keputusan pada suatu saat terhadap suatu perubahan atau stimulus. Proses dalam tahapan ini sesungguhnya masih bersifat
tertutup, tetapi sudah merupakan keadaan yang disebut sikap. Bila terus menerus
Universitas Sumatera Utara
diarahkan, maka pada suatu saat akan meningkatkan menjadi lebih terbuka dan berwujud pada suatu reaksi yang berupa perilaku.
Dari skema yang dijelaskan oleh Mar’at 1985 dan bila dikaitkan dengan terjadinya perubahan tingkatan sikap pada siswa yang mendapat intervensi Pelatihan
HIVAIDS maka dapat disampaikan bahwa Pelatihan HIVAIDS merupakan rangsang dan proses stimulus dalam bentuk dukungan informasi yang memberi
dorongan kepada siswa dalam perubahan tingkatan sikapnya.
5.5. Pengaruh Komunikator Pelatihan Terhadap Pengetahuan dan Sikap Siswa