PKB dan Kuota 30 Peran Politik Perempuan Dalam Partai Kabangkitan Bangsa

terlibat dalam pengambilan keputusan. Dalam hal ini PPKB sebagai sarana untuk mendukung dan mempersiapkan aktivis perempuan untuk mendapatkan peluang dalam kepengurusan partai dan perwakilan masyarakat. Anggotanya sebagian besar berasal dari Fatayat NU dan Muslimat NU. 103 Strategi pemberdayaan PPKB adalah dengan merebut posisi pengambil keputusan, membangun lembaga-lembaga pendidikan, aktif dalam organisasi politik, meningkatkan keterampilan dan keahlian beroganisasi, mencari kesempatan dalam kepengurusan. Kegiatan PPKB diskusi gendermainstraiming dan advokasi perempuan, memperluas jaringan PPKB hingga ke daerah, dan juga koperasi simpan pinjam. 104 Penjelasan di atas memberikan gambaran kepada kita bahwa konsistensi PKB dalam memperjuangkan hak-hak perempuan dalam konteks Indonesia lahir dari sebuah pemahaman dan keresahan yang menjadi gejala umum dari bangsa Indonesia. Dan keseriusan mereka bukanlah isapan jempol belaka, melainkan sebuah fakta yang harus diapresiasi secara memadai oleh kita semua.

B. PKB dan Kuota 30

Lambannya peningkatan jumlah perempuan yang aktif dalam politik, menjadi sebab utama bagi perempuan untuk menemukan cara-cara yang lebih efisien untuk meningkatkan representasi mereka. Demokrasi yang diandaikan sebagai partisipasi sejajar seluruh komponen warga negara hanya terwujud ketika dominasi dan subordinasi antar individu atau antar kelompok terhapus. Pada titik 103 Wasiaturahma dan Iswahjuni, Orientasi dan kegiatan organisasi perempuan, h. 28-33. 104 Wasiaturahma dan Iswahjuni, Orientasi dan kegiatan organisasi perempuan, h. 63. inilah kemudian tuntutan keterwakilan politik perempuan harus diposisikan, karena tuntutan tersebut merupakan hak asasi dari seorang manusia. Dan porsi keterwakilan politik perempuan juga merupakan tindakan strategis untuk mengurangi hambatan seorang individu dalam berkiprah. Secara umum ada tiga faktor yang cukup signifikan untuk menentukan keterwakilan perempuan, yaitu sistem pemilu, peran dan organisasi partai-partai politik serta penerimaan kultural, termasuk aksi mendukung affirmative action 105 yang bersifat wajib atau sukarela. Saat ini, salah satu upaya yang dianggap paling strategis untuk memposisikan perempuan dalam posisi pengambilan keputusan adalah lewat affirmative action. Salah satu tindakan affirmative action adalah dengan penetapan sistem kuota. Dengan sistem kuota diharapkan nantinya posisi perempuan akan lebih terwakili. 106 Kuota juga dianggap sebagai instrumen yang efektif untuk dapat meningkatkan keterwakilan perempuan dalam politik sekaligus meminimalkan ketidakadilan gender yang ada dalam praktek kehidupan masyarakat. 107 Pengenalan sistem kuota bagi perempuan menggambarkan lompatan kualitatif ke suatu kebijakan mengenai cara dan tujuan yang pasti. Karena efisiennya yang relatif, besar harapan akan terjadinya peningkatan yang dramatis dari representasi perempuan dengan menggunakan sistem ini. 108 105 Affirmative Action adalah aksi mendukung sebagai tindakan khusus yang bersifat sementara, tindakan ini diambil sebagai taktik pilihan untuk mempercepat proses keterwakilan perempuan dalam lembaga pengambil kebijakan. 106 Budi Shanti, “Kuota Perempuan Parlemen: Jalan Menuju Kesetaraan Politik,” dalam Jurnal Perempuan, Perempuan dalam Kewarganegaraan, Di mana? Jakarta: YJP, edisi No. 19, 2001, h. 23. 107 M. B. Wijaksana penyunting, Modul Perempuan Untuk Politik, h. 3. 108 Drude Dahlerup, “Menggunakan Kuota Untuk Meningkatkan Representasi Politik Perempuan,” dalam Azza Karam, dkk., Perempuan di Parlemen: Bukan Sekedar Jumlah, Bukan Sekedar Hiasan Jakarta: Yayasan Jurnal Perempuan, 1999, h. 85. Kuota adalah penetapan sejumlah tertentu atau persentase dari sebuah badan, kandidat, majelis, komite, atau suatu pemerintahan. Kuota untuk perempuan bertujuan untuk setidaknya perempuan akan menjadi “minoritas kritis” critical minority terdiri dari 30 atau 40 persen. 109 Ide inti dari sistem kuota adalah merekrut perempuan untuk masuk dalam posisi politik dan memastikan bahwa perempuan tidak terisolasi dalam kehidupan politik. 110 Kuota harus merupakan satu jumlah tertentu atau persentase dari anggota suatu badan; apakah berbentuk daftar kandidat, majelis parlemen, komite, atau pemerintah. 111 Penetapan sejumlah tertentu perempuan dalam politik itu harus secara nyata dituangkan dalam bentuk perundang-undangan. Selama ini pelaksanaan kuota dilakukan melalui cara penetapan dalam konstitusi, peraturan-peraturan dalam undang-undang Pemilu atau partai politik, komitmen informal partai politik. Dalam konteks sistem politik Indonesia, wacana kuota keterwakilan perempuan dalam parlemen sebesar 30 persen telah menjadi isu hangat sesaat setelah tumbangnya Soeharto pada tahun 1998. Isu kuota yang pada awalnya hanya banyak dibicarakan pada tingkatan aktifis, kemudian menjadi semacam bola salju karena mendapat sambutan dari pihak partai politik dan juga pemerintah, khususnya ketika pada era pemerintahan Abdurrahman Wahid 1999- 2001. Salah satu partai yang memberikan perhatian serius pada persoalan 109 Di Indonesia angka 30 persen diyakini sebagai “angka kritis” critical number yang harus dicapai untuk memungkinkan terjadinya sebuah perubahan. Angka 30 persen menunjukkan “massa kritis” yang akan memberikan dampak pada kualitas keputusan yang diambil dalam lembaga-lembaga publik. Jumlah 30 persen ditetapkan untuk menghindari dominasi dari salah satu jenis kelamin dalam lembaga-lembaga politik yang merumuskan kebijakan publik. Dengan kata lain jumlah keterwakilan laki-laki dan perempuan tidak boleh lebih dari 70 persen. 110 M. B. Wijaksana penyunting, Modul Perempuan Untuk Politik, h. 8. 111 Hilmatul Aliyah, Politik Perempuan: Dari Asumsi Hingga Aksi perempuan khususnya keterwakilan politik perempuan adalah Partai Kebangkitan Bangsa. Setelah melalui proses yang panjang, melelahkan, sekaligus menegangkan akhirnya keterwakilan perempuan dalam parlemen sebanyak 30 persen dicantumkan dalam UU pemilu. 112 Tepatnya pada tanggal 18 Februari 2003 sidang paripurna DPR mengesahkan RUU Pemilu yang di dalamnya tercantum kuota perempuan di DPR. Ihwal kuota tersebut terdapat pada Pasal 65 ayat 1. Ayat tersebut selengkapnya berbunyi: Setiap partai politik peserta pemilu dapat mengajukan calon anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD KabupatenKota untuk setiap daerah pemilihan dengan memperhatikan keterwakilan perempuan sekurang-kurangnya 30 persen. Dalam hal perdebatan kuota perempuan, PKB patut membusungkan dada karena jauh sebelum paripurna DPR mengesahkan klausul kuota tersebut, PKB telah terlebih dahulu mendorong keterlibatan perempuan pada wilayah publik termasuk politik pada tataran yang lebih implementatif. Seperti diungkap oleh Badriyah Fayumi, bahwa hal ini secara eksplisit terdokumentasi dengan baik dalam Muktamar PKB pertama di Yogyakarta pada tahun 2001 kemudian diperkuat kembali pada Muktamar II di Semarang tahun 2005. Di mana dalam Anggaran DasarAnggaran Rumah Tangga ADART, PKB menetapkan pada setiap kepengurusan dari tingkat pusat sampai dengan daerah wajib menyertakan 112 Fraksi PKB, Golkar, dan PPP merupakan tiga fraksi yang mempunyai andil besar menggolkan kuota tersebut Media Indonesia, 1922003. keterwakilan perempuan sebanyak 20 persen. 113 Dan dalam setiap pembentukan tim formatur yang terdiri dari lima orang maka perempuan harus selalu menjadi bagian dari tim fromatur tersebut, setidaknya satu dari lima orang. 114 Ketika pembahasan pasal kuota 30 persen untuk perempuan di DPR berlangsung, media massa mengekspose bahwa hanya fraksi PKB dan Golkar yang berkomitmen terhadap persoalan 30 persen. Hal ini terungkap ketika Daftar Isian Masalah DIM dari fraksi-fraksi masuk ke pansus sebagai masukan bagi pansus yang akan membahas RUU Parpol dan RUU Pemilu. Hanya PKB yang sungguh-sungguh mewujudkan janji mereka dalam DIM RUU Parpol. Dalam Bab V tentang Fungsi, Hak dan Kewajiban, Pasal 6f tentang, rekrutmen politik dalam proses pengisian jabatan politik melalui mekanisme demokrasi dengan memperhatikan kesetaraan jender, PKB melalui DIM-nya mengubah redaksionalnya menjadi, rekrutmen politik dalam proses pengisian jabatan politik dengan memperhatikan kesetaraan jender dalam wujud kuota 30 persen bagi perempuan. Catatan untuk DIM itu, 52 persen pemilih adalah perempuan dan jaminan representasi politik perempuan hanya bisa dibuktikan dengan adanya kuota ini. 115 Konsistensi Partai Kebangkitan Bangsa mengenai persoalan perwakilan perempuan dalam parlemen juga tercermin dalam komposisi caleg yang akan diusung pada pemilu 2009. Sekitar sepertiga atau 35 persen calon anggota legislatif caleg perempuan Partai Kebangkitan Bangsa memperoleh nomor jadi. 113 Wawancara pribadi dengan ibu Badriyah Fayumi selaku anggota DPR-RI PKB, yang dilakukan pada tanggal 8-11-2008 di kediamannya. 114 Diakses dari www.sinarharapan.co.id.htm pada tanggal 25-11-2008. 115 Kompas, “Keterwakilan Perempuan di Parlemen: Memberi Hak Warga Negara“ Senin, 23 September 2002. Dari total caleg perempuan, sekitar 35 persen berada di nomor jadi, kata Ketua Umum DPP PKB Muhaimin Iskandar. Nomor jadi yang dimaksud Muhaimin adalah caleg dengan nomor urut 1 dan 2 di setiap daerah pemilihan. Calon legislatif perempuan dengan nomor jadi di antaranya adalah Ida Fauziah, Nursyahbani Katjasungkana dan Lily Khadijah Wahid. Dari 498 caleg PKB, terdapat 181 perempuan, sehingga terdapat 36 persen caleg perempuan, lebih besar dari ketentuan undang-undang yang mensyaratkan 30 persen. Menurut Muhaimin, dalam soal mengakomodasi perempuan, PKB jauh lebih maju dibanding partai lain. Di kepengurusan DPP PKB, pengurus terasnya juga banyak perempuan, begitu juga di Fraksi Kebangkitan Bangsa FKB. PKB tidak membedakan jender untuk duduk di jabatan apa pun. Terpenting kualitas, kata wakil ketua DPR RI tersebut. Fenomena tersebut ditanggapi positif oleh anggota DPR-RI fraksi PKB Ida Fauziyah. Beliau berharap ke depan tidak hanya kuota perempuan dalam daftar caleg yang dijamin undang-undang, namun juga keanggotaan DPR, mengingat saat ini di DPR jumlah perempuan baru 12 persen. 116 Pada titik ini sebenarnya diperlukan sebuah gerakan perempuan yang bersifat massif dan sistematis, tentunya dengan melibatkan semua pihak. Baik itu pemerintah, anggota legislatif, aktifis LSM, lembaga hukum, dan lingkungan terkecil yaitu keluarga dalam mendorong terciptanya suatu pemahaman tentang pentingnya memiliki perspektif yang berkeadilan gender. Apa yang dilakukan 116 Berita ini dimuat dalam antara news, dengan judul berita “Sepertiga Caleg Perempuan PKB Nomor Jadi” di muat pada tanggal 18-09-08 pukul 21:28 oleh penulis berita ini diakses dari www.antara.co.id. segelintir perempuan PKB hendaknya dijadikan pemicu untuk menghadirkan sebuah tatanan kehidupan yang lebih baik bagi bangsa Indoenesia.

C. Peranan Perempuan PKB di Parlemen

Dokumen yang terkait

PEREMPUAN DALAM PARTAI POLITIK (Strategi Mempertahankan Eksistensi Perempuan dalam Partai Gerindra Kota Malang)

0 10 38

PARTISIPASI POLITIK PEREMPUAN DALAM PARTAI POLITIK (Studi pada DPC Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Kabupaten Ngawi)

1 19 2

Konflik internal partai kabangkitan bangsa di Kabupaten Karawang: sumber dan dampak konflik pada pemilu 2009

1 5 87

PERAN PEREMPUAN DALAM REKRUTMEN POLITIK ( Studi Kasus : DPC PARTAI DEMOKRAT KOTA MEDAN.

0 2 28

PERAN PEREMPUAN DALAM PARTAI POLITIK (Analisis Komparatif Strategi Komunikasi Politik Partai Peran Perempuan Dalam Partai Politik (Analisis Komparatif Strategi Komunikasi Politik Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan Dan Partai Keadilan Sejahtera (

0 3 14

PENDAHULUAN Peran Perempuan Dalam Partai Politik (Analisis Komparatif Strategi Komunikasi Politik Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan Dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Kota Surakarta Dalam Rekrutmen Perempuan.

0 2 35

ANALISIS KOMPARATIF KOMUNIKASI POLITIK REKRUTMEN PEREMPUAN DALAM PARTAI POLITIK Peran Perempuan Dalam Partai Politik (Analisis Komparatif Strategi Komunikasi Politik Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan Dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Kota Sur

0 2 17

PERAN PARTAI POLITIK DALAM MENINGKATKAN KETERWAKILAN PEREMPUAN DI LEMBAGA LEGISLATIF KABUPATEN CIANJUR: Studi Deskriptif Tentang Pendidikan Politik Bagi Kader Perempuan di Partai Politik.

1 1 63

GERAKAN PEREMPUAN PARTAI POLITIK : STUDI TENTANG PEMBERDAYAAN PEREMPUAN OLEH PEREMPUAN BANGSA DI KABUPATEN SIDOARJO.

0 2 82

Identifikasi Peran Partai Politik dalam

0 0 9