6. Evaluasi degradasi maksimum pada kondisi sebelum dan setelah ada
ambang.
4.5.1. Perhitungan Debit Dominan
Debit dominan dipertimbangkan dalam pemeliharaan sungai karena terkait dengan masalah pergerakan sedimen. Definisi debit dominan adalah debit yang
mengalirkan sebagian besar sedimen suspensi dalam suatu penampang sungai untuk menuju kondisi keseimbangannya. Debit sedimen akan terkait dengan debit sungai
dalam bentuk kurva durasi debit discharge–duration curve. Hasil perhitungan debit dominan untuk lokasi pengamatan debit di stasiun Lau Simeme adalah 10,5 m
3
det yang dihitung dari data pengamatan tahun 1990 – 2004 Tabel 4.6.
Tabel 4.6 Hasil Perhitungan Debit Dominan Stasiun Lau Simeme Jarak
Frekuensi Kumulatif Frekuensi
0 – 2,99 3 – 5,99
6 – 8,99 9 – 11,99
12 – 14,99 15 – 17,99
18 – 20,99 21 – 23,99
24 – 27 23
34 56
38 20
6 1
2 23
57 113
151 171
177 178
180
Debit Dominan 10,50
Sumber : Hasil Perhitungan
Universitas Sumatera Utara
4.5.2. Perhitungan Kemiringan Seimbang Dinamis
Berdasarkan tinjauan pustaka tentang keseimbangan alur sungai, bahwa kemiringan stabil dinamis ini dapat diperoleh dari persamaan angkutan sedimen yang
dikembangkan oleh Brown, diterapkan pada saluran lebar R = H, dan λ = 0.4. Dengan
variable terkait adalah qB debit beban dasar atau volume sedimen yang masuk ke dalam alur sungai persatuan lebar, d ukuran butiran material rata-rata,
λ angka pori pada pasir-kerikil = 0,4, q debit persatuan lebar, serta R kedalaman rerata
hidrolis, R = H. Penerapan persamaan ini digunakan untuk menentukan kemiringan rencana
terhadap ruas sungai yang akan dilakukan perbaikan, dalam konteks ini merupakan bagian ruas sungai yang mengalami degradasi dan memerlukan perbaikan slope
seimbang sebagai acuan dalam melakukan pekerjaan pemeliharaan sungai. Dalam studi ini, diperoleh prediksi adanya degradasi dan agradasi pada lokasi
kajian. Sejalan dengan beroperasinya banjir kanal dan bangunan check dam di bagian hulu lokasi kajian dan untuk mengurangi besarnya angkutan sedimen, maka
diperlukan usaha untuk mengantisipasinya. Dalam studi ini usaha normalisasi yang dipilih adalah pembuatan bangunan
ambang atau bangunan menyilang sungai dengan pertimbangan : 1. Membuat kemiringan dasar sungai sesuai dengan kemiringan rencana, sehingga
kecepatan aliran sesuai dengan kecepatan rencana 2.
Adanya bangunan infrastruktur di sepanjang sungai yang saling berdekatan
Universitas Sumatera Utara
3. Fungsi ambang untuk menangkap sedimen yang terangkut, sehingga mengurangi
sedimen yang teragradasi di daerah hilir Berdasarkan data debit dan perhitungan debit dominan di Stasiun Lau Simeme
didapatkan kemiringan rencana untuk acuan dalam pengelolaan sungai adalah 0,000188452. Dan dari hasil perhitungan kemiringan rencana Brown diperoleh
kemiringan sebesar 0,000188452 dan hasil perhitungan jarak antara bangunan ambang disajikan pada Tabel 4.7.
Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Jarak Antar Bangunan Ambang Tinggi Bangunan Ambang m
Jarak Antar Bangunan Ambang m
1 1,5
1.534,77 2.302,16
Sumber : Hasil Perhitungan
Selanjutnya Plot kemiringan rencana Brown pada ruas Sc-63 sampai dengan Sc-04 seperti pada Gambar 4.5.
4.5.3. Penerapan Kemiringan Seimbang Dinamis