Penentuan Kadar Spironolakton TINJAUAN PUSTAKA

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan koefisien variasi dari larutan tersebut. Pada prosedur menurut ICH direkomendasikan pengulangan seharusnya dilakukan melalui sembilan 9 kali pengulangan dengan 3 konsentrasi berbeda yang masing-masing konsentrasi dibuat tiga 3 replikasi atau dilakukan enam 6 kali penetapan terhadap larutan dengan konsentrasi sama. 3. Linieritas Linieritas menggambarkan hubungan antara respon detektor dengan konsentrasi analit yang diketahui. Linieritas dapat diperoleh dengan mengukur beberapa minimal 5 konsentrasi standar yang berbeda antara 50- 150 dari kadar analit dalam sampel kemudian data diproses dengan menggunakan regresi linier, sehingga dapat diperoleh nilai slope, intersept dan koefisien korelasi. Koefisien korelasi di atas 0,999 sangat diharapkan untuk suatu metode analisis yang baik Harmita, 2006. 4. Batas deteksi dan batas kuantitasi LOD dan LOQ Batas deteksi LOD adalah jumlah terkecil analit dalam sampel yang masih memberikan respon yang cukup bermakna atau dapat diukur dibandingkan dengan blangko. Batas kuantitasi LOQ merupakan kuantitas terkecil analit dalam sampel yang masih dapat memberikan respon yang memenuhi kriteria cermat dan saksama. Batas deteksi dan kuantitasi dapat dihitung secara statistik melalui garis regresi linier dari kurva kalibrasi Harmita, 2006.

2.8 Penentuan Kadar Spironolakton

Kromatografi Cair Kinerja Tinggi KCKT dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 4mm x 15 cm berisi bahan pengisis Silika C18. Laju alir 1 mL per menit. Fase gerak yang digunakan adalah Metanol : Akuades yaitu 60 : 40 dengan volume penyuntikan sejumlah β0 l. Kromatografi terhadap larutan baku dilakukan dan direkam respon puncak seperti yang tertera pada prosedur yaitu faktor taliing tidak lebih dari 2,0; efisiensi kolom tidak kurang dari 5600 lempeng teoritis; dan simpangan baku relatif tidak lebih dari 2,0The United States Pharmacopeial Convention, 2007. 26 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu

Penelitian ini akan dilakukan di laboratorium Farmasi yaitu Labolatorium Penelitian II dan Labolatorium Farmakognosi dan Fitokimia Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatulah Jakarta. Penelitian akan dimulai bulan Maret hingga Mei.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

KCKT Dionex Ultimate 3000 yang terdiri dari: pompa Dionex Ultimate 3000 pump, kolom Acclaim TM 1200 C18 5µm 120Å 4,6x250mm, autosampler, detektor DAD Diode Array Detector, program komputer PC Chromeleon. Spektrofotometer Ultraviolet-Visibel Hitachi U-2910, Ultrasonic Bath Branson 5510, pH meter Horiba, magnetic stirer Wiggen Hauser, vorteks, sentrifugator dan tabung sentrifugasi Eppendorf Centrifuge 5417 R, timbangan analitik, alat- alat gelas, mikropipet, lumpang dan alu dan lemari pendingin.

3.2.2 Bahan

Bahan baku Standar Analitik Spironolakton Sigma-Aldrich, tablet Spironolakton dengan merek dagang Letonal ® 25 mg, Metanol Grade HPLC Merck, Aquabidest, Aquadest, KH 2 PO 4.

3.3 Prosedur Penelitian

3.3.1 Pembuatan Larutan Induk Bahan Baku Standar Spironolakton.

Larutan induk yang dibuat adalah larutan standar denngan konsentrasi 1000 ppm, dimana 50 mg dari standar spironolakton dilarutkan dalam 50 ml metanol. 3.3.2 Penetapan panjang gelombang maksimum dari bahan baku standar. Pada larutan induk diambil 100 μL untuk diencerkan dengan metanol pada labu ukur 10 ml sehingga didapatkan konsentrasi 10 ppm. Larutan ini kemudian