Tempat Faktor Host Karakteristik Penderita Malaria Di Kota Dumai Tahun 2005-2009

Jawa dan Bali. Epidemi malaria seringkali dilaporkan dari berbagai wilayah dengan angka kematian yang lebih tinggi pada anak-anak di bawah 5 tahun dibanding orang dewasa. 8 Penelitian Yulius 2007 dengan desain case series di Kabupaten Bintan Kepulauan Riau tahun 2005-2006 terdapat 384 penderita malaria, 243 orang 63,3 laki-laki dan 141 orang 36,7 perempuan, kelompok umur 5-14 tahun 23 orang 6, 15-44 tahun 326 orang 84,9, dan 45 tahun 35 orang 9,1. 20 Penelitian Yoga dalam Sarumpaet dan Tarigan 2006 tahun 1999 di Kabupaten Jepara Jawa Tengah, diperoleh bahwa dari 145 kasus malaria yang diteliti, 44 berasal dari pekerjaan petani serta tidak ditemukan pada PNSTNIPOLRI. 21 Penelitian Sunarsih, dkk tahun 2004-2007 dengan desain kasus kontrol, kasus malaria di wilayah Puskesmas Pangkalbalam Kota Pangkalpinang banyak diderita responden berumur 21-25 tahun 17,6, umur 36-40 tahun 14,7. Namun secara keseluruhan fenomena tersebut menunjukkan bahwa penyakit malaria menyerang hampir seluruh kelompok umur, 80 orang mempunyai jenis kelamin laki- laki 58,8, perempuan 41,2 56 orang. 22

b. Tempat

Batas dari penyebaran malaria adalah 64°LU Rusia dan 32°LS Argentina. Ketinggian yang dimungkinkan adalah 400 meter di bawah permukaan laut Laut mati dan Kenya dan 2600 meter di atas permukaan laut Bolivia. Universitas Sumatera Utara Plasmodium vivax mempunyai distribusi geografis yang paling luas, mulai dari daerah beriklim dingin, subtropik sampai kedaerah tropik . 6 Malaria di suatu daerah dikatakan endemik apabila kesakitannya yang disebabkan oleh infeksi alamiah, kurang lebih konstan selama beberapa tahun berturut-turut. Berdasarkan hasil Spleen Rate SR, yaitu persentase penduduk yang limpanya membesar dari seluruh penduduk yang diperiksa pada kelompok umur2-9 tahun, suatu daerah dapat diklasifikasikan menjadi 4 tingkat endemisitas : 17 i. Hipoendemik SR 10 ii. Mesoendemik SR 11-50 iii. Hiperendemik SR 50 SR dewasa tinggi 25 iv. Holoendemik SR 75 SR dewasa rendah. Berdasarkan AMI, daerah malaria dapat diklasifikasikan menjadi : 10 i. Low Malaria Incidence, AMI 10 kasus per 1.000 penduduk ii. Medium, AMI 10-50 kasus per 1.000 penduduk iii. High, AMI 50 kasus per 1.000 penduduk Penelitian Ahmadi, dkk tahun 2008 di di Desa Lubuk Nipis Kecamatan Tanjung Agung Kabupaten Muara Enim, terlihat bahwa dari 54 responden, yang positif malaria terdapat 53 98,1 responden yang mempunyai tempat tinggal dengan jarak kurang dari 200 m dari hutankebunsemak-semaksawah dan 1 1,9 responden yang mempunyai tempat tinggal yang berjarak lebih dari 200 m. Digunakan jarak 200 m adalah karena 200 m adalah jarak terbang maksimum nyamuk. 23 Universitas Sumatera Utara

c. Waktu

Menurut data Profil Dinkes Sumut dalam Sarumpaet dan Tarigan 2006, di Propinsi Sumatera Utara terjadi kasus malaria klinis rata-rata 82.405 per tahun selama tahun 1996-2000. Penyakit malaria sampai saat ini menduduki rangking ke- 7 dari 10 penyakit terbesar di Propinsi Sumatera Utara. Berdasarkan data laporan bulanan malaria, kejadian malaria di Kawasan Ekosistem Leuser berdasarkan Annual Malaria Incidence AMI terjadi peningkatan malaria, yaitu dari 12,8 ‰ tahun 2003 meningkat menjadi 14,3 ‰ tahun 2004 dan 25,4 ‰ tahun 2005. 21

2.6.2. Determinan Malaria

Dalam epidemiologi selalu ada 3 faktor yang diselidiki : Host umumnya manusia, Agent penyebab penyakit dan Environment lingkungan. 17

a. Faktor Host

Penyakit malaria mempunyai keunikan karena ada 2 macam host yakni manusia sebagai host intermediate dimana siklus aseksual parasit terjadi dan nyamuk anopheles betina sebagai host definitive tempat siklus seksual parasit berlangsung. a.1. Manusia Host Intermediate Secara umum dapat dikatakan bahwa pada dasarnya setiap orang dapat terkena malaria. Setiap orang rentan terhadap penularan kecuali pada mereka yang mempunyai galur genetika spesifik. Toleransi atau daya tahan terhadap munculnya gejala klinis ditemukan pada penduduk dewasa yang tinggal di daerah endemis Universitas Sumatera Utara dimana gigitan nyamuk anopheles berlangsung bertahun-tahun.Faktor-faktor yang berpengaruh pada manusia ialah: a.1.1. Kekebalan Imunitas Kekebalan pada penyakit malaria dapat didefinisikan sebagai adanya kemampuan tubuh manusia untuk menghancurkan plasmodium yang masuk atau membatasi perkembangbiakannya. Ada dua macam kekebalan, yaitu kekebalan alamiah dan kekebalan yang didapat. Kekebalan alamiah timbul tanpa memerlukan infeksi lebih dahulu. Kekebalan yang didapat ada yang merupakan kekebalan aktif sebagai akibat dari infeksi sebelumnya atau vaksinasi, dan ada juga kekebalan pasif didapat melalui pemindahan antibodi dari ibu kepada anak atau pemberian serum dari seseorang yang kebal penyakit. Penelitian Karunaweera dkk tahun 1998 di Srilanka, penderita malaria di daerah endemis memiliki densitas parasit yang lebih rendah mean=0,06 daripada yang tidak di daerah endemis mean=0.12. 24 Faktor imunitas berperan penting menentukan beratnya infeksi. Hal tersebut dibuktikan pada penduduk di daerah endemis. Pada penduduk di daerah endemis ditemukan parasitemia berat namun asimtomatik, sebaliknya pasien non-imun dari daerah non-endemis lebih mudah mengalami malaria berat. Hal ini mungkin dikarenakan pada individu di daerah endemis imun sudah terbentuk antibody protektif yang dapat membunuh parasit atau menetralkan toksin parasit. 7 Universitas Sumatera Utara a.1.2. Umur dan Jenis Kelamin Perbedaan angka kesakitan malaria pada laki-laki dan wanita atau pada berbagai kelompok umur sebenarnya disebabkan oleh faktor-faktor lain seperti pekerjaan, pendidikan, perumahan, migrasi penduduk, kekebalan dan lain-lain. Penelitian Askling, dkk tahun 1997-2003 di Swedia dengan desain penelitian kasus kontrol menunjukkan bahwa wisatawan penderita malaria kemungkinan 1,7 dan 4,8 kali adalah pria dan anak-anak umur 1-6 tahun dibandingkan dengan wisatawan yang tidak menderita malaria dengan nilai OR 1,7 95 CI:1,3–2,3 dan OR 4,8 95 CI:1,5–14,8. 25 a.1.3. Status Gizi Faktor nutrisi mungkin berperan terhadap malaria berat. Menurut Nugroho dalam Harijanto, dkk 2009, malaria berat sangat jarang di temukan pada anak-anak malnutrisi. 10 Penelitian Nyakeriga tahun 2004 di Kenya dengan desain penelitan kohort, diketahui bahwa insidens malaria klinis secara signifikan lebih rendah pada anak- anak yang menderita defisiensi zat besi dengan Relative Risk RR 0,7 95 CI:0,51– 0,99. 26 Defisiensi besi, riboflavin, para-amino-benzoic acid PABA mungkin mempunyai efek protektif terhadap malaria berat, karena menghambat pertumbuhan parasit. 10 Penelitian dengan desain kasus kontrol oleh Siswanto dan Sidia di RSU Sumbawa tahun 1997 tentang gambaran klinik penderita malaria yang dirawat di bagian anak RSU Sumbawa, dari 106 penderita, 66 termasuk kategori gizi baik. Universitas Sumatera Utara Dari 24 penderita malaria berat, 70,8 termasuk gizi baik, 25,0 gizi kurang dan 4,2 termasuk gizi buruk. 27 a.2. Nyamuk Host Definitive Penelitian Friaraiyatini, dkk tahun 2005, spesies nyamuk yang diidentifikasi berperan dalam penularan malaria di Kabupaten Barito Selatan adalah Anopheles latifer 56,9 mulai menggigit manusia mulai jam 18.00, Anopheles maculatus 32,8 mulai menggigit manusia mulai jam 19.00, dan Anopheles balabacensis 10,3 mulai menggigit manusia jam 20.00 waktu setempat. Puncak aktivitas gigitan nyamuk terjadi pada jam 22.00 waktu setempat. 28 a.2.1. Perilaku nyamuk 4 Beberapa perilaku nyamuk yang penting, yaitu tempat hinggap atau istirahat di luar atau dalam rumah, tempat menggigit di luar atau dalam rumah, objek yang digigit manusia atau manusia. Nyamuk anopheles hanya mengigit satu orang setiap kali mengisap darah, berbeda dengan nyamuk aedes yang bisa menggigit banyak orang saat mengisap darah. a.2.2. Umur nyamuk longevity Diperlukan waktu untuk perkembangbiakan gametosit dalam tubuh nyamuk menjadi sporozoit yakni bentuk parasit yang siap menginfeksi manusia sehat. Apabila umur nyamuk lebih pendek dari proses sporogoni, yakni replikasi parasit dalam tubuh nyamuk sekitar 5 hingga 10 hari, maka dapat dipastikan nyamuk tersebut tidak dapat menjadi vektor. Universitas Sumatera Utara a.2.3. Kerentanan nyamuk terhadap infeksi gametosit Nyamuk yang terlalu banyak parasit dalam perutnya tentu bisa melebihi kapasitas perut nyamuk itu sendiri. Perut bisa meletus dan mati karenanya. a.2.4. Frekuensi menggigit manusia Semakin sering seekor nyamuk yang membawa sporozoit dalam kelenjar ludahnya, semakin besar kemungkinan nyamuk berperan sebagai vektor penular penyakit malaria. a.2.5. Siklus gonotrofik Waktu yang diperlukan untuk matangnya telur sebagai indikator untuk mengukur interval menggigit nyamuk pada objek yang digigit manusia.

b. Faktor Agent