BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis 1. Pengukuran Kinerja
Pengertian kinerja menurut Hansen dan Mowen 2006:6, “Tingkat konsitensi dan kebaikan fungsi-fungsi produk”. Kinerja merupakan penentuan
secara periodik efektivitas operasional organisasi, bagian organisasi dan karyawannya berdasarkan sasaran, standard dan kriteria yang telah ditetapkan
sebelumnya. Mulyadi, 2001 Pengukuran kinerja merupakan tindakan pengukuran yang dilakukan
terhadap berbagai akivitas dalam rantai nilai yang ada pada perusahaan. Hasil pengukuran tersebut kemudian digunakan sebagai umpan balik yang akan
mmberikan informasi tentang prestasi pelaksanaan suatu rencana dan titik di mana perusahaan memerlukan penyesuaian-penyesuaian atas aktivitas
perencanaan dan pengendalian. Yuwono et al., 2007
BSC sebagai suatu alat manajemen kinerja performance management tool yang dapat membantu organisasi untuk menerjemahkan visi dan
strategi ke dalam aksi dengan memanfaatkan sekumpulan indikator finansial dan non-finansial yang kesemuanya terjalin dalam hubungan
sebab akibat. Luis dan Biromo, 2007
2. Tujuan dan Manfaat Pengukuran Kinerja
Tujuan utama penilaian kinerja adalah untuk memotivasi personel dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam mematuhi standar perilaku yang telah
ditetapkan sebelumnya, agar membuahkan tindakan dan hasil yang diinginkan oleh organisasi. Mulyadi dan Johny Setiawan, 2001. Standar perilaku dapat
berupa kebijakan manajemen atau rencana formal yang dituangkan dalam rencana
Universitas Sumatera Utara
strategik, program, dan anggaran organisasi. Suatu pengukuran kinerja dapat digunakan untuk memotivasi personel dengan memanfaatkan informasi hasil
pengukuran kinerja sebagai dasar dari pemberian reward and punishment. Lynch dan Cross dalam Sony Yuwono et al 2002:29, menyatakan bahwa
dari sebuah sistem pengukuran kinerja yang baik dapat diperoleh manfaat sebagai berikut:
a. menelusuri kinerja terhadap harapan pelanggan sehingga akan membawa
perusahaan lebih dekat dengan pelanggannya dan membuat seluruh orang dalam organisasi terlibat dalam upaya memberikan kepuasan pada
pelanggan
b. memotivasi pegawai untuk melakukan pelayanan sebagai bagian dari mata
rantai pelanggan dan pemasok internal c.
mengidentifikasi berbagai pemborosan sekaligus mendorong upaya-upaya pengurangan terhadap pemborosan tersebut reduction of waste
d. membuat suatu tujuan strategis yang biasanya masih kabur menjadi lebih
konkret sehingga mempercepat proses pembelajaran organisasi e.
membangun konsensus untuk melakukan suatu perubahan dengan memberi “reward” atas perilaku yang diharapkan tersebut.
Menurut Kaplan dan Norton, manfaat Balanced Scorecard adalah: a.
mengklarifikasikan dan mengkomunikasikan strategi ke seluruh organisasi,
b. menyelaraskan sasaran departemen dan individu dengan strategi
organisasi, c.
mengkaitan sasaran strategis dengan target jangka panjang dan anggaran tahunan,
d. mengidentifikasikan dan menyelaraskan inisiatif strategi,
e. melaksanakan peninjauan strategi secara periodik,
f. mendapatkan umpan balik yang dibutuhkan untuk memperbaiki strategi.
3. Perspektif dalam Balanced Scorecard