dan masyarakat lokal serta wisatawan berikutnya daoat merasakan keunikan tersebut.
3. Kegiatan wisata berbasis alam. ODTW yang menjadi basis kegiatan wisata
adalah alam dan lingkungan hijau kawasan pegunungan, hutan raya, dan taman nasional dan biru laut yang bening dan bersih
4. Organisasi perjalanan tour operator menunjukkan tanggungjawab finansial
dalam pelestarian lingkunan hijau yang dikunjungi atau dinikmati oleh wisatawan dan wisatawan juga melakukan kegiatan yang terkait dengan
konservasi.
5. Kegiatan wisata dilakukan tidak hanya dengan tujuan untuk menikmati
keindahan dan kekayaan alam itu sendiri, tetapi juga secara spesifik mengumpulkan danayang akan digunakan bagi pelestarian ODTW.
6. Perjalana wisata menggunakan alat trasportasi dan akomodasi lokal.
Pengertian ini menunjukkan pada mode angkutan dan fasilitan akomodasi yang dikelola langsung oleh masyarakat lokal di daerah tujuan wisata,
terlebih-lebih yang bersifat ramah lingkungan.
7. Pendapatan dari pariwisata tidak hanya digunakan untuk mendukung kegiatan
konservasi lokal tetapi juga membantu pembangunan masyarakat setempat secara berkelanjutan, misalnya dengan membentuk program-program
pendidikan lingkungan.
8. Perjalanan wisata mengunakan teknologi sederhana yang tersedia di daerah
tujuan wisata, terutama yang hemat energi, dan menggunakan sumberdaya lokal, termasuk melibaikan masyarakat lokal dalam pembuatanya.
9. Kegiatan wisata berskala kecil, baik dalam arti jumlah wisatawan maupun
usaha jasa yang dikelola, meskipun dengan cara tersebut keuntungan yang diperoleh cenderung kecil janianton damanik dan F.weber, 2006:37.
Dari penjelasan di atas dapat dilihat tiga prespektif ekowisata yaitu: ekowisata sebagai produk merupakan wisata yang semua atraksi wisatanya berbasis pada
sumber daya alam. Ekowisata sebagai pasar yakni perjalanan yang diarahkan pada upaya-upaya pelestarian lingkungan. Ekowisata sebagai pendekatan pengembangan
yakni metode yang memanfaatkan pengelolaan sumber daya alam pariwisata yang ramah lingkungan.
2.9 Kunjungan Wisata
Berbicara tentang kunjungan wisata tentu erat hubunganya dengan kuantitas pengunjung yang berkunjung kesuatu daerah objek wisata. Dengan kata lain dapat di
Universitas Sumatera Utara
defenisikan bahwa kunjungan wisata adalah jumlah wisatawan yang datang kesuatu objek wisata.
Meningkatnya kunjungan wisata di suatu objek wisata sangat ditentukan oleh jenis dan daya tarik yang terdapat di objek wisata tersebut.
2.10 Strategi Peningkatan Kunjungan Wisata.
Strategi peningkatan kunjungan wisata adalah upaya yang dilaksanakan untuk meningkatkan kunjungan di suatu objek wisata. Salah satu upaya tersebut yaitu
melalui pembangunan atau pengembangan objek wisata. Pengembangan suatu objek wisata harus dilakukan berdasarkan konsep
pengembangan pariwisata berkelanjutan yang artinya pengembangan sumber daya atraksi, aksesibilitas, amenitas pariwisata yang bertujuan untuk memberikan
keuntungan optimal bagi pemangku kepentingan stakeholders dan nilai kepuasan optimal bagi wisatawan dalam jangka panjang janianton damanik dan helmut F.
Weber, 2006.
Universitas Sumatera Utara
BAB III GAMBARAN UMUM KABUPATEN SIMALUNGUN
3.1 Sejarah Simalungun
Suku Simalungun adalah salah satu suku asli dari provinsi Sumatera Utara, yang menetap di Kabupaten Simalungun dan sekitarnya. Beberapa sumber menyatakan
bahwa leluhur suku ini berasal dari daerah India Selatan. Sepanjang sejarah suku ini terbagi ke dalam beberapa kerajaan. Terdapat 4 marga nama keluarga asli suku
Simalungun, yaitu Sinaga, Saragih, Damanik dan Purba.
Mwnurut peneliti Prof. G. Ferrand dalam Sortman Saragih,2008:19 Nenek moyang Suku Simalungun berasal dari luar Indonesia dan kedatangan mereka terbagi
dalam 2 gelombang. Gelombang pertama Protomelayu, datng sekitar 1000 tahun SM, yang diperkirakan menjadi penduduk nusantara dan mendiami pesisir pantai
pulau nusantara. Kelompok ini antara lain adalah Batak termasuk Simalungun, toraja, dayak dan nias. Gelombang kedua Deuteromelayu, datang sekitar 500 tahun
SM. Kelompok ini termasuk orang Jawa dan Madura dan Makassar. Pustaha Parpandanan Na Bolag pustaka Simalungun kuno mengisahkan bahwa
Parpandanan Na Bolag cikal bakal daerah Simalungun merupakan kerajaan tertua di Sumatera Timur yang wilayahnya bermula dari Jayu pesisir Selat Malaka hingga
ke Toba yaitu kerajaan nagur. Selama abad ke-13 hingga ke-15, kerajaan ini mendapatkan serangan dari
kerajaan-kerajaan lain seperti Singasari, Majapahit, Rajendra Chola India dan dari Sultan Aceh, Sultan-sultan Melayu hingga Belanda. Dan pada masa saat itu terdapat
cerita “Hattu ni Sapar” yang mencritakan kengerian keadaan masa itu di mana
Universitas Sumatera Utara