Sanksi Terhadap Penyalahgunaan Label Halal

B. Sanksi Terhadap Penyalahgunaan Label Halal

Ketiadaan undang-undang yang secara khusus mengatur tentang Label Halal bukan berarti tidak memberikan kepastian hukum bagi Label Halal tersebut. Terkait dengan sanksi terhadap pelanggaran penggunaan Label Halal, beberapa peraturan perundang-undangan mengatur sanksi tersebut baik berupa sanksi pidana maupun sanksi administratif. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan menyebutkan; Setiap orang yang menyatakan dalam label atau iklan bahwa pangan yang dirpedagangkan adalah sesuai dengan persyaratan agama atau kepercayaan tertentu bertanggung jawab atas kebenaran pernyataan berdasarkan persyaratan agama atau kepercayaan tersebut. 174 Terkait dengan sanksi, Undang-undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan menyebutkan; Barangsiapa memberikan pernyataan atau keterangan yang tidak benar dalam iklan atau label bahwa pangan yang diperdagangkan adalah sesuai menurut persyaratan agama atau kepercayaan tertentu, sebagaimana dimaksud dalam pasal 34 ayat 1 dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 tiga tahun dan atau denda paling banyak Rp 360.000.000,00 tiga ratus enam puluh juta rupiah. 175 174 Pasal 34 ayat 1 Undang-undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan 175 Pasal 58 huruf j Undang-undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan Universitas Sumatera Utara Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen melarang pelaku usaha untuk memproduksi danatau memperdagangkan barang danatau jasa yang tidak mengikuti ketentuan berproduksi secara halal, sebagaimana pernyataan halal yang dicantumkan dalam label. 176 Bagi pelaku usaha yang melanggar ketentuan tersebut dilarang memperdagangkan barang danatau jasa tersebut serta wajib menariknya dari peredaran. 177 Pelaku usaha dilarang menawarkan, mempromosikan, mengiklankan suatu barang danatau jasa secara tidak benar, danatau seolah-olah barang tersebut telah memenuhi danatau memiliki standar mutu tertentu, 178 atau barang tersebut tidak mengandung cacat tersembunyi. 179 Bagi pelaku usaha yang melakukan pelanggaran tersebut dilarang melanjutkan penawaran, promosi, dan pengiklanan barang danatau jasa tersebut. 180 Undang-undang Perlindungan Konsumen menetapkan, pelaku usaha yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8, Pasal 9 dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 lima tahun atau pidana denda paling 176 Pasal 8 ayat 1 huruf h Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. 177 Pasal 8 ayat 4 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. 178 Pasal 9 ayat 1 huruf a Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. 179 Pasal 9 ayat 1 huruf f Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. 180 Pasal 9 ayat 3 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Universitas Sumatera Utara banyak Rp.2.000.000.000,00 dua miliar rupiah. 181 Sanksi pidana tersebut dapat dijatuhkan hukuman tambahan, berupa: 182 1. Perampasan barang tertentu; 2. pengumuman keputusan hakim; 3. pembayaran ganti rugi; 4. perintah penghentian kegiatan tertentu yang menyebabkan timbulnya kerugian konsumen; 5. kewajiban penarikan barang dari peredaran; atau 6. pencabutan izin usaha. Sedangkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan menyebutkan; Setiap orang yang melanggar ketentuan-ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Pemerintah ini, ”termasuk didalamknya ketentuan yang tercantum dalam Pasal 10 ayat 1 yang berbunyi: Setiap orang yang memproduksi atau memasukkan pangan yang dikemas ke dalam wilayah Indonesia untuk diperdagangkan dan menyatakan bahwa pangan tersebut halal bagi umat Islam, bertanggung jawab atas kebenaran pernyataan tersebut dan wajib mencantumkan keterangan atau tulisan halal pada Label.” dikenakan tindakan administratif meliputi: 183 181 Pasal 62 ayat 1 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. 182 Pasal 63 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. 183 Pasal 61 Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan Universitas Sumatera Utara 1. peringatan secara tertulis; 2. larangan untuk mengedarkan untuk sementara waktu dan atau perintah untuk menarik produk pangan dari peredaran; 3. pemusnahan pangan jika terbukti membahayakan kesehatan dan jiwa manusia; 4. penghentian produksi untuk sementara waktu; 5. pengenaan denda paling tinggi Rp 50.000.000,00 limapuluh juta rupiah, dan; 6. pencabutan izin produksi atau izin usaha. Bandingkan perbedaan sanksi pidana yang ditetapkan dalam Undang- undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan dengan sanksi pidana yang ditetapkan dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen terkait dengan Label Halal. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan menetapkan dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 tiga tahun danatau denda paling banyak Rp 360.000.000,00 tiga ratus enam puluh juta rupiah bagi pernyataan yang tidak benar tentang Label Halal. Sedangkan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen menetapkan dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 lima tahun atau pidana denda paling banyak Rp.2.000.000.000,00 dua miliar rupiah bagi pernyataan yang tidak benar tentang Label Halal. Pada sisi lain, Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan hanya menetapkan sanksi administratif terkait dengan Label Halal. Universitas Sumatera Utara Perbedaan tersebut sangat wajar, karena belum ada pengaturan secara khusus dalam bentuk peraturan perundang-undangan baik tentang Label Halal maupun Sertifikasi Halal. Maka, dipandang sangat perlu untuk menerbitkan pengaturan tentang Label Halal dan Sertifikasi Halal secara khusus. Islam tidak mengatur hak-hak konsumen secara berurutan seperti yang tercantum dalam Undang-undang Perlindungan Konsumen. Namun Islam melindungi hak-hak konsumen dari perbuatan curang dan informasi yang menyesatkan, 184 serta memberikan hak atas keselamatan dan kesehatan, 185 hak untuk memilih, 186 hak untuk mendapatkan lingkungan yang sehat, 187 hak untuk mendapatkan advokasi dan penyelesaian sengketa, 188 dan hak untuk mendapatkan ganti rugi. 189 Perlindungan konsumen muslim sangat penting di Indonesia, karena mayoritas konsumen di Indonesia beragama Islam. Maka sudah selayaknya konsumen muslim tersebut mendapatkan perlindungan atas barang danatau jasa sesuai dengan syari’at Islam. Pada sisi lain, Pemerintah Indonesia juga dituntut 184 QS 6:152; 11:85 26:181,182,183; 55:8,9; dan 83:1,2,3 185 QS 2:57,168,172; 5:4,5, 88; 7:157,160; 16:72,114; 17:70; 23:51. 186 “Dua orang penjual dan pembeli saling mempunyai hak khiyar hak melangsungkan transaksi atau tidak selama keduanya belum berpisah, kecuali dalam ba’i al-khiyar”. Hadis muttafaq’alaihi dengan lafaz Muslim. Lihat dalam Al-Imam Muhammad al-Shan’ani, Subul al-Salam, Mesir, Maktabah Zahran, tt, juz 3, h. 43-44. “Barang siapa yang membeli sesuatu yang belem ia lihat, maka ia mempunyai hak khiyar ketika melihat barang tersebut”. HR. Al-Daruquthni dan Abu Hurairah. Lihat Imam Al-Daruquthni, Sunan, Beirut, Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1996, Jilid 2, h. 4. 187 QS 17:70; 40:64 188 QS 2:188; 4:58 189 QS 2:178; 4:30 Universitas Sumatera Utara untuk melakukan upaya aktif guna melindungi konsumen muslim yang merupakan hak warga negara yang beragama Islam di Indonesia. Namun kerap sekali, konsumen muslim di Indonesia menjadi korban dari praktek perdagangan yang tidak fair. Variasi barang danatau jasa yang ditawarkan produsen kepada konsumen muslim ternyata belum sepenuhnya melindungi hak-hak konsumen muslim. Hal ini terbukti dengan banyaknya jumlah temuan produk yang menggunakan zat haram, atau bahkan proses dan tujuan produksinya juga haram. Universitas Sumatera Utara BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan