Implementasi Program 1. Pengertian Implementasi Program

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Implementasi Program 2.1.1. Pengertian Implementasi Program Dalam proses pembangunan, ada sekelompok anggota masyarakat yang secara struktural tidak mempunyai peluang dan kemampuan yang memadai untuk mencapai kehidupan yang layak, sehingga mencerminkan usaha dan prakarsa masyarakat sendirikegiatan organisasikegiatan pemerintahan dalam rangka memperbaiki kondisi ekonomi, sosial, budaya dan mengubah keterbelakangan akibat kemiskinan. Pembangunan masyarakat bertujuan mengatasi permasalahan seperti adanya kemiskinan, keterbelakangan, dan sebagainya. Upaya penanggulangan kemiskinan tidak terlepas dari program-program peningkatan kesejahteraan keluarga, yang sampai saat ini masih dinaungi oleh program- program pemerintah, namun demikian lembaga-lembagaorganisasi-organisasi pun telah banyak mengambil peran, seperti pada sektor pemberdayaan, kesehatan, pendidikan, dan lain sebagainya, sehingga untuk mewujudkan program secara nyata diperlukan adanya pelaksanaan. Program kerajinan tangan adalah salah satu implementasi dari suatu pemberdayaan demi perubahan masyarakat dan merupakan langkah yang dilakukan Cordia Caritas Medan untuk mengentaskan masalah kemiskinan. Program ini bertujuan dalam meningkatkan pendapatan dan taraf hidup masyarakat yang miskin. Bisa dikatakan bahwa pelaksanaan atau implementasi program awal dari suatu kegiatan pembangunan masyarakat miskin. Universitas Sumatera Utara Proses implementasi merupakan tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh individu-individu atau pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijakan Horn, dalam Wahab, 1990:49, selanjutnya defenisi implementasi yaitu implementasi penerapan mungkin dapat dipandang sebagai sebuah proses interaksi antara sebuah perangkat tujuan atau tindakan yang mampu untuk meraihnya Wildavsky, dalam Wahab, 1990:50. Pengertian implementasi dirumuskan secara pendek, dimana to implementasi mengimplementasikan berarti to provide means for carrying out, to give practical effect to menyajikan alat bantu untuk melaksanakan, menimbulkan dampakberakibat sesuatu. Implementasi merupakan suatu proses pelaksanaan suatu kebijakan organisasi dalam bentuk program. Sebelum adanya suatu implementasi maka diadakan terlebih dahulu suatu kebijakan Webster, dalam Wahab, 1990:64. Universitas Sumatera Utara Tahapan-tahapan dalam pembuatan kebijakan adalah sebagai berikut: Identifikasi program Pengembangan program Proses pengambilan keputusan Hasil-hasil program Implementasi Evaluasi Jones, 1996: 67 Program adalah rencana yang telah diolah dengan memperhatikan faktor- faktor kemampuan ruang waktu dan urutan penyelenggaraanya secara tegas dan teratur sehingga menjawab pertanyaan tentang siapa, dimana, sejauhmana dan bagaimana. Dapat dikatakan bahwa program merupakan unsur utama yang harus ada agar tercapainya kegiatan implementasi program akan menunjang implementasi atau pelaksanaannya, karena dalam program tersebut telah dimuat berbagai aspek antara lain: 1. Adanya tujuan dan sasaran-sasaran yang ingin dicapai. 2. Adanya kebijaksanaan yang harus diambil dalam mencapai tujuan dan sasaran-sasaran tersebut. Universitas Sumatera Utara 3. Adanya aturan dan prosedur yang harus dilalui. 4. Adanya perkiraan anggaran yang akan dibutuhkan. 5. Adanya strategi dalam pelaksanaan Tambunan, 2007: 3. Unsur kedua yang harus dipenuhi dalam proses implementasi yaitu adanya kelompok masyarakat yang menjadi sasaran program sehingga masyarakat ikut dilibatkan dan membawa hasil dari program yang dijalankan dengan adanya perubahan dan peningkatan dalam kehidupannya. Tanpa memberikan manfaat kepada masyarakat maka boleh dikatakan program tersebut telah gagal dilaksanakan. Berhasil tidaknya suatu program diimplementasikan tergantung dari unsur pelaksananya. Unsur yang melaksanakannya adalah unsur ketiga, artinya pelaksana penting karena pelaksana baik organisasi maupun perseorangan bertanggung jawab dalam pengelolaan maupun pengawasan dalam proses implementasi. Dalam mencapai tujuan implementasi program secara efektif, Cordia Caritas Medan melakukan aksi atau tindakan yaitu: 1. Pemberian ketrampilan dan modal. 2. Pengolahan sumber daya alam dan manusia. Hasil yang diperoleh dari aksi pertama dapat disebut input program, sementara aksi kedua disebut sebagai proses implementasi program. Kebutuhan utama bagi keefektifan pelaksanaan program adalah bahwa mereka yang menerapkan keputusan haruslah tahu apa yang seharusnya mereka lakukan. Jika kebijakan dalam bentuk keputusan-keputusan ingin dilaksanakan dengan tepat maka arahan serta petunjuk pelaksanaan harus jelas, dan jika hal ini Universitas Sumatera Utara tidak jelas maka para pelaksana program akan bingung tentang apa yang seharusnya mereka lakukan dan akhirnya mereka akan mempunyai keputusan tersendiri dalam memandang, melaksanakan dan serta menerapkan program tersebut.

2.1.2. Model Efektivitas Program

Model efektivitas implementasi program yang ditawarkan oleh Charles O. Jones, menyebutkan bahwa program efektif atau tidak efektif maka standar penilaian dapat dipakai adalah organisasi, interpretasi, dan penerapan Jones, 1996: 296. 1. Organisasi Organisasi tersebut harus memiliki struktur organisasi, adanya sumber daya manusia yang berkualitas sebagai tenaga pelaksana didukung dengan legalitas organisasi tersebut. 2. Interpretasi Maksudnya agar program kerajinan tangan dapat dilaksanakan sesuai dengan ketentuan dan keputusan yang berlaku di Cordia Caritas Medan, harus dilihat apakah pelaksanaannya dalam memberikan pelatihan dan modal sesuai dengan petunjuk-petunjuk yang dikeluarkan oleh Cordia Caritas Medan. 3. Penerapan Maksudnya disini kebijakan dan keputusan Cordia Caritas Medan yang berupa petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis telah berjalan sesuai dengan ketentuan yang berlaku, untuk melihat hal ini harus pula Universitas Sumatera Utara dilengkapi dengan adanya prosedur kerja, program kerja, serta jadwal kegiatan.

2.1.3 Pengertian Kemiskinan dan Ciri- Ciri Fakir Miskin

Badan pusat statistik BPS mencatat jumlah presentase penduduk miskin pada periode 1997-2007 meningkat dari tahun ke tahun. Pada periode tahun 1996- 1999 jumlah peduduk miskin meningkat 13,96 juta karena krisis ekonomi, yaitu dari 34,01 juta pada 1996 menjadi 47,97 juta pada 1999. Presentase jumlah penduduk miskin meningkat dari 17,47 menjadi 23,43 pada periode yang sama. Pada periode 2000-2005 jumlah penduduk miskin cenderung menurun dari 38,70 juta pada tahun 2000 menjadi 35,10 juta pada tahun 2005. Secara relatif juga penurunan presentase jumlah penduduk miskin dari 19,14 pada tahun 2000 menjadi 15,97 pada tahun 2005. Pada tahun 2006, terjadi kenaikan jumlah penduduk miskin dari 35,10 juta orang 15,97 pada bulan februari 2005 menjadi 39,30 juta 17,75 pada maret 2006. Peningkatan jumlah dan presentase penduduk miskin terjadi karena adanya kenaikan BBM. Pada Maret 2008, jumlah penduduk miskin mencapai 34,96 juta orang 15,42. Dibanding dengan jumlah penduduk miskin pada Maret 2007 yang berjumlah 37,17 juta orang 16,58, berarti jumlah penduduk miskin turun sebesar 2,21 juta orang, dan angka terakhir perhitungan BPS pada maret 2009 jumlah penduduk miskin 32,53 juta jiwa 14,15 yang artinya jumlah penduduk miskin menurun. Merujuk data dari lembaga multilateral tersebut, dengan kriteria miskin yaitu orang dengan penghasilan kurang dari US 2 per hari Universitas Sumatera Utara makmur,2008.http:www.fiskal.depkeu.go.idwebbkfkajian5C Makmun- 2.pdf, diakses 10 September 2009 pukul 20.30 wib. Pengertian Kemiskinan, meliputi: a. Menurut Gunawan Sumodiningrat, masyarakat miskin secara umum ditandai oleh ketidakberdayaanketidakmampuan powerlessness dalam hal: 1. Memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar seperti pangan dan gizi, sandang, papan, pendidikan dan kesehatan basic need deprivation. 2. Melakukan kegiatan usaha produktif unproductiveness. 3. Menjangkau sumber daya sosial dan ekonomi inacceribility. 4. Menentukan nasibnya diri sendiri serta senantiasa mendapat perlakuan diskriminatif, mempunyai perasaan ketakutan dan kecurigaan, serta sikap apatis dan fatalistik vulnerability. 5. Membebaskan diri dari mental budaya miskin serta senantiasa merasa mempunyai martabat dan harga diri yang rendah no freedom for poor. Ketidakberdayaan atau ketidakmampuan tersebut menumbuhkan perilaku miskin yang bermuara pada hilangnya kemerdekaan untuk berusaha dan menikmati kesejahteraan secara bermartabat Makmun, 2008: 5, http:www.fiskal.depkeu.go.idwebbkfkajian5C Makmun- 2.pdf, diakses 10 September 2009 pukul 20.30 wib. b. Kemiskinan adalah ketidakmampuan individu dalam memenuhi kebutuhan dasar minimal untuk hidup layak BPS dan Depsos, 2002: 3. c. Kemiskinan merupakan sebuah kondisi yang berada di bawah garis nilai standar kebutuhan minimum, baik untuk makanan dan non makanan, yang Universitas Sumatera Utara disebut garis kemiskinan poverty line atau batas kemiskinan poverty threshold . Garis kemiskinan adalah sejumlah rupiah yang diperlukan oleh setiap individu untuk dapat membayar kebutuhan makanan setara 2100 kilo kalori per orang per hari dan kebutuhan non-makanan yang terdiri dari perumahan, pakaian, kesehatan, pendidikan, transportasi, serta aneka barang dan jasa lainnya BPS dan Depsos, 2002: 4. d. Kemiskinan pada umumnya didefinisikan dari segi pendapatan dalam bentuk uang ditambah dengan keuntungan-keuntunan non-material yang diterima oleh seseorang. Secara luas kemiskinan meliputi kekurangan atau tidak memiliki pendidikan, keadaan kesehatan yang buruk, kekurangan transportasi yang dibutuhkan oleh masyarakat. e. Fakir miskin adalah orang yang sama sekali tidak mempunyai kemampuan untuk memenuhi kebutuhan pokok yang layak bagi kemanusiaan atau orang yang mempunyai sumber mata pencaharian tetapi tidak memenuhi kebutuhan pokok yang layak bagi kemanusiaan. f. Kemiskinan adalah ketidaksamaan kesempatan untuk mengakumulasikan basis kekuasaan sosial. Basis kekuasaan sosial meliputi: a modal produktif atau asset tanah, perumahan, alat produksi, kesehatan, b sumber keuangan pekerjaan, kredit, c organisasi sosial dan politik yang dapat digunakan untuk mencapai kepentingan bersama koperasi, partai politik, organisasi sosial, d jaringan sosial untuk memperoleh pekerjaan, barang, dan jasa, e pengetahuan dan keterampilan, dan f informasi yang berguna untuk kemajuan hidup Friedman, dalam Suharto, et.all, 2004: 6. g. Universitas Sumatera Utara

2.2. Kesejahteraan sosial