a.2.3. Kerentanan nyamuk terhadap infeksi gametosit Nyamuk yang terlalu banyak parasit dalam perutnya tentu bisa melebihi
kapasitas perut nyamuk itu sendiri. Perut bisa meletus dan mati karenanya. a.2.4. Frekuensi menggigit manusia
Semakin sering seekor nyamuk yang membawa sporozoit dalam kelenjar ludahnya, semakin besar kemungkinan nyamuk berperan sebagai vektor penular
penyakit malaria. a.2.5. Siklus gonotrofik
Waktu yang diperlukan untuk matangnya telur sebagai indikator untuk mengukur interval menggigit nyamuk pada objek yang digigit manusia.
b. Faktor Agent
Penyebab penyakit malaria adalah genus plasmodia family plasmodiidae dan ordo coccidiidae. Sampai saat ini di Indonesia dikenal 4 macam parasit malaria yaitu:
b.1. Plasmodium vivax
b.2. Plasmodium malariae
b.3. Plasmodium ovale
b.4. Plasmodium falciparum.
6
Penelitian Yasinzai dan Kakarsulemankhel tahun 2004-2006 di Barkhan dan Kohlu Pakistan dari 3340 kasus suspek malaria, 1095 32.78 ditemukan positif
parasit malaria pada sediaan darah. Dari kasus positif, 579 52.87 didentifikasi sebagai infeksi P. falciparum dan 516 47.12 kasus P. vivax. Tidak ditemukan
kasus infeksi P. malariae dan P. ovale.
29
Universitas Sumatera Utara
c. Faktor Environment
Penelitian Suwito, dkk, tahun 2005 di Puskesmas Benteng Bangka Belitung dengan desain penelitian kasus kontrol, diperoleh bahwa adanya rawa-rawa di sekitar
lingkungan rumah juga merupakan faktor risiko kejadian malaria. Hasil analisis diperoleh nilai OR 2,6 95 CI: 1,08-6,14. Artinya responden yang menderita
malaria 2,6 kali kemungkinan di sekitar rumahnya terdapat rawa-rawa dibandingkan dengan responden yang tidak menderita malaria.
30
Penelitian Sunarsih, dkk dengan desain kasus kontrol tahun 2004-2007 di wilayah Puskesmas Pangkalbalam Kota Pangkalpinang , faktor lingkungan yang
mempunyai hubungan signifikan dengan kejadian malaria adalah keberadaan genangan air di sekitar rumah dengan OR 3,267 95 CI:1,600 – 6,671. Kuatnya
asosiasi ini didukung hasil uji multivariat dengan nilai OR 3,445 95 CI:1,550 – 7,661. Artinya, responden yang menderita malaria kemungkinan 3,445 kali memiliki
genangan air di sekitar rumah dibandingkan yang tidak menderita malaria.
22
Faktor lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan dimana manusia dan nyamuk berada, lingkungan tersebut terbagi atas lingkungan fisik, lingkungan kimia,
lingkungan biologik dan lingkungan sosial budaya.
17
c.1. Lingkungan fisik meliputi : c.1.1. Suhu udara, sangat mempengaruhi panjang pendeknya siklus sporogoni atau
masa inkubasi ekstrinsik. Makin tinggi suhu sampai batas tertentu makin pendek masa inkubasi ekstrinsik.
c.1.2. Kelembaban udara, kelembaban yang rendah memperpendek umur nyamuk.
Universitas Sumatera Utara
c.1.3. Hujan, hujan yang diselingi oleh panas akan memperbesar kemungkinan berkembangbiakan anopheles.
c.1.4. Angin, jarak terbang nyamuk dapat diperpendek arau diperpanjang tergantung kepada arah angin.
c.1.5. Sinar matahari, pengaruh sinar matahari terhadap pertumbuhan larva nyamuk berbeda-beda.
c.1.6. Arus air, An. barbirostris menyukai tempat perindukan denga air yang statsi atau mengalir sedikit, sedangkan An. minimus menyukai aliran air cukup
deras. c.2. Lingkungan kimiawi, dari lingkungan ini yang baru diketahui pengaruhnya
adalah kadar garam dari tempat perindukan. c.3. Lingkungan biologik, tumbuhan bakau, lumut, ganggang dan berbagai jenis
tumbuh-tumbuhan lain dapat mempengaruhi kehidupan larva nyamuk karena dapat menghalangi sinar matahari yang masuk atau melindungi dari serangan
makhluk hidup lain. c.4. Lingkungan sosial budaya, kebiasaan untuk berada di luar rumah sampai larut
malam, di mana vektornya lebih bersifat eksofilik lebih suka hinggap istirahat di luar rumah dan eksofagik lebih suka menggigit di luar rumah akan
memperbesar jumlah gigitan nyamuk, penggunaan kelambu, kawat kasa dan repellent akan mempengaruhi angka kesakitan malaria dan pembukaan lahan
dapat menimbulkan tempat perindukan buatan manusia sendiri man made breeding places.
Universitas Sumatera Utara
2.7. Pencegahan Malaria