2.3 Timbal Plumbum Pb
Plumbum Pb adalah logam lunak berwarna abu-abu kebiruan mengkilat, memiliki titik lebur rendah, mudah dibentuk, memiliki sifat kimia yang aktif,
sehingga bisa digunakan untuk melapisi logam agar tidak timbul perkaratan. Widowati, W, 2008.
Timbal adalah logam toksik yang bersifat kumulatif sehingga toksisitasnya dibedakan menurut beberapa organ yang dipengaruhinya yaitu sistem
hemopoietik, sistem saraf pusat dan tepi, sistem ginjal, sistem gastrointestinal, sistem kardiovaskuler, sistem reproduksi, dan sistem endokrin Darmono, 2001.
Timbal dalam tubuh terutama terikat dalam gugus –SH dalam molekul protein dan hal ini menyebabkan hambatan pada aktivitas kerja sistem enzim.
Timbal bersirkulasi dalam darah setelah diabsorpsi dari usus, terutama hubungannya dengan sel darah merah eritrosit. Pertama didistribusikan ke dalam
jaringan lunak seperti tubulus ginjal dan sel hati, tetapi berinkorporasi dalam tulang, rambut, dan gigi untuk dideposit storage, di mana 90 deposit terjadi
dalam tulang dan hanya sebagian kecil tersimpan dalam otak Darmono, 2001.
2.4 Kadmium Cd
Kadmium Cd adalah logam berwarna putih perak, lunak, mengkilap, tidak larut dalam basa, bersifat lentur, serta tahan terhadap tekanan Widowati, W,
2008 Kadmium masuk ke dalam tubuh hewan melalui dua jalan yaitu saluran
pencernaan dan saluran pernafasan. Beberapa hasil penelitian melaporkan bahwa absorpsi Cd lewat saluran pencernaan sangat sedikit yaitu sekitar 3-8 dari total
Cd yang dimakan Darmono, 1995.
Firdhany Armanda : Studi Pemanfaatan Buah Jeruk Nipis Citrus Aurantifolia
Swingle Sebagai Chelator
Logam Pb Dan Cd Dalam Udang Windu
Penaeus Monodon , 2009
USU Repository © 2008
Kasus toksisitas kadmium dilaporkan sejak pertengahan tahun 1980-an, dan kasus tersebut semakin meningkat sejalan dengan perkembangan ilmu kimia
di akhir abad 20-an. Sampai sekarang diketahui bahwa Cd merupakan logam berat yang paling banyak menimbulkan toksisitas pada makhluk hidup Darmono,
2001. Kadmium dalam tubuh terakumulasi dalam hati dan ginjal terutama terikat
sebagai metalotionein. Metalotionein mengandung unsur sistein, dimana Cd terikat dalam gugus sulfhidril -SH dalam enzim seperti karboksil sisteinil,
histidil, hidroksil, dan fosfatil dari protein dan purin. Kemungkinan besar pengaruh toksisitas Cd disebabkan oleh interaksi antara Cd dan protein tersebut,
sehingga menimbulkan hambatan terhadap aktivitas kerja enzim dalam tubuh Darmono, 2001.
2.5 Toksisitas Logam Pada Jenis Udang