Hak Politik Perempuan: Akomodasi Dalam PKB

yang tengah berkembang, dan yang terpenting tidak lagi memojokkan posisi kaum perempuan. Gerakan penafsiran ini di komandoi secara langsung oleh isteri Gus Dur, yaitu Sinta Nuriah Wahid. 90 Di bawah ini akan kita lihat bagaimana respon PKB terhadap beberapa persoalan perempuan dan apa yang telah dilakukan PKB dalam mengoptimalkan peran perempuan dalam wilayah publik.

A. Hak Politik Perempuan: Akomodasi Dalam PKB

Satu yang tidak pernah berubah dalam tubuh PKB –walaupun harus selalu terlibat konflik internal– adalah mereka tetap menaruh perhatian serius terhadap persoalan yang dihadapi perempuan. Sikap yang diambil partai politik bentukan NU ini tidaklah terlalu mengherankan, karena NU sebagai organisasi induk kaum nahdhiyin yang merupakan basis utama dari konstituen PKB, juga bersikap inklusif terhadap isu-isu demokratisasi termasuk di dalamnya persoalan perempuan. Telah terjadi sebuah modernisasi pemikiran dalam tubuh NU yang telah lama dikenal sebagai pengagung tradisionalisme, mereka berhasil melakukan transformasi pemikiran menjadi lebih terbuka terhadap modernisasi. Pemihakan organisasi NU terhadap isu-isu perempuan dan politik telah nampak pada saat Munas Nahdlatul Ulama NU yang digelar pada bulan November 1997 di Pesantren Qomarul Huda, Lombok Tengah, di mana dalam 90 Berita dalam koran Pelita tanggal 20 feb 1999 “Isteri Gusdur Siapkan Kitab Kuning Pro Perempuan” dalam kliping yang dikumpulkan Pusat Data Kliping LIPI periode Januari-Desember 1999 dengan topik Masalah Perempuan. Munas tersebut NU menelurkan fatwa perihal dibolehkannya perempuan menjadi pemimpin. 91 Fatwa tersebut muncul, menurut penggambaran Andrée Feillard pengamat NU dari Perancis, bisa direfleksikan sebagai hasil dari negosiasi alot antara aktivis perempuan muda NU dengan dukungan kiai muda progresif yang cukup fasih dengan isu jender vis a vis dengan para kiai sepuh yang menolak keberadaan perempuan dalam dunia politik. Bahkan pernyataan dukungan terhadap kiprah politik perempuan, kembali dipertegas oleh Nahdlatul Ulama NU dalam kesimpulan Seminar Nasional Gender NU di Baturaden 16-17 Juli 1999 yang dilaksanakan untuk menyambut Muktamarnya yang ke-30. Di mana dalam kesimpulannya, NU menuntut adanya reinterpretasi atas nash-nash agama yang berkaitan dengan perempuan, sehubungan dengan telah terjadinya perubahan masa dan cara pandang masyarakat yang menyetarakan gender. Bila kita melihat perjalanan politik perempuan NU, sebetulnya tanpa fatwa tersebut pun sejak tahun 1955 perempuan NU sudah terlibat aktif dalam politik nasional. Cora Vreede- De Stuer mencatat bahwa dalam parlemen pertama, dari 272 anggota, 18 orang 6 persen adalah perempuan; 8 di antaranya adalah wakil partai-partai Islam, yaitu 3 dari Masyumi Djunah Parjaman, Rahmah El- Junusiyah, Soenarjo Mangunpuspito, sementara 5 dari NU Hadiyah Hadi Ngabdulhadi, Mahmudah Mawardi, Mariam Kanta Supena, Marijamah Djonaidie, dan Asmah Syahruni. 91 Yuniyanti Chuzaifah, “Gerakan Perempuan Progresif NU dan Perebutan Wacana,” KOMPAS, 22 Juni 2004. Fenomena di atas kemudian –paling tidak dapat– memberikan jawaban mengapa PKB sejak awal pendiriannya, menjadi partai politik yang paling progresif dalam hal permasalahan kesetaraan gender. Anggapan ini terbukti ketika jauh sebelum DPR “ribut-ribut” membahas kuota 30 persen keterwakilan perempuan, PKB telah lebih dahulu membahas hal tersebut pada Muktamar Luar Biasa di Yogyakarta tahun 2001. Di mana secara eksplisit PKB telah menetapkan bahwa di setiap kepengurusan dari tingkat pusat sampai dengan daerah wajib menyertakan keterwakilan perempuan sebanyak 20 persen. 92 Lebih lanjut Khofifah Indar Parawansa membenarkan bahwa dalam MLB tersebut memang membicarakan kuota perempuan seperti yang diusulkan oleh Koalisi Perempuan. ”Kebetulan kita memasukkan di empat rantap rancangan ketetapan,” dan mengusulkan kuota perempuan dalam jajaran legislatif di pemilu nanti itu sekitar 20 perempuan. 93 Lalu di platform partai juga memasukkan bahwa untuk mensinergikan kekuatan-kekuatan pro demokrasi adalah bagaimana potensi yang selama ini belum mendapat tempat secara proporsional adalah kelompok perempuan. Juga di Anggaran Rumah Tangga ditetapkan bahwa di setiap jajaran kepemimpinan partai di level manapun, baik di dewan Syuro, Dewan Tanfidz diharapkan ada eksponen perempuan. Pasca Muktamar Semarang 2005 diputuskan bahwa mulai dari tingkat pusat, tim musyawarah pada tingkat provinsi, tingkat cabang selalu menempatkan satu orang perempuan dalam lima 92 Wawancara pribadi dengan ibu Badriyah Fayumi selaku anggota DPR-RI PKB, yang dilakukan pada tanggal 8-11-2008 di kediamannya. 93 Namun dalam perkembangan yang terjadi di Indonesia, kemudian usulan kuota ditetapkan menjadi 30 persen. anggota tim formatur yang bertugas menyeleksi ketua dewan syuro, Ketua Tanfidz. 94 Dalam aturan dasar kelembagaan organisasi politik seperti visi, misi, tujuan dan platform, masih belum banyak organisasi politik yang secara implisit mencantumkan istilah “gender“. Dari ke lima partai politik PDIP, Golkar, Demokrat, PPP hanya PKB dan PDIP yang menyebutkan secara jelas dalam visi dan platform tentang gender. Pada visi, misi, tujuan dan platform Partai Persatuan Pembangunan dan Golkar tidak didapat istilah gender, akan tetapi dalam wawasan kebangsaan disebutkan sebagai cara pandang yang mengatasi golongan dan kelompok. Pada jati diri partai Demokrat dijelaskan “sebagai partai terbuka untuk semua warga tanpa membedakan jenis kelamin”. 95 Pada partai-partai yang tidak mencantumkan istilah gender atau perempuan secara khusus dalam platform atau misinya disebabkan perempuan tidak dilibatkan dalam penyusunan aturan-aturan partai, sehingga produk-produk partai bias gender. PKB dalam setiap Muktamar yang diadakan selalu mencantumkan utusan perempuan baik dari unsur PPKB Pergerakan Perempuan Kebangkitan Bangsa atau unsur harian PKB itu sendiri, dan dalam pembahasannya perempuan diberi kesempatan untuk mengikuti pembahasan dalam komisi-komisi yang telah disediakan oleh panitia. 96 Pandangan PKB terhadap persoalan-persoalan yang membelit perempuan saat ini dikarenakan faktor budaya yang kemudian membuat perempuan 94 Diakses dari www.sinarharapan.co.id.htm pada tanggal 25-11-2008. 95 Diakses dari www.damandiri.or.id pada tanggal 25-11-2008. 96 Diakses www.damandiri.or.id pada tanggal 25-11-2008. terkungkung dalam peran domestik dan sulit untuk berpartisipasi dalam publikmasyarakat. 97 Adapun langkah strategi dan agenda pemberdayaan perempuan PKB adalah dengan membentuk PPKB, meratifikasi hukum internasional yang menetapkan hak perempuan dan anak, agenda penegakan hak perempuan, mengeliminir diskrimasi, dan mendorong kesetaraan gender. 98 PKB juga memandang tentang perlunya meningkatkan keterlibatan perempuan dan diatur dalam regulasi legal ADART dari sebuah partai politik karena sumber utama dari perekrutan anggota parlemen adalah melalui partai politik. Oleh karena itu PKB mencoba membenahi persoalan tersebut dimulai dari hulu, sehingga nantinya peraturan-peraturan UU Pemilu yang dibuat pada tingkat nasional tidak menjadi sia-sia. Jangan sampai UU Pemilu yang diberlakukan tidak bisa dipenuhi hanya karena alasan partai politik tidak siap. Jadi ketika DPR mengesahkan UU Pemilu tahun 2002 mengenai Kuota 30 persen bagi perempuan, PKB menjadi partai yang paling siap menyambut isu tersebut karena mereka telah terlebih dahulu memberlakukan peraturan itu di internal PKB. 99 Dalam agenda politik PKB dalam pengembangan demokratisasi khususnya yang terkait dengan kesetaraan gender, PKB mewujudkanya dalam bentuk program sebagai berikut: 100 a Memperjuangkan penghapusan undang-undang atau peraturan, atau pasal-pasal yang terdapat dalam produk perundang-undangan yang 97 Wasiaturahma dan Iswahjuni, Orientasi dan kegiatan organisasi perempuan dalam parpol studi wacana dan observasi kegiatan organisasi perempuan pada 5 partai politik di surabaya, surabaya: Lembaga penelitian airlangga, 2002, h. 38. 98 Wasiaturahma dan Iswahjuni, Orientasi dan kegiatan organisasi perempuan, h. 63. 99 Wawancara dengan Badriyah Fayumi. 100 Bambang Setiawan, ed., Partai-Partai Politik Indonesia: Ideologi dan Program 2004- 2009 Jakarta: Kompas, 2004, h. 268-269. dinilai bisa gender. b Mensosialisasikan dan memperjuangkan kesetaraan gender di berbagai bidang seperti dalam bidang pendidikan, ekonomi, politik, sosial dan budaya. c Melakukan penyadaran gender. Korban diberi pengertian akan adanya budaya yang memandang laki-laki sebagai mahluk yang lebih superior dibanding perempuan, sehingga dampaknya perempuan menjadi pihak yang lebih sering menderita kerugian. d Pemberian informasi. Korban kekerasan tidak tahu apa yang harus dilakukan ketika menjadi korban kekerasan. PKB akan menginformasikan hak-hak hukum yang dimiliki korban kekerasan sehingga korban menjadi tahu peluang dan alternatif solusi yang dapat diambil, tidak sekedar diam dan pasrah menerima nasib. e Memberikan dukungan dan mendampingi perempuan korban kekerasan. PKB akan memberi pertimbangan dalam mengambil keputusan dan juga mendampingi perempuan korban kekerasan. Keseriusan PKB dalam meningkatkan representasi politik perempuan dapat dilihat dalam nominasi caleg perempuan PKB pada pemilu 2004, di mana jumlah total caleg untuk DPR: 29,7 . Dengan kompisisi perempuan sebanyak 140 29,7 dan laki-laki 331 72 dari total 531. Sedangkan dari jumlah caleg perempuan untuk DPR yang berada pada urutan potensi jadi urut 1 dan 2 adalah 16,4 23 orang dari 140 yang di calonkan. 101 Dapat pula ditambahkan bahwa 101 Data diperoleh dari Kompas, 12 Januari 2004, hal 36:1-9. caleg perempuan PKB masuk dalam nominasi perempuan berkualitas yang dirilis oleh CETRO. 102 Keberadaan organisasi perempuan dalam PKB semakin menambah nilai plus bagi upaya PKB mendorong pemberdayaan perempuan. PPKB pergerakan perempuan kebangkitan bangsa berdiri 1999 yang posisi strukturalnya berada di bawah Departemen Wanita, organisasi ini bersifat semi otonom. Latar belakang pendirian PPKB adalah pertama, aktivis perempuan di PKB menyadari bahwa kepentingan perempuan dipartai kurang diakomodasi dan juga masih sedikitnya perempuan yang menjadi pengurus dijabatan sttuktural partai. Kedua, SDM perempuan masih lemah sehingga perlu media berorganisasi. Visi dan misi organisasi PPKB adalah untuk mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender di masyarakat. Tujuan PPKB pertama, untuk mewujudkan masyarakat yang demokratis, adil, dan makmur serta mewujudkan tatanan sosial dan politik nasional yang berkesetaraan dan berkeadilan gender. Kedua, meningkatkan kesadaran politik dan hukum di kalangan perempuan untuk melaksanakan hak dan kewajiban sebagai warga negara. Ketiga, mencetak kader-kader politik perempuan. Urgensi PPKB adalah sangat penting selama kepentingan perempuan belum terakomodasi oleh partai, maka perlu ada organisasi perempuan sebagai sarana meningkatkan artikulasi kepentingan perempuan dalam partai. Selama ini perempuan kurang terlibat dalam pengambilan keputusan, sehingga harus berjuang untuk duduk dalam kepengurusan dan perwakilan masyarakat untuk 102 Pada pemilu 2004 Cetro merilis 25 daftar nama caleg berkualitas yang salah satunya adalah ibu Badriyah Fayumi. Di peroleh dari Kompas, 15 Maret 2004, hal 41:1-7. terlibat dalam pengambilan keputusan. Dalam hal ini PPKB sebagai sarana untuk mendukung dan mempersiapkan aktivis perempuan untuk mendapatkan peluang dalam kepengurusan partai dan perwakilan masyarakat. Anggotanya sebagian besar berasal dari Fatayat NU dan Muslimat NU. 103 Strategi pemberdayaan PPKB adalah dengan merebut posisi pengambil keputusan, membangun lembaga-lembaga pendidikan, aktif dalam organisasi politik, meningkatkan keterampilan dan keahlian beroganisasi, mencari kesempatan dalam kepengurusan. Kegiatan PPKB diskusi gendermainstraiming dan advokasi perempuan, memperluas jaringan PPKB hingga ke daerah, dan juga koperasi simpan pinjam. 104 Penjelasan di atas memberikan gambaran kepada kita bahwa konsistensi PKB dalam memperjuangkan hak-hak perempuan dalam konteks Indonesia lahir dari sebuah pemahaman dan keresahan yang menjadi gejala umum dari bangsa Indonesia. Dan keseriusan mereka bukanlah isapan jempol belaka, melainkan sebuah fakta yang harus diapresiasi secara memadai oleh kita semua.

B. PKB dan Kuota 30

Dokumen yang terkait

PEREMPUAN DALAM PARTAI POLITIK (Strategi Mempertahankan Eksistensi Perempuan dalam Partai Gerindra Kota Malang)

0 10 38

PARTISIPASI POLITIK PEREMPUAN DALAM PARTAI POLITIK (Studi pada DPC Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Kabupaten Ngawi)

1 19 2

Konflik internal partai kabangkitan bangsa di Kabupaten Karawang: sumber dan dampak konflik pada pemilu 2009

1 5 87

PERAN PEREMPUAN DALAM REKRUTMEN POLITIK ( Studi Kasus : DPC PARTAI DEMOKRAT KOTA MEDAN.

0 2 28

PERAN PEREMPUAN DALAM PARTAI POLITIK (Analisis Komparatif Strategi Komunikasi Politik Partai Peran Perempuan Dalam Partai Politik (Analisis Komparatif Strategi Komunikasi Politik Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan Dan Partai Keadilan Sejahtera (

0 3 14

PENDAHULUAN Peran Perempuan Dalam Partai Politik (Analisis Komparatif Strategi Komunikasi Politik Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan Dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Kota Surakarta Dalam Rekrutmen Perempuan.

0 2 35

ANALISIS KOMPARATIF KOMUNIKASI POLITIK REKRUTMEN PEREMPUAN DALAM PARTAI POLITIK Peran Perempuan Dalam Partai Politik (Analisis Komparatif Strategi Komunikasi Politik Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan Dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Kota Sur

0 2 17

PERAN PARTAI POLITIK DALAM MENINGKATKAN KETERWAKILAN PEREMPUAN DI LEMBAGA LEGISLATIF KABUPATEN CIANJUR: Studi Deskriptif Tentang Pendidikan Politik Bagi Kader Perempuan di Partai Politik.

1 1 63

GERAKAN PEREMPUAN PARTAI POLITIK : STUDI TENTANG PEMBERDAYAAN PEREMPUAN OLEH PEREMPUAN BANGSA DI KABUPATEN SIDOARJO.

0 2 82

Identifikasi Peran Partai Politik dalam

0 0 9