Daya Tarik Observatorium Bosscha Sebagai Sarana Eduvacation Untuk anak.

(1)

DAYA TARIK OBSERVATORIUM BOSSCHA SEBAGAI SARANA EDUVACATION UNTUK ANAK

KERTAS KARYA Dikerjakan

oleh

VACHRIZA RISTI NIM: 082204093

PROGRAM STUDI D-III PARIWISATA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2011


(2)

LEMBAR PERSETUJUAN

DAYA TARIK OBSERVATORIUM BOSSCHA SEBAGAI SARANA EDUVACATION UNTUK ANAK

OLEH VACHRIZA RISTI

082204093

Dosen Pembimbing Dosen Pembaca

Drs. Gustanto, M. Hum. Drs. Mukhtar Majid, S.Sos., SE., S. Par. NIP. 19630805 198903 1 004 NIP. 19580615 198703 1 001


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul kertas karya : Daya Tarik Observatorium Bosscha Sebagai Sarana Eduvacation Untuk Anak

Oleh : Vachriza Risti Nim : 082204093

FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Dekan

Dr. Syahron Lubis, M.A. NIP. 19590907 198702 1 002

PROGRAM STUDI D-III PARIWISATA Ketua

Arwina Sufika, SE., M.Si. NIP. 19640821 199802 2 001


(4)

ABSTRAK

Eduvacation adalah kegiatan wisata yang menggabungkan unsur pembelajaran didalamnya. Melalui kegiatan ini, tugas guru cukup membimbing, mangarahkan, serta menjelaskan dengan cara yang mudah dan menyenangkan. Anak tidak boleh dibiarkan terlena dengan kegiatan bersenang-senang tanpa diberikan bimbingan dan penjelasan mengenai berbagai hal yang dapat memperkaya pengetahuan mereka.

Mendidik anak di tempat rekreasi tidak boleh disamakan dengan belajar di dalam kelas. Anak didik harus benar-benar merasa senang berada di tempat wisata dan jangan sampai terlalu banyak larangan yang akan menimbulkan rasa bosan. Yang terpenting adalah tujuan pendidikan tercapai, seperti anak dapat belajar dengan cara yang menyenangkan, dapat mengekspresikan dirinya, mampu berinteraksi dengan lingkungan barunya, dan anak memperoleh informasi pengetahuan serta penglaman baru yang berharga dalam hidupnya.

Observatorium Bosscha sudah dikenal oleh masyarakat sebagai tempat penelitian tentang ilmu astronomi. Dan sebagian orang menganggap tempat ini hanya tempat bagi orang yang mempunyai pendidikan astronomi saja. Padahal tempat ini sangat dibuka untuk umum yang ingin mengetahui tentang astronomi, termasuk anak-anak. Bangunannya yang cukup unik serta fasilitas yang mendukung dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi bangunan bersejarah ini.

Namun, observatorium seperti ini pembangunannya tidak berkembang di beberapa daerah, sehingga anak-anak yang ingin mempelajari ilmu astronomi sedikit kesulitan untuk mendapat sarana seperti observatorium Bosscha.


(5)

KATA PENGANTAR

segala puji dan syukur penulis panjatkan terlebih dahuku kepada TuhanYang Maha Esa yang telah melimpahkan kasih dan sayang-Nya kepada penulis sehingga dapatg menyelesaikan tugas akhir dalam bentuk kertas karya dengan judul “ Daya Tarik Observatorium Bosscha Sebagai Sarana Eduvacation Untuk anak”.

Adapun penyusunan kertas karya ini adalah untuk memenuhi salah satu sysarat akademis dalam menempuh Ujian Diploma III Program Studi Pariwisata Bidang Keahlian Usaha Wisata Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan.

Dalam proses penulisan, penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Dr. Syahron Lubis, M.A., selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

2. Arwina Sufika, SE., M.Si., selaku Ketua Program Studi D-III Pariwisata Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

3. Drs. Gustanto, M.Hum., selaku Dosen Pembimbing.

4. Drs. Mukhtar Madjid, S. Sos., SE., S. Par., selaku Dosen Pembaca.

5. Seluruh staff Dosen Pengajar Program Studi D-III Pariwisata Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

6. Ayahanda dan Ibunda tercinta yang telah banyak memberikan pengorbanan, doa serta kesabaran dalam mendidik dan membimbing penulis sehingga dapat menyelesaikan Pendidikan Ahli Madya.


(6)

7. Kakanda Ria dan pasangan yang telah memberikan banyak dukungan dan masukan dalam penulisan kertas karya ini.

8. Keluarga besar Chocoretto (Munade, Myu, Hiro, Sai,dan Izmu) dan Chocolita ( imel, geiqa, putri) yang telah banyak membantu dan mendukung penulis baik secara moril dan tindakan dan mengizinkan penulis rehat sebentar dari segala kegiatan selama menyelesaikan kertas karya ini.

9. Teman-teman seperjuangan dalam penulisan kertas karya ini: putri, siska, icha, rima.

10.Dan untuk seluruh teman-teman UW 2008 yang sangat baik dan sampai saat ini masih memberikan dukungan moril.

Akhir kata, penulis berharap kertas karya ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan khususnya dunia kepariwisataan dalam membangun Nusa dan Bangsa yang lebih berbudaya, Amin.

Medan, Mei 2011

Penulis Vachriza Risti


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ………. i

KATA PENGANTAR ……….. ii

DAFTAR ISI ………. iv

BAB I PENDAHULUAN ………... 1

1.1 Alasan Pemilihan Judul ……… 1

1.2 Pembatasan Masalah ……… 3

1.3 Metode Penulisan ……… 3

1.4 Tujuan Penulisan ………. 4

1.5 Sistematika Penulisan ……….. 4

BAB II TINJAUAN UMUM KEPARIWISATAAN ………... 6

2.1 Pengertian Observatorium ……… 6

2.2 pengertian Eduvacation ……… 6

2.3 Definisi Pariwisata ……… 7

2.4 Ruang lingkup kepariwisataan ……….. 10

2.4.1 Wisatawan ………... 10

2.4.2 Industri Pariwisata ………. 14

2.5 Objek Wisata dan Daya Tarik Wisata ……….. 15

2.5.1 Pengertian ……….. 15

2.5.2 Jenis-jenis Objek dan Daya Tarik Wisata ……….. 17

2.6 Motif Perjalanan Wisata ……….. 21

BAB III GAMBARAN UMUM OBSERVATORIUM BOSSCHA ……... 23

3.1 Sejarah Observatorium Bosscha ………... 23


(8)

Halaman

3.2 Gambaran umum tentang Observatorium Bosscha ……….. 25

3.2.1 Kampung Bosscha ……….. 28

3.2.1.1 Sekilas kegiatan Observatorium Bosscha ……… 28

3.2.1.2 Kegiatan belajar pada masyarakat di kampong Bosscha ………. 31

3.2.1.3 Pembinaan minat baca di kampung Bosscha ………. 34

3.3 Tata Cara Berkunjung ... 37

BAB IV OBSERVATORIUM BOSSCHA SEBAGAI SARANA EDUVACATION UNTUK ANAK ... 39

4.1 Daya tarik Bosscha ………. 39

4.1.1 Bangunan Bosscha ……… 39

4.1.2 Kelengkapan peralatan ……….. 42

4.2 Observatorium Bosscha dalam meningkatkan minat anak pada ilmu astronomi ……… 46

4.3 Peranan pemerintah dalam pemeliharaan Observatorium Bosscha ………. 50

BAB V PENUTUP ………... 53

DAFTAR PUSTAKA ……….. 54 DAFTAR RIWAYAT HIDUP


(9)

ABSTRAK

Eduvacation adalah kegiatan wisata yang menggabungkan unsur pembelajaran didalamnya. Melalui kegiatan ini, tugas guru cukup membimbing, mangarahkan, serta menjelaskan dengan cara yang mudah dan menyenangkan. Anak tidak boleh dibiarkan terlena dengan kegiatan bersenang-senang tanpa diberikan bimbingan dan penjelasan mengenai berbagai hal yang dapat memperkaya pengetahuan mereka.

Mendidik anak di tempat rekreasi tidak boleh disamakan dengan belajar di dalam kelas. Anak didik harus benar-benar merasa senang berada di tempat wisata dan jangan sampai terlalu banyak larangan yang akan menimbulkan rasa bosan. Yang terpenting adalah tujuan pendidikan tercapai, seperti anak dapat belajar dengan cara yang menyenangkan, dapat mengekspresikan dirinya, mampu berinteraksi dengan lingkungan barunya, dan anak memperoleh informasi pengetahuan serta penglaman baru yang berharga dalam hidupnya.

Observatorium Bosscha sudah dikenal oleh masyarakat sebagai tempat penelitian tentang ilmu astronomi. Dan sebagian orang menganggap tempat ini hanya tempat bagi orang yang mempunyai pendidikan astronomi saja. Padahal tempat ini sangat dibuka untuk umum yang ingin mengetahui tentang astronomi, termasuk anak-anak. Bangunannya yang cukup unik serta fasilitas yang mendukung dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi bangunan bersejarah ini.

Namun, observatorium seperti ini pembangunannya tidak berkembang di beberapa daerah, sehingga anak-anak yang ingin mempelajari ilmu astronomi sedikit kesulitan untuk mendapat sarana seperti observatorium Bosscha.


(10)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Alasan Pemilihan Judul

Belajar dengan cara menyenangkan sudah menjadi kebutuhan setiap anak. Berwisata, dikaitkan dengan pendidikan formal di sekolah, dapat dijadikan salah satu cara mendidik anak. Banyak sekali pilihan objek wisata yang berhubungan dengan berbagai mata pelajaran di sekolah sehingga tidak salah bila mereka diberikan pendidikan di lokasi wisata. Meski tidak semua objek wisata berhubungan erat dengan materi pelajaran, namun paling tidak anak mendapatkan pencerahan tentang berbagai hal melalui observasi langsung di objek wisata.

Sebut saja pelajaran yang berhubungan dengan dunia satwa, belajar mengajar yang diselenggarakan di kebun binatang menjadi sesuatu yang sangat berbeda dan sarat makna. Selain anak dapat melihat langsung berbagai hewan secara nyata, mereka juga mendapatkan pengalaman yang menyenangkan. Lebih dari itu, anak akan lebih cepat mengingat ilmu yang diterimanya bila dibandingkan dengan hanya mendengar penjelasan guru di kelas dan melihat berbagai jenis hewan dalam buku.

Dalam PP 19, terdapat bagaimana cara agar proses pembelajaran menyenangkan, yakni harus bisa merangsang, mendorong, memungkinkan adanya interaksi, adanya dialog, dan memungkinkan tumbuhnya kreativitas dan inovasi. Hal ini menjadi begitu penting dalam proses penerapan pendidikan kepada anak. Dan yang lebih penting diketahui bahwa penerapan pendidikan yang menyenangkan bila dilaksanakan dimana saja.


(11)

Eduvacation itu sendiri diambil dari kata Edu yang berasal dari kata Education yang berarti pelajaran dan Vacation yang berarti liburan. Maka dari itu pengertian Eduvacation ialah liburan sambil belajar yang pada saat ini mejadi alternative sistem pembelajaran yang cukup ampuh untuk anak.

Di sinilah pentingnya mendidik anak dengan cara menyenangkan, menghibur, dan langsung berinteraksi dengan objek pelajaran.

Saat ini telah banyak objek wisata yang menyediakan sarana dan prasarana pendidikan anak, misalnya, objek rekreasi yang berbasis IPTEK, seperti Observatorium Bosscha, Lembang, Bandung. Di sana pengunjung dapat melihat keindahan dunia langit dengan teleskop-teleskop dan peralatan yang tidak kalah canggih dengan yang dimiliki oleh Negara-negara lain.

Jika di tanya tentang dunia langit, bintang, planet dan sebagainya, anak-anak cenderung tertarik untuk mngetahui lebih jelas. Tetapi anak-anak akan sangat jenuh jika dipelajari secara teori karena dianggap membosankan dan sedikit rumit. Anak-anak akan lebih tertarik jika melihat secara langsung dunia langit itu seperti apa dan akan lebih mudah dicerna oleh otak anak-anak. Karena pemandangan seperti ini dianggap menarik dan jarang mereka dapatkan.

Salah satu kelemahan pendidikan di Negara kita adalah kurang dapat menciptakan daya kreativitas dan inovasi peserta didik. Anak-anak sekarang dinilai kurang outing (keluar). Aktivitas pendidikan hanya berputar di sekolah serta pelajaran yang diberikan lebih pada sesuatu yang abstrak, kaku, dan sangat textbook. Padahal melalui kegiatan rekreasi kita dapat


(12)

menyambungkan antara pelajaran, pengetahuan, dan wawasan yang dimiliki anak dari dalam kelas dan fakta riil yang ada di lapangan

Dalam hal ini penulis tertarik untuk mengulas salah satu objek wisata yang dapat dijadikan sarana eduvacation, yakni Observatorium Bosscha, yang memang mempunyai daya tarik tersendiri dan sangat cocok dipilih sebagai tujuan untuk memperkenalkan anak-anak dunia astronomi secara langsung.

Di samping itu, penulis juga bermaksud untuk dapat memahai lebih dalam lagi mengenai Observatorium Bosscha.

1.2. Pembatasan Masalah

Mengingat begitu banyaknya tujuan wisata Eduvacation di Indonesia, khususnya daerah Bandung, tetapi Observatorium Bosscha tetap menjadi tujuan yang sangat diminati. Selain objek yang ditawarkan memang berbeda dengan tempat yang lain, daerah dan bangunannya menjadi daya tarik tersendiri untuk menarik minat wisatawan, dalam kasus ini anak-anak, untuk berkunjung ke Observatorium Bosscha.

Atas dasar itulah penulis membatasi permasalahan yang akan dibahas yaitu:

 Apa-apa saja daya tarik observatorium Bosscha sebagai objek wisata edukasi untuk anak.

 Bagaimana pengaruh Observatorium bosscha terhadap dunia pendidikan anak.

1.3. Metode Penulisan

Adapun metode penulisan yang akan dilakukan oleh penulis dalam penyusunan kertas karya ini adalah:


(13)

1. Penelitian kepustakaan ( Library Research ), yaitu pengumpulan data/teori dengan membaca buku-buku perkuliahan dan bahan yang ada hubungannya dengan masalah yang akan dibahas.

2. Penelitian lapangan ( Field Research ), yaitu metode pengumpulan data dengan mengadakan penelitian langsung ke lapangan. Dalam hal ini, penelitian diarahkan pada daerah-daerah yang berkaitan dengan masalah yang diangkat.

1.4. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan Kertas Karya ini adalah:

1. Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi dan untuk memperoleh gelar Ahli Madya pada program pendidikan D3 Pariwisata Fakultas Sastra Universitas Sumatra Utara.

2. Untuk mengetahui daya tarik apa saja yang dimiliki Observatorium Bosscha sebagai sarana eduvacation untuk anak.

3. Untuk mengembangkan dan menambah wawasan penulisan serta menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh selama kuliah.

1.5. Sistematika Penulisan

Pada penulisan kertas karya ini, penulis membuat sistematika penulisan dengan maksud untuk memudahkan pemahaman kita terhadap uraian-uraian di dalamnya. Penguraian dan pembahasan kertas karya ini secara keseluruhan dibagi menjadi 5 bab dan beberapa sub bab dan sub sub bab.


(14)

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini membahas tentang alas an pemilihan judul, pembatasan masalah, metode penulisan, tujuan penulisan dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN UMUM KEPARIWISATAAN

Menjelaska ruang lingkup kepariwisataan, objek dan daya tarik wisata, motif perjalanan wisata dan sedikit menjelaskan tentang pengertian observatorium dan eduvacation.

BAB III GAMBARAN UMUM OBSERVATORIUM BOSSCHA

Memaparkan gambaran umum tentang Observatorium Bosscha dan sejarah Bosscha.

BAB IV DAYA TARIK OBESERVATORIUM BOSSCHA SEBAGAI SARANA EDUVACATION UNTUK ANAK

Bab ini membahas tentang daya tarik Observatorium Bosscha sebagai eduvacation untuk anak, Observatorium Bosscha dalam meningkatkan minat anak terhadap astronomi, peranan pemerintah dalam pemeliharaan Observatorium Bosscha.

BAB V PENUTUP

Memuat kesimpulan dan saran.


(15)

BAB II

TINJAUAN UMUM KEPARIWISATAAN 2.1 pengertian Observatorium

Observatorium adalah sebuah lokasi dengan perlengkapan yang diletakka permanen agar dapat melihat langit dan peristiwa yang berhubungan dengan angkasa. Menurut sejarah, observatorium bisa sesederhana sextant (untuk mengukur jarak di antara bintang) sampai sekompleks Stonehenge ( untuk mengukur musim lewat posisi matahari terbit dan terbenam).

Observatorium modern biasanya berisi satu atau lebih teleskop yang terpasang secara permanen yang berada dalam gedung dengan kubah yang berputar atau yang dapat dilepaskan. Dalam dua dasawarsa terakhir, banyak observatorium luar angkasa sudah diluncurkan.

2.2 Pengertian Eduvacation

Eduvacation itu sendiri diambil dari kata Edu yang berasal dari kata Education yang berarti pelajaran dan Vacation yang berarti liburan. Dengan begitu Eduvacation bisa diartikan sebagai wisata yang didalam kegiatannya terdapat unsur pembelajaran. Melalui kegiatan ini tugas guru cukup membimbing, mengarahkan, serta menjelaskan dengan cara yang mudah dan menyenangkan.

Anak tidak boleh dibiarkan terlena dengan kegiatan bersenang-senang tanpa diberikan bimbingan dan penjelasan mengenai berbagai hal yang dapat memperkaya pengetahuan mereka. Meskipun memang caranya tidak boleh kaku dan formal. Di sinilah peran penting guru sebagai penyelenggara rekreasi mareka harus membuat jadwal yang


(16)

terperinci ketika berekreasi, mulai dari waktu belajar, istirahat, dan waktu bebas untuk menikmati objek wisata.

Mendidik anak di tempat rekreasi tidak boleh disamakan dengan belajar di dalam kelas. Anak didik harus benar-benar merasa senang berada di tempat wisata dan jangan sampai terlalu banyak larangan yang akan menimbulkan rasa bosan. Yang terpenting adalah tujuan pendidikan tercapai, anak dapat belajar dengan cara yang menyenangkan, dapat mengekspresikan dirinya, mampu berinteraksi dengan lingkungan barunya dan anak memperoleh informasi pengetahuan serta pengalaman baru yang berharga dalam hidupnya.

2.3 Definisi Pariwisata

Ditinjau dari segi etimologinya, kata pariwisata berasal dari bahasa sansekerta yang terdiri dari dua suku kata. Pari yang berarti keliling, berputar-putar, berkali-kali, dan Wisata yang berarti perjalanan, bepergian. Dengan demikian pariwisata adalah perjalanan berkeliling ataupun perjalanan yang dilakukan berkali-kali, berputar-putar dari satu tempat ke tempat lainnya ataupun perjalanan yang sempurna.

Pada tanggal 12-14 Juni 1958, diselenggarakan musyawarah Nasional Tourisme di Tretes-Jawa Timur yang menghasilkan suatu istilah baru bagi kata tourisme menjadi kata pariwisata oleh Bapak Prof. Prijono yang pada saat itu menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan kebudayaan serta diresmikan pemakaiannya oleh Presiden Soeharto. Dan atas dasar itulah maka pada tahun 1960, istilah Dewan Tourisme Indonesia diganti menjadi Dewan Pariwsata Nasional.


(17)

Menurut TAP MPRS NO. I-II/1960 disebutkan bahwa Kepariwisataan dalam dunia modern pada hakikatnya adalah suatu cara untuk memenuhi kebutuhan manusia dalam memberi hiburan jasmani dan rohani, setelah beberapa saat bekerja serta mempunyai modal untuk melihat-lihta daerah lain/pariwisata dalam negeri (Depdikbud, 1998).

Mr. Herman V. Schulalard (1910), seorang ahli ekonomi Australia, mendefinisikan kepariwisataan merupakan penjumlahan kegiatan terutama yang berkaitan dengan kegiatan perekonomian, secara langsung berhubungan dengan keluar masuknya orang-orang asing ke suatu Negara, daerah, maupun kota tertentu (Koentjaraningrat, 1998).

Menurut prof. Hunzieker dan Prof. Krapf (1892), kepariwisataan merupakan keseluruhan gejala-gejala yang dirtimbulkan oleh perjalanan dan pendiaman orang-orang asing serta penyediaan tempat tinggal sementara, asalkan pendiaman tersebut tidak bersifat menetap dan todak memperoleh penghasilan dari aktifitas yang bersisfat sementara itu (Yoety,1996).

Prof. Salah Wahab (seorang berkebangsaan Mesir) dalam bukunya berjudul “An Introduction on Tourism Teory” mengemukakan bahwa:

Pariwisata adalah aktifitas manusia yang dilakuka secara sadar, yang mengadakan pelayanan secara bergantian diantara orang-orang dalam suatu negara itu sendiri atau di luar negara (meliputi pendiaman orang-orang dari daerah lain, daerah tertentu suatu negara atau suatu benua) untuk sementara waktu dalam mencari kepuasan yang beraneka ragam dan berbeda dengan apa yang dialaminya diaman ia memperoleh pekerjaan tetap (Yoety, 1996).


(18)

Dalam mengambil batasan ini, Prof. Salah Wahab berfokus pada 3 unsur, yaitu:

1. Manusia (Man), ialah orang yang melakukan pekerjaan

2. Ruang (Space), yaitu daerah atau ruang lingkup tempat dimana perjalanan wisata tersebut dilakukan.

3. Waktu (Time), yaitu waktu yang dipergunakan selama dalam perjalanan dan tinggal di daerah tujuan wisata.

Definisi pariwisata memang tidak dapat persis sama di antara para ahli, hal ini memang jamak terjadi dalam dunia akademis, sebagaimana juga bias ditemukan pada berbagai disiplin ilmu lain.

Meskipun ada variasi batasan, ada beberapa komponen pokok yang secara umum disepakati di dalam batasan pariwisata (khususnya pariwisata internasional), yaitu sebagai berikut:

1. Traveler, yaitu orang yang melakukan perjalanan antar dua atau lebih lokalitas.

2. Visitor, yaitu orang yang melakukan perjalanan ke daerah yang bukan merupakan tempat tinggalnya, kurang dari 12 bulan, dan tujuan perjalanannya bukanlah untuk terlibat dalam kegiatan untuk mencari nafkah, pendapatan, atau penghidupan di tempat tujuan.

3. Tourist, yaitu bagian dari visitor yang menghabiskan waktu paling tidak satu malam (24 jam) di daerah yang dikunjungi (WTO,1995).


(19)

Semua definisi yang dikemukakan selalu mengandung beberapa pokok, yaitu:

1. Adanya unsur travel (perjalanan, yaitu pergerakan manusia dari satu tempat ke tempat lain;

2. Adanya unsure tempat ‘tinggal sementara’ di tempat yang bukan merupakan tempat tinggal yang biasanya;dan

3. Tujuan utama dari pergerakan manusia tersebut bukan untuk mencari penghidupan/pekerjaan di tempat yang dituju (Richardson and Fluker 2004:5).

2.4 Ruang Lingkup Kepariwisataan

2.4.1 Wisatawan

kata wisatawan (tourist) merujuk kepada orang. Secara umum wisatawan menjadi subset atau bagian dari traveler atau visitor. Untuk dapat disebut sebagai wisatawan, seorang haruslah traveler atau seorang visitor. Seorang visitor adalah seorang traveler, tetapi ttidak semua traveller adalah tourist. Traveler memiliki konsep yang lebih luas, yang dapat mengacu kepada orang yang mempunyai beragam peran dalam masyarakat yang melakukan kegiatan rutin ke tempat kerja, sekolah dan sebagainya sebagai aktivitas sehari-hari. Orang-orang menurut kategori ini sama sekali tidak dapat dikatakan sebagai tourist.

Terdapat tiga konsep dasar wisatawan yang umum diaplikasikan saat ini, yaitu pengertian umum tentang tourist, konsep heuristik, dan definisi teknikal.


(20)

Pengertian umum biasanya dipakai dalam pemikiran dan komunikasi sehari-hari ketika seseorang mendeskripsikan berbagai perilaku atau perwujudan, baik orang maupun tempat yang touristy (tempat yang banyak dikunjungi orang sehingga dianggap daerah wisata) atau touristic (sifat yang mencerminkan seseorang berperilaku seperti seorang wisatawan).sebagian orang mungkin membatasi pengertiannya tentang wisatawan untuk orang asing, atau pengunjung dari negara lain. Sebagian lagi membatasi pengertian wisatawan sebagai anggota dari suatu grup yang terorganisasi, yaitu tour group. Persoalannya adalah perilaku mana yang busa menyebabkan seseorang disebut sebagai wisatawan atau bukan sangat mustahil untuk didefinisikan dengan pengertian yang dapat memuaskan semua pihak. Penyebabnya adalah berbagai atribut yang melekat pada persepsi seseorang untuk mengartikan apakah seseorang itu wisatawan atau bukan, juga berbeda-beda

2. Konsep Heuristik Tentang Wisatawan

Konsep heuristic adalah konsep yang dipergunakan dalam membantu proses belajar. Konsep heuristic mengenai wisatawan sangat bermanfaat ketika kita memelajari perilaku wisatawan dalam setiap konteks formal (perusahaan, akademik, statistic, dan sebagainya). Contohnya, seorang manajer sebuah perusahaan perjalanan wisata mendefinisikan wisatawan sebagai ‘seseorang yang membuat atau mempertimbangkan perjalanan wisata yang menjadi pengguna actual atau potensial paket perjalanan wisata yang ditawarkan, naik secara grup maupun perseorangan’.

Konsep heuristic mengenai wisatawan dalam konteks perilaku yangsecara luas diterima mengandung empat atribut yang esensial. Pertama, wisatawan adalah seseorang


(21)

yang melakukan perjalanan jauh dari tempat tinggalnya untuk mengunjungi tempat lain dari negaranya, atau beberapa negara lain.

Kedua, setiap perjalanan wisata memiliki durasi atau jangka waktu minimum tetapi bersifat sementara, tidak untuk tujuan menetap di tempat baru yang dituju. Jangka waktu minimum semalam cukup beralasan untuk membedakan untuk membedakannya dengan penglaju (commuter), yang berpergian dari rumah kurang dari 24 jam.

Ketiga, perilaku wisata muncul dalam waktu luang (leisure time). Wisatawan merupakan seseorang yang di saat senggang berada jauh dari tempat tinggal tetapnya. Pengalaman saat leisure time ini bias berupa beragam rekreasi (jalan-jalan, rileks di pantai, sosialisasi, dan sebagainya) dan/atau bias juga beragam aktivitas kreatif lainnya.

Keempat, perbedaan mendasar dan esensial dari perilaku wisatawan, yang dikenal sebagai touristic leisure, melibatkan hubungan emosional antara wisatawan dengan beberapa karakteristik tempat yang dikunjungi.karakteristik yang dimaksud dapat berupa pemandangan alam ang menakjubkan dan terkenal, objek atau event,karakterisdtik kualitas alam dan lingkungan setempat seperti iklim, asosiasi romantic, keanehan dan keganajilan, atau sesuatu yang berkaitan dengan status jika tempat tersebut dikunjunginya.

3. Definisi Teknikal Wisatawan

Pendefisian wisatawan dalam kategori ini biasanya berada dalam perspektif kepentingan suatu wilayah atau negara.pendefinisian seceara teknikal mencerminkan beragam kepentingan, mulai dari tujuan bisnis, organisasi, statistic, dan sebagainya, yang berhubungan dengan peramalan suatu kawasan destinasi pariwisata. Beragam variasi definisi


(22)

teknikal digunakan sebagai alat pengukuran yang diapakai berbagai negara untuk berbagai kepentingan, seperti pengawasan aliran wisatawan domestic dan internasional. Leiper (1990) memberikan contoh bahwa Australia dan New Zealand memberikan definisi teknikal wisatawan dalam negeri (domestici) sebagai berikut:

“A (domestic) tourist is a person who has travelled away from their nowmal residence to visit some other place(s) at least fourty kilometer distant, within their home country, for a period of at least one night or not mora than three months”.

Menurut pengertian teknikal diatas, pengertian wisatawan domestik di Australia dan New Zealand haruslah memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1. Perjalanan tersebut dilakukan lebih dari 40 km.

2. Masih dalam wilayah negaranya sendiri.

3. Paling tidak perjalanan tersebut dilakukan semalam, tetapi tidak melebihi tiga bulan.

Menurut UN-WTO, visitor adalah orang yang mengunjungi Negara lain untuk beragam tujuan selain untuk bekerja/kegiatan yang dibayar dari negara yang dikunjungi. Definisi ini mencakup hal-hal di bawah ini:

1. International tourist (wisatawan internasional)

Pelancong sementara (temporary visitors) yang tinggal paling tidak 24 jam di negara yang dikunjungi dengan tujuan perjalanan yang dapat diklasifikasikan di antara: (a) leisure


(23)

(rekreasi, liburan, kesehatan, studi, agama, dan olah raga) atau (b) business (family, misi tertentu, pertemuan).

2. Excursionists

Pelancong sementara yang tinggal kurang dari 24 jam di negara yang dikunjungi, termasuk di dalamnya penumpang kapal pesiar/ penyebrangan.

2.4.2. Industri Pariwisata

Ruang lingkup industry pariwisata menyangkut berbagai sector ekonomi. Adapun aspek-aspek yang tercakup dalam industry pariwisata antara lain:

Restoran. Di dalam bidang restoran, perhatian antara lain dapat diarahkan pada

kualitas pelayanan, baik dari hjenis makanan maupun teknik pelayanannya. Di samping itu, dari segi kandungan gizi, kesehatan makanan dan lingkungan restoran serta penemuan makanan-makanan baru dan tradisional baik resep, bahan maupun penyajiannya yang bias dikembangkan secara nasional, regional bahkan internasional.

Penginapan. Penginapan atau home stay, yang terdiri dari hotel, motel, resort,

kondominium, time sharing, wisma-wisma dan bed and breakfast, merupakan aspek-aspek yang dapat diakses dalam pengembangan bidang kepariwisataan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengembangan penginapan ini dapat berupa; strategi pemasaran, pelayanan saat penginapan, integrasi dan restoran atau biro perjalanan, dan sebagainya. Penelitian juga dapat diarahkan pada upaya memperkecil limbah dari industry pariwisata tersebut.


(24)

Palayanan perjalanan. Meliputi biro perjalanan, paket perjalanan (tour wholesalers), perusahaan incentive travel dan reception service.

Transportasi. Dapat berupa sarana dan prasarana angkutan wisata seperti mobil/bus,

pesawat udara, kereta api, kapal pesiar, dan sepeda.

Pengembangan Daerah Tujuan Wisata. Dapat berupa penelitian pasar dan pangsa,

kelayakan kawasan wisatawan, arsitektur bangunan, dan engineering, serta lembaga keuangan.

Fasilitas Rekreasi. Meliputi pengembangan dan pemanfaatan taman-taman Negara,

tempat perkemahan (camping ground), ruang konser, teater, dan lain-lain.

Atraksi wisata. Meliputi taman-taman bertema, museum-museum,hutan lindung,

agrowisata, keajaiban alam, kegiatan seni dan budaya, dan lain sebagainya.

2.5 Objek Wisata dan Daya Tarik Wisata

2.5.1 Pengertian

Objek dan daya tarik wisata adalah suatu bentukan dan/atau aktifitas dan fasilitas yang berhubungan, yang dapat menarik minat wisatawan atau pengunjung untuk datang ke suatu daerah/tempat tertentu. Daya tarik yang tidak atau belum dikembangkan semata-mata hanya merupakan sumber daya potensial dan belum dapat di sebut sebagai daya tarik wisata, sampai adanya suatu jenis pengembangan tertentu. Misalnya penyediaan aksesibilitas atau fasilitas. Oleh karena itu suatu daya tarik dapat diamnfaatkan sebagai daya tarik wisata.


(25)

Pengertian objek wisata secara umum menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 24/1979, tentang penyerahan sebagian urusan pemerintah dalam bidang kepariwisataan pada Daerah Tingkat I adalah sebagai berikut:

1. Objek Wisata adalah perwujudan dari pada ciptaan manusia, tata hidup, seni budaya, serta sejarah bangsa dan temoat atu keadaan alam yang mempunyai daya tarik wisata bagi wisatawan untuk dikunjungi.

2. Atraksi Wisata adalah semua yang diciptakan manusia berupa penyajian kebudayaan seperti tari-tarian, kesenian rakyat, upacara adat, dan lain-lain.

Berdasarkan keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa objek dan atraksi wisata adalah segala sesuatu yang terdapat di daerah tujuan wisata yang merupakan daya tarik bagi wisatawan agar mau berkunjung ke daerah tersebut.

Untuk mengembangkan objek wisata yang telah ada, pemerintah telah melakukan usaha pembenahan, misalnya di bidang prasarana yaitu dengan membangun dan merhabiliasi jalan-jalan menuju objek wisata.

Ada beberapa syarat teknis dalam menentukan suatu tujuan wisata atau objek wisata yang dapat dikembangkan, yaitu:

1. Adanya objek wisaa dan daya tarik wisata yang beraneka ragam (site and event attractions)


(26)

Site attraction, adalah hal-hal yang dimiliki suatu objek wisata sejak objek tersebut sudah ada, atau daya tarik objek wisata bersamaan dengan adanya obje wisata tersebut.

Event attartions, adalah daya tarik yang dibuat oleh manusia. 2. Assesibilitas, yakni kemudahan untuk mencapai objek wisata.

3. Amenitas, yaitu tersedianya fasilitas-fasilitas di objek wisata.

4. Organisasi (Tourist Organizationi), yaitu adanya lembaga atu badan yang mengelola objek wisata sehingga tetap terpelihara.

Objek dan daya tarik wisata sangat erat hubungannya dengan travel motivaton dan travel fashion, karena wisatawan ingin mengunjungi serta mendapatkan suatu pengalaman tertentu dalam kunjungannya.

Objek dan daya tarik wisata merupakan dasar bagi kepariwisataan. Tanpa adanya daya tarik suatu area/daerah tertentu, kepariwisataan sulit untuk dikembangkan. Pariwisata biasanya akan lebih berkembang atau dikembangkan, jika di suatu daerah terdapat lebih dari satu jenis objek dan daya tarik wisata.

Hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa dalam pengembangan suatu daya tarik wisata yang berpotensial haru dilakukan penelitian, inventarisasi, dan dievaluasi sebelum fasilitas wisata dikembangkan di suatu kawasan tertentu. Hal ini penting agar perkembangan


(27)

daya tarik wisata yang ada dapat sesuai dengan keinginan pasar potensial dan untuk menentukan pengembangan yang tepat dan sesuai.

2.5.2 Jenis-jenis Objek dan Daya Tarik Wisata

Terdapat banyak jenis daya tarik wisata dan dibagi dalam berbagai macam sistem klasifikasi. Secara garis besar daya tarik wisata dibagi ke dalam 3 jenis:

a. Daya tarik alam

b. Daya tarik budaya

c. Daya tarik buatan manusia

Objek dan daya tarik wisata berupa alam, budaya, tata hidup, dan lainnya yang memiliki nilai jual untuk dikunjungi ataupun dinikmati oleh wisatawan, sekaligus juga merupakan sasaran utama wisatawan dalam mengunjungi suatu daerah atau Negara. Dalam pengertian luas bahwa apa saja yang mempunyai daya tarik wisata atau menarik minat bagi wisatawan dapat disebut sebagai objek dan daya tarik wisata.

Pada literatur-literatur luar negeri tidak pernah ditemukan objek wisata dan daya tarik wisata seoerti yang ktia kenal di Indonesia, namun mereka hanya menggunakan istilah Tourist Attraction saja, yaitu segala sesuatu yang menjadi daya tarik untuk mengunjungi daerah tertentu, diaman Tourist Attraction itu juga merupakan salah satu unsure pokok dalam pembangunan kepariwisataan yang keberadaannya akan mendorong wisatawan untuk mengunjunginya.


(28)

Objek dan daya tarik wisata dapat berupa alam, budaya, tata hidup yang memiliki daya tarik untuk dikunjungi atau menjadi sasaran bagi wisatawan. Hal ini juga diungkapkan oleh Drs. Oka A. Yoeti, dimana ada bebereapa hal yang menjadi daya tarik bagi orang yang mengunjungi suatu daerah. Hal-hal tersebut adalah:

1. Benda-benda yang tersedia di alam semesta, yang dalam istilah pariwisata disebut natural amenities. Termasuk dalam kelompok ini adalah:

Iklim

Bentuk tanah dan pemandangan

Hutan belukar

Flora dan fauna

Pusat kesehatan

2. Hasil ciptaan manusia dalam istilah pariwisatanya disebut man made supply yang berupa benda-benda sejarah, kebudayaan dan keagamaan.

3. Tata hidup masyarakat (way of life)

Membicarakan objek dan atraksi wisata baiknya dikaitkan dalam pengertian produksi dan industry pariwisata itu sendiri. Hal ini dianggap perlu karena sampa sekarang ini masih dijumpai perbedaan pendapat antara para ahli mengenai pengertian produk industry pariwisata dari satu pihak dan atraksi wisata pihak lain.


(29)

Produk industri pariwisata, meliputi keseluruhan pelayanan yang diperoleh, dirasakan atau dinikmati wisatawan, semenjak ia meninggalkan rumah dimana biasanya ia tinggal, sampai kedaerah tujuan wisata yang dipilihnya dan kembali ke rumah dimana ia berangkat semula, jadi objek dan atraksi wisata itu sebenarnya sudah termasuk dalam produk industri wisata karena kalau tidak, motivasi untuk berkunjung ke daerah tujuan wisata tidak ada, padahal kita yakin pada suatu daerah tujuan wisata sudah pasti ada objek dan atraksi wisata. Dan ada pula alasan wisatawan akan berkunjung ke daerah tersebut bila mereka merasakan manfaat kepuasan atau pelayanan yang diberikan.

Jadi kita dapat mengatakan suatu objek wisata, bila untuk melihat objek tersebut tidak ada persiapan terlebih dahulu dimana seorang saja dapat menikmatinya tanpa bantuan orang lain, karena memang sifat objek wisata tersebut tidak dapat dipindah-pindahkan atau bersifat monumental, contohnya pemandangan alam dan bangunan bersejarah. Lain halnya dengan atraksi wisata yang apabila sesuatu itu dipersiapkan terlebih dahulu agar dapat dilihat dan dinikmati. Atraksi wisata ini sifatnya adalah entertainment atau hiburan yang digerakkan oleh manusia seperti tari-tarian, upacara adat daan lainnya. Oleh sebab itu, perlu persiapan khusus untuk dapat menikmatinya.

Menurut undang-undang No.9 tahun 1990 bab III pasal 4 tentang kepariwisataan, objek dan daya tarik wisata dibagi menjadi dua jenis. Adapun bunyi pasal tersebut adalah:

1. Objek dan daya tarik wisata ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yang berwujud keadaan alam serta flora dan fauna.


(30)

2. Objek dan daya tarik wisata hasil karya manusia yang berwujud museum, peninggal purbakala, peninggalan sejarah, seni budaya, agrowisata, taman rekreasi, dan tempat hiburan.

Undang-undang No.9 tahun 1990 ini juga menjelaskan bebrapa istilah mengenai kepariwisataan, diantaranya sebagai berikut:

1. Wisata adalah kegiatan perjalanan yang bersifat sementara waktu untuk menikmati keindahan objek maupun daya tarik wisata.

2. Wisatawan adalah orang-orang yang melakukan keiatan wisata dari tempat kediamannya tanpa menetap ditempat yang didatanginya.

3. Pariwisata adalah suatu kegiatan dalam masyarakat yang berhubungan dengan wisatawan baik mengenai perusahaan objek dan daya tarik serta usaha-usaha yang terkait dalam usaha wisata.

Kepariwisataan adalah hal-hal yang berhubungan dengan penyelenggaraan wisata. Perencanaa dan pengolahan objek dan daya tarik wisata alam maupun sosial budaya harus berdasarkan pada kebijakan regional. Jika kedua kebijakan rencana tersebut belum tersusun tim perencana mengembangkan objek dan daya tarik wisata harus mampu mengasumsikan rencana kebijakan yangs esuai dengan are yang bersangkutan.


(31)

2.6 Motif Perjalanan Wisata

Setiap orang yang melakukan suatu perjalanan, biasanya mempunyai alasan tertentu, demikian pula halnya dengan wisatawan dan secara garis besar alasandan keperluannya juga dapat dikelompokkan sebagai berikut, yaitu:

1. Berdasarkan alasan dan tujuan perjalanan

a. Business Tourism, yaitu jenis kepariwisataan diaman oengunjung datang untuk dinas, usaha dagang, atau yang berhubungan dengan pekerjaannya, kongres, seminar, konvension, symposium, musyawarah kerja.

b. Education Tourism, yaitu jenis pariwisata yang dimana orang-orang melakukan

perjalanan untuk tujuan studi atau memelajari suatu bidang ilmu pengetahuan. Biasa dikenal juga dengan istilah eduvacation.

c. Vocational Tourism, yaitu jenis pariwisata yang dilakukan hanya untuk sekedar

berlibur saja.

2. Menurut saat waktu berkunjung

a. Seasonal Tourism, kegiatan pariwisata yang berlangsung pada musim-musim tertentu misalnya summer tourism atau winter tourism, yang biasanya ditandai dengan kegiatan olah raga ini.


(32)

b. Occational Tourism, yaitu kegiatan pariwisata ini dihubungkan dengan kegiatan atau occation maupun suatu event, seperti galungan, atau kuningan di Bali.

3. Menurut objeknya

a. Cultural Tourism, yaitu jenis pariwisata dimana motivasi orang-orang untuk

melakukan perjalanan disebabkan Karen adanya daya tarik dari seni budaya suatu tempat atau daerah.

b. Recurrentional Tourism, biasanya disebut juga pariwisata kesehatan. Adapuntujuan prang-orang melakukan perjalanan ini adalah untuk menyembuhkan penyakit, seperti mandi di sumber air panas, mandi lumpur seperti banyak dijumpai di negara-negara Eropa atau mandi susu, mandi kopi di Jepang yang kabarnya bias membuat awet muda.

c. Sport Tourism, kegiatan pariwisata ini bertujuan untuk atau menyaksikan suatu pesta olah raga di suatu tempat atau Negara tertentu seperti Olympiade, All England, Europe cup.

d. Commercial Tourism, disebut juga dengana pariwisata perdagangan karena

perjalanan wisata ini dikaitkan dengan perdagangan internasional dimana sering diadakan kegiatan Expo, Fair Exibition.

e. Religion Tourism, kegiatan pariwisata ini dilakukan untuk menyaksikan


(33)

muntilan pusat agama Kristen di Jawa Tengah, ibadah Haji dan Umroh bagi umat Islam dan upacara Hindu di Bali.


(34)

BAB III

GAMBARAN UMUM OBSERVATORIUM BOSSCHA 3.1 Sejarah Observatorium Bosscha

Observatorium Bosscha yang dikelola oleh Institut Teknologi Bandung (ITB) adalah Observatorium canggih yang diresmikan pada 1 Januari 1923 oleh Gubernur Jenderal D. Fock dengan Dr. Joan George Erardus Gijsbertus Voute (7 Juni 1879-20 Agustus 1963). Pembangunan observatorium ini sendiri menghabiskan waktu kurang lebih 5 tahun sejak tahun 1923 sampai dengan tahun 1928. Observatorium Bosscha juga merupakan sebuah lembaga penelitian dengan program-progran spesifik yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas pendukung yang tidak kalah canggih dengan yang dimiliki negara-negara lain. Publikasi internasional pertama Observatorium Bosscha dilakukan pada tahun 1933. Namun kemudian observasi terpaksa dihentikan dikarenakan sedang berkecamuknya Perang Dunia II. Setelah perang usai, dilakukan renovasi besar-besaran pada observatorium ini karena kerusakan akibat perang hingga akhirnya observatorium dapat beroperasi dengan normal kembali.

Bosscha adalah penggagas dan sekaligus donator utama pendirian obsevatorium tersebut. Ia dilahirkan di s’Gravenhage, Belanda, pada tanggal 15 Mei 1865. Sebagai raja teh di Priangan yang ulet dan sukses, Bosscha menyisihkan keuntungannya untuk kemajuan ilmu pengetahuan dan kemanusiaan di negeri jajahan. Ia meninggal pada tanggal 26 November 1928, dimakamkan di tengah hutan kecil yang terletak di tengah perkebunan teh Malabar, sebuah daerah yang terletak di kecamatan Pangalengan, dan fasilitas nya seperti pabrik, pusat


(35)

listrik tenaga mikrohidro, perumahan karyawan, serta rumah tempat tinggalnya hingga kini masih dipelihara baikk oleh PT Perkebunan Nusantara VIII.

Gagasan mendirikan observatorium bergulir dengan berdirinya Nederlandch Indische Strrenkundige Vereenigingl NISV (perhimpunan Ilmu Astronomi Hindia Belanda). Gagasan itu terwujud, ketika akhirnya tepat pada tanggal 7 Juni 1928 teleskop besar dan teleskop Banberg 37 cm yangdidatangkan dari Askania Werk ( Meridian Circle) di Jerman dan Carl Zeiss Jena (double Refraktor) diserahkan oleh Bosscha kepada NISVdengan disaksikan Gubernur Jenderal Jhr. Mr. A.C.D. De Graeff. Nrsamaan dengan itu, Departemen Angkatan Laut Hindia Belanda member subsidi tahunan sebesar Nf 18.000. sayang, beberapa saat setelah instalasi teleskop double refraktor zeiss selesai dipasang, KAR Bosscha meninggal.

Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang, dan manusia mati meninggalkan nama. Demikianlah atas jasa-jasanya dalam ilmu pengetahuan, nama sang pionir obsevatorium tersebut diabadikan menjadi “Obsevatorium Bosscha”. Keponakannya, Rudolf A. Kerkhoven, yang lahir di Arjasari pada tanggal 27 Agustus 1879 diangkat menjadi ketua NISV berikutnya. Tidak sedikit sumbangan pemikiran dan dana yang diberikannya. Namun, pada akhir tahun 1934, Kerkhoven mengundurkan diri Karen alasan kesehatan. Setelah berobat di negeri Belanda, ia meninggal pada tanggal 6 februari 1940. Pada pertengahan desember 2007, namanya diabadikan pada ruang pertemuan Obsevatorium Bosscha. Melalui artefak di ruang ini. Pengunjung diajak menyusuri awal perkembangan astronomi sejak awal era Hindia Belanda. Salah satu diantarnya adalah teleskop kuno yang merupakan peralatan astronomi saat itu.


(36)

1. 1923 - 1940: Dr. Joan Voûte 2. 1940 - 1942: Dr. Aernout de Sitter 3. 1942 - 1946: Prof. Dr. Masashi Miyaji 4. 1946 - 1949: Prof. Dr. J. Hins

5. 1949 - 1958: Prof. Dr. Gale Bruno van Albada

6. 1958 - 1959: Prof. Dr. O. P. Hok dan Santoso Nitisastro (pejabat sementara) 7. 1959 - 1968: Prof. Dr. The Pik Sin

8. 1968 - 1999: Prof. Dr. Bambang Hidayat 9. 1999 - 2004: Dr. Moedji Raharto

10.2004 - 2006: Dr. Dhani Herdiwijaya 11.2006 - 2010: Dr. Taufiq Hidayat

12.2010 - sekarang: Dr. Hakim Luthfi Malasan

3.2 Gambaran umum tentang Observatorium Bosscha

Observatorium Bosscha dibangun di atas tanah seluas 6 hektar merupakan bantuan hibah dari keluarga Ursone, pengusaha susu di Lembang. Daerah yang berada di kaki Gunung Tangkubanperahu ini dipilih karena terletak pada ketinggian 1.300 meter diatas permukaan laut. Udaranya sejuk dan suasana nya tenang. Lokasinya dianggap cocok karena dari bukit ini pemandangannya lepas, baik ke arah timur, barat, maupun selatan. Karena terletak pada lintang geografis dekat khatulistiwa, Observatorium tersebut dijuluki “Mutiara Selatan”, sekaligus menjadi ata ranrai penting dalam jaringan observatorium besar, mulai dari Cape Town, Afrika Selatan hingga Australia.


(37)

Pada akhir tahun 2007, Observatorium Bosscha dilengkapi dengan teleskop matahari yang bertujuan mengamati aktivitas matahari sehingga anomaly cuaca di Bumi dapat diketahui. Tambahan dua piranti lainnya berupa teleskop radio dan Worldwide Telescope yang diterima tahun 2008, merupakan hibah dari Microsoft Indonesia dan Kementrian Riset dan Teknologi. Piranti lunak yang berbasis web ini memuat peta jagad raya, gambar-gambar obyek langit beresolusi tinggi, dan data-data pendukund yang berukuran terabyte.

Keberadaan teleskop tersebut akan membantu para peneliti yang melakukan penelitian dan pengamatan obyek angkasa. Teleskop radio dan Worldwide Telescope bekerja untuk menangkap gelombang radio tinggi dari obyek-obyek langit yang sulit diamati oleh mata.

Pada tahun 2008, Observatorium Bosscha yang berusia 85 tahun telah ditetapkan sebagai benda cagar budaya. Tetapi, masih membutuhkan perjuangan untuk dijadikan sebagai pusaka (heritage) dunia, malaupun perannya tidak kecil dalam mengukir sejarah dan ilmu pengetahuan. Selama ini, tidak sedikit sumbangan Observatorium Bosscha terhadap ilmu pengetahuan, terutama dalam mengamati bintang ganda, pengamatan bintang variable, dan Matahari. Perannya yang amat penting didukung oleh letaknya yang berada di selatan Khatulistiwa sehingga bias dengan leluasa menyapu pandangan benda-benda langit di belahan selatan.

Observatorium Bosscha terletak sekitar 15 kilometer dari kota Bandung. Kondisi lingkungan kota tersebut dan juga kota Lembang sangat mempengaruhi kinerja observatorium. Ketika observatorium tersebut didirikan, penduduk kota Bandung hanya


(38)

sekitar 12.000 jiwa. Udaranya masih sejuk. Wilayahnya hanya terdiri dari Gemeente Bandung dan Kabupaten (Regentschap) Bandung.

Kini Observatorium Bosscha sudah lenih dari satu dasawarsa ini mengalami gangguan akibat polusi cahaya. Betapa tidak, pada malam hari, Bandung gemerlap dengan lampu penerangan menghadirkan pemandangan yang menakjubkan. Namun, justru keadaan itu bertentangan dengan tuntutan persyaratan observatorium agar bias berfungsi dengan baik. Ibarat mengemudikan kendaraan di malam hari, pandangan di dalam kabin dinyalakan.

Walau demikian, kehadiran Observatorium Bosscha di daerah ini tetap menjadi salah satu tempat menarik bagi para peminat ilmu pengetahuan dan pendidikan. Namun, lokasinya hanya boleh dicapai dengan kendaraan kecil. Pengunjung yang datang secara berombongan dengan menggunakan bus hanya sampai di pintu masuk jalan Peneropong Bintang. Perjalanan dilanjutkan dengan jalan kaki sejauh kurang lebih 800 meter. Lumayan untuk mereka yang tidak biasa olah raga.

Akan tetapi, jika ingin lebih cepat, bias dicapai dengan menggunakan ojek motor yang selalu siap mengantar ke tujuan dengan tariff Rp 5.000/orang/rit.

3.2.1 Kampung Bosscha

Di Kampung Bosscha - Lembang, terdapat Observatorium Bosscha, sebagai lembaga yang menyelenggarakan kegiatan penelitian dan pengabdian masyarakat. Selain itu, di Kampung Bosscha terdapat kegiatan masyarakat yang berkaitan dengan belajar dan membaca. Tulisan ini berkaitan dengan pembinaan minat baca di Kampung Bosscha Desa Lembang. Pembinaan minat baca merupakan salah satu dari praktek kepustakawanan.


(39)

3.2.1.1 Sekilas kegiatan Observatorium Bosscha

Untuk menunjang kegiatannya, Observatorium Bosscha yang menempati area seluas 6 hektar, memiliki 6 buah teropong, ruang ceramah, bengkel, perpustakaan, ruang baca, ruang komputer dan ruang kantor. Observatorium Bosscha merupakan laboratorium astronomi yang menunjang proses belajar mengajar dan riset mahasiswa dan staf Astronomi ITB, memiliki perpustakaan yang up to date. Selain memiliki buku-buku astronomi yang lengkap juga berlangganan beberapa jurnal. Koleksi yang dimiliki berupa buku teks kurang lebih 4.800 eksemplar, 4000 volume jurnal langganan, 106 volume jurnal hasil download dari internet, 2500 koleksi non buku dan hampir 20.000 publikasi dari berbagai observatorium di dunia.

Perpustakaan memiliki koleksi yang sangat penting dan bersejarah yaitu “Annalen from Bosscha Observatory” yang berisi sejarah pendirian Observatorium serta hasil pengamatan bintang pada waktu itu. Tradisi menulis ilmiah dalam skala internasional lain terangkum dalam “Report of the Year” sejak tahun 1920 dan “Contribution from Bosscha Obsbervatory” sejak 1952. Observatorium Bosscha dapat dianggap memiliki koleksi perpustakaan astronomi terlengkap di Asia Tenggara, dimana buku yang terlama terbitan tahun 1640 hingga terkini terhimpun di perpustakaan. Berbagai instansi dan perorangan mencari informasi dan referensi dari Observatorium Bosscha, termasuk dari negara tetangga, Malaysia.

Jurnal yang dilanggan pada tahun 2007 adalah: The Astronomical Journal, The Astrophysical Journal, The Astrophysical Journal Supplement Series, Publications of the Astronomical Society of the Pacific, Sky and Telescope, Science, Scientific American, Revista Mexicana (Publications & Conf. Series), Astronomy & Astrophysics, Astronomisches


(40)

Nachrichten, Astrophysics and Space Science, BAA Journal & Newsletter, Monthly Notices of the Royal Astronomical Society Society (MNRAS), Nature, The Observatory, The Astronomical Herald, New Scientist, Publications of the Astronomical Society of Japan dan The Embo Journal. Sebagian besar biaya langganan jurnal tersebut berasal dari LKBF, beberapa diantaranya diterima langsung dari penerbit dan hanya satu judul dilanggan dengan biaya sendiri, yaitu Scientific American (Lampiran 1)

Kegiatan di Observatorium Bosscha:

1. Penelitian astronomi, kolokium, seminar dan pertemuan internasional.

Penelitian yang dilakukan tahun 2007 diantaranya bintang ganda, matahari, bintang Be, bulan, dan sebagainya. Pertemuan ilmiah diselenggarakan untuk mengkomunikasikan dan menghimpun hasil penelitian. Hasil dari pertemuan tersebut melengkapi koleksi perpustakaan, seperti halnya skripsi hasil penelitian dari mahasiswa selain Astronomi yang melaksanakan penelitian di Observatorium Bosscha. Tahun 2008, Indonesia ditunjuk menjadi tuan rumah penyelenggara pertemuan Olimpiade Astronomi Internasional pada bulan Agustus.

2. Layanan kunjungan publik.

Masyarakat dapat mengunjungi Observatorium Bosscha setiap hari Selasa sampai Sabtu pada jam 09:00, 12:00 dan 15:00 WIB dan pada malam-malam tertentu. Setelah mendengarkan ceramah dan penjelasan, ada diantara pengunjung yang mencari informasi tentang astronomi di perpustakaan untuk memenuhi keingintahuannya.


(41)

3. Pelatihan Astronomi.

Diantaranya adalah Pelatihan Hisab Rukyat yang diselenggarakan bersama Departemen Agama; Persiapan Olimpiade Astronomi Nasional dan Internasional untuk siswa SMP dan SMA bekerja sama dengan Departemen Pendidikan Nasional. Referensi dan bahan pustaka sangat menunjang pelaksanaan kegiatan tersebut. Kegiatan Astrocamp yang dilaksanakan pada saat liburan membangkitkan minat siswa untuk mencari informasi lebih jauh tentang astronomi.

4. Kerjasama luar negeri.

Observatorium Bosscha mendapat buku-buku dan jurnal dari Yayasan Bosscha di Belanda (Leids Kerkhoven Bosscha Fonds). Menteri Pendidikan dan Sains Belanda telah mendonasikan dana untuk perawatan teleskop dan gedung. Dari kerjasam dengan Jepang, Observatorium Bosscha mendapat hibah teleskop GAO dan mereka mengundang staf Observatorium Bosscha mengadakan pengamatan di sana. Beberapa astronom tamu, dari Jerman, Perancis, Belanda berkunjung ke Observatorium memberikan kuliah astronomi. Dengan bantuan IAU (The International Astronomical Union) dan Departemen Luar Negeri, astronom Indonesia menjadi anggota IAU dan mendapatkan buku-buku untuk perpustakaan. Pertemuan Astronomi Internasional yang dihadiri astronom Indonesia sebagian besar didanai oleh IAU.

5. Tulisan di media massa dan penerbitan buletin serta sharing informasi.

Staf dan mahasiswa astronomi menulis artikel astronomi di media massa, dimana. kliping artikel dihimpun perpustakaan. Penerbitan Buletin merupakan kelanjutan dari Warta


(42)

Astronomi, dikirimkan ke lembaga dan masyarakat di Lembang serta ITB dan penggemar serta pemerhati Astronomi. Sehubungan dengan sharing informasi, beberapa data dan informasi yang diterima Observatorium Bosscha juga dimanfaatkan lembaga lain misalnya Almanak Astronomi, digunakan oleh Lembaga Geodesi AD, Univeristas di Yogyakarta perorangan. Ruang Baca perpustakaan terbuka 24 jam bagi mahasiswa dan tamu yang menginap di Observatorium Bosscha.

6. Belajar untuk semua orang.

Setiap pegawai yang telah mengikuti pendidikan, kursus atau seminar ditugaskan untuk melaporkan hasilnya baik berupa presentasi kepada rekan-rekan maupun rangkuman. Kegiatan ini mendukung proses belajar sepanjang hayat. Selain itu, pegawai juga pernah mendapat pelatihan berbahasa Inggris dan menggunakan komputer. Untuk menunjang tugas dan pekerjaan Observatorium Bosscha berlangganan majalah “Trubus” dan menyediakan koleksi buku-buku pertanian untuk staf Kebun.

Bagi pelajar yang tinggal di sekitar Observatorium, koleksi surat kabar yang dilanggan kantor dapat dipergunakan, jika mereka mendapat tugas dari sekolah untuk membuat kliping.

Dalam rangka Community Development, kursus komputer bagi pelajar dilaksanakan setiap hari Sabtu selama bulan Agustus dan September 2007, dengan instruktur mahasiswa Astronomi dan pegawai Observatorium. Setelah itu direncanakan kursus bahasa Inggris dengan menggunakan multimedia.


(43)

Demikian kegiatan yang dilaksanakan di Observatorium Bosscha. Semua kegiatan tersebut mengarah pada masyarakat belajar atau Learning Society. Jumlah pegawai Obsevatorium Bosscha 17 orang, terdiri dari 14 laki-laki dan 3 perempuan (2 orang berpendidikan S2/asisten peneliti, 1 orang S1/pustakawan, 8 orang SMA dan 6 orang SMP) dibantu dengan 7 orang Satpam. Semua pegawai disiapkan untuk menjawab pertanyaan publik, baik tentang tata cara berkunjung ke Observatorium Bosscha maupun fenomena alam semesta, baik melalui telepon maupun bertemu langsung.

3.2.1.2 Kegiatan belajar pada masyarakat di kampong Bosscha

Karena Observatorium Bosscha ITB terletak di Kampung Bosscha, maka tidak dapat dielakkan lagi adanya interaksi masyarakat dengan civitas academika ITB. Mahasiswa yang menginap di rumah mahasiswa karena belajar atau melaksanakan pengamatan bintang, dilaporkan secara tertulis kepada ketua RW, sebagai pemberitahuan. Masyarakat sering diundang ke Observatorium Bosscha untuk berdialog jika ada permasalahan yang perlu diketahui, misalnya tentang lingkungan atau kegiatan yang akan diselenggarakan.

Beberapa kegiatan yang dilaksanakan di Kampung Bosscha yang berhubungan dengan upaya menambah pengetahuan adalah:

1. Khotbah Jumat dan Sholat Ied.

Mahasiswa tingkat akhir, baik S1 dan S2 yang mondok di sekitar komplek Observatorium Bosscha biasanya diminta memberikan khotbah Jumat kepada masyarakat Kampung Bosscha pada waktu tertentu. Tak jarang dosen maupun pegawai Observatorium Bosscha yang memberikan khotbah Jumat atau Sholat Ied. Di Masjid tersebut disediakan


(44)

bacaan, walaupun jumlahnya terbatas, namun dapat dibaca oleh jamaah maupun anak-anak pengajian.

2. Les Bahasa Inggris dan Latihan Menggambar

Beberapa tahun yang silam, siswa SD dan SMP biasanya mengikuti les bahasa Inggris pada Minggu sore, di rumah salah seoarang warga, yang kebetulan pustakawan Observatorium Bosscha. Kini, siswa biasanya meminta bantuan dalam mengerjakan PR nya yang sulit pada malam hari.

Kegiatan lain pada waktu luang adalah latihan menggambar, yang diadakan Minggu pagi di taman, di halaman rumah salah seorang Staf Pengajar Astronomi.

3. Pengajian Ibu dan Anak

Setiap Kamis malam, ibu-ibu di Kampung Bosscha mengadakan pengajian di masjid. Sedangkan pengajian pelajar bertempat di rumah salah seorang Staf Pengajar Astronomi. Pengajian pelajar dimulai pada bulan Maret 2007, dengan tutor 4 orang, dua diantaranya lulusan IKIP/UPI, seorang tingkat akhir dan seorang lulusan IAIN. Materi yang disampaikan berupa pengajian Al Quran dan Iqro, ceramah baik oleh pengajar maupun tamu, pemutaran Video dan CD, diskusi dan mengupas buku serta mengikuti Majlis Taklim di Bandung.

Pelajar yang mengikuti pengajian Rabu malam adalah siswa SD kelas 4 keatas sebanyak 17 orang dan SMP sebanyak 15 orang, Pengajian untuk pelajar SMA sebanyak 14 orang dilaksanakan setiap Kamis malam. Buku-buku bacaan disediakan untuk untuk anak-anak pengajian. Jika teman atau guru mereka berminat, buku tersebut dapat dipinjamkan.


(45)

Pelajar SD setingkat Madrasah Ibtidaiyah pernah mengikuti Sains Camp di Masjid Salman pada tanggal 2-4 Juli 2007. Dalam kegiatan tersebut, kelompok putri meraih juara pertama atau menjadi kelompok terbaik. Anak-anak TK dan kelas 1 sampai 3 SD mengaji di Masjid setiap sore.

4. Keterampilan membuat makanan ringan

Ibu-ibu dari Kampung Bosscha berlatih membuat kripik, kue dan makanan ringan di Balai Desa sebagai usaha binaan. Kemauan belajar dan berusaha para ibu perlu mendapat perhatian dan dukungan.

Selain itu, secara mandiri para ibu belajar membuat kue dan makanan juga sering dilakukan diantara ibu-ibu.

5. Sepak bola

Hampir setiap sore, anak laki-laki berlatih sepak bola di lapangan tenis milik Observatorium Bosscha. Diantara mereka adalah siswa SD Pancasila yang terpilih menjadi pemain bola andalan dan sering bertanding di luar kota. Dalam pemilihan pemain sepak bola, terdapat pelajar SMA yang tinggal di Kampung Bosscha, terpilih sebagi pemain Persib Muda. Semboyan “dalam badan yang sehat terdapat jiwa yang kuat” diharapkan dapat menyemangati dan memudahkan mereka untuk terus belajar.

6. Lomba Menggambar Anak

Pada bulan Maret 2007 Observatorium Bosscha mengadakan “open house” yang diselenggarakan dalam rangka Dies Natalis ITB. Pada kesempatan tersebut warga Lembang


(46)

diundang untuk berkunjung dan diadakan perlombaan menggambar bagi siswa TK dan SD di Lembang.

Lomba menggambar di Kampung Bosscha tanggal 3 Juni 2007, khusus diadakan bagi anak-anak yang tinggal di RT 1-3, RW 10 Kampung Bosscha, untuk mengisi waktu senggang dan melatih kreativitas. Semangat berlomba dan daya juang anak, diharapkan dapat memicu anak untuk terus belajar dengan lebih baik.

7. Pembinaan minat baca

Kaum ibu diajak mengikuti perlombaan Merangkum buku, Mengarang kisah sejati dan Membaca puisi Sunda.

3.2.1.3 Pembinaan minat baca di kampung Bosscha

Derasnya informasi dari tayangan televisi, menyebabkan orang yang berada di pegunungan dapat mengetahui apa yang terjadi di pantai yang letaknya nun jauh di sana. Dari tayangan infotainment di televisi, orang dapat mengetahui permasalahan rumah tangga dan kekerasan domestik para selebritis. Tayangan film gaib pun marak menghiasi keseharian kita. Ibu, sebagai pendidik pertama untuk anak-anaknya hendaknya dapat memilah informasi apa yang perlu diketahui oleh anaknya. Mengutip ungkapan Tantowi Yahya, sebagai Duta Baca Indonesia “Ibuku adalah Perpustakaan Pertamaku”, penting kiranya menggalakkan program membaca pada Ibu sehingga mereka memiliki wawasan luas yang berguna untuk menciptakan generasi muda yang cerdas dan tangguh.


(47)

Dalam tugas sehari-hari merawat anak dan rumah tangga, hendaknya ibu meluangkan waktu untuk menambah pengetahuan dengan membaca. Anak akan senang dan merasa diperhatikan, jika dibacakan dongeng oleh ibunya. Anak bagaikan kertas putih, Ibu dan orang dewasalah yang mewarnai kehidupan mereka dan membentuk watak mereka.

Kegiatan lomba merangkum buku, mengarang pengalaman pribadi dan membaca puisi Sunda bagi ibu diharapkan menimbulkan dampak positif pada keluarga. Kegiatan ini dikemas dalam acara silaturahmi ibu-ibu RW 10 Kampung Bosscha Lembang yang diselenggarakan tanggal 5 Agustus 2007 di halaman Observatorium Bosscha. Diikuti oleh 28 orang ibu, terkumpul 11 rangkuman buku, 6 karangan pengalaman sejati dan ada 14 orang ibu yang mengikuti lomba membaca puisi Sunda (Lampiran 2 dan 3)

Dalam hal teknis perlombaan, tiap peserta mendapat buku tulis dan pulpen serta fotocopy buku yang akan dirangkum, sejak tanggal 16 Juli 2007. Adapun puisi diambil dari buku pelajaran sekolah, koran dan dari internet. Peserta berlatih membaca puisi dan menulis rangkuman buku di rumah masing-masing. Pedoman menulis rangkuman disedikan panitia atau dapat mencari sendiri (Lampiran 4). Rangkuman dan hasil karangan dikumpulkan tanggal 4 Juli 2007 untuk dinilai oleh 3 oarng Juri. Pembacaan puisi dan pengumuman dilaksanakan tanggal 5 Agustus 2007 dalam acara silaturahmi.

Terjadi pemandangan yang lain dari biasanya menjelang acara perlombaan. Ibu-ibu muda yang mengantar dan menunggui anaknya sekolah, selama kurang lebih dua minggu, tampak membawa kertas atau buku bacaan. Mereka menghapalkan puisi atau membaca buku untuk dirangkum. Jika kegiatan membaca ibu dapat menjadi kebiasaan, akan menularkan kebiasaan tersebut pada keluarga. Sebagai tindak lanjut dari lomba untuk para ibu ini, hasil


(48)

rangkuman buku akan dibagikan kepada semua peserta agar mereka dapat terus membaca dan berdiskusi di antara mereka.

Untuk menciptakan masyarakat gemar membaca dan belajar, kiranya perlu diadakan acara lain, misalnya lomba membaca dongeng atau lomba membuat cerita anak, dan lain-lain. Kursus memasak atau belajar bahasa Inggris bagi kaum ibu juga layak dipertimbangkan. Masyarakat harus belajar karena masa depan penuh dengan perubahan yang tak dapat dihindarkan. Tintin Sastraatmadja menyatakan “Dalam upaya menggapai masyarakat Information Literacy, dibutuhkan masyarakat (SDM) kreatif dan inovatif yang hanya dapat diperoleh melalui semangat untuk terus menerus mengikuti pendidikan seumur hidup (long life education) agar proses akumulasi iptek dapat meningkat secara berkelanjutan. Demikian pula belajar sepanjang hayat (long life learning), membaca sepanjang hayat (long life reading) dan long life writing perlu terus dikembangkan”. Perlu adanya pembinaan yang terus menerus agar masyarakat gemar belajar dan membaca.

3.3 Tata Cara Berkunjung

Observatorium Bosscha merupakan fasilitas penelitian dan pendidikan Astronomi di Institut Teknologi Bandung. Keberadaan dan fungsi observaorium tersebut dilindungi oleh Undang-Undang No. 5 Tahun 1992 dan Keputusan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor KM. 51/OT. 007/MKP/2004 yang menetapkan Observatorium Bosscha sebagai Benda Cagar Budaya Nasional. Walaupun demikian, Observatorium Bosscha terbuka dikunjungi, baik oleh pelajar, mahasiswa, maupun umum dengan beberapa ketentuan.


(49)

Karena banyaknya permintaan, maka bagi yang ingin berkunjung, sebaiknya mendaftarkan diri terlebih dahulu di alamaw dan terlfon yang telah ditentukan dari pihak observatorium.

Ketentuan umum:

 Permohonan kunjungan sebaiknya disampaikan 30 hari sebelumnya

 Untuk rombongan dengan jumlah banyak, pihak observatorium akan mengatur sesuai dengan kapasitas penerimaan

 Observatorium tidak menerima kunjungan pada:

 Hari minggu dan hari libur nasional

 Hari senin karena digunakan untuk perawatan teknis teropong dan instrumentasi

 Seminggu sebelum dan sesudah Hari Raya Idul Fitri  Tanggal 30 Desemer-5 Januari tahun berikutnya.

 Permintaan kunjungan malam secara khusus dapat diajukan, namun pelayanan hanya diberikan jikasituasi memungkinkan.

Dalam hal terdapat fenomena atau altivitas astronomi (astrocamp, fenomena langit tertentu, dan lain-lain), observatorium membuka kunjungan malam yang diumumkan melalui website.

 Pengunjung harus menjaga kebersihan, keasrian, dan ketertiban lingkungan observatorium.


(50)

 Tidak datang terlambat sesuai waktu yang ditentukan. Keterlambatan bias mengakibatkan pembatalan kunjungan.


(51)

BAB 1V

DAYA TARIK OBSERVATORIUM BOSSCHA SEBAGAI SARANA EDUVACATION UNTUK ANAK

4.1 Daya tarik Bosscha

4.1.1 Bangunan Bosscha

Bangunan bersejarah ini memiliki bentuk bangunan unik dan estetik. Sebelum observatorium bintang ini dibangun, Profesor Ir. C. P. Wolff Schoemaker sebagai arsitek perancang bangunan ini dan bangunan-bangunan bersejarah lainnya sangat memperhatikan cuaca, lingkungan, fungsi dari bangunan yang akan direncanakan sebelum menuangkannya ke dalam kertas gambar.

Bangunan ini terletak 15 km dari pusat kota Bandung, tepatnya ada di Lembang, Jawa Barat dengan koordinat geografis 107° 36' Bujur Timur dan 6° 49' Lintang Selatan. Tempat ini berdiri di atas tanah seluas 6 hektar, dan berada pada ketinggian 1310 meter di atas permukaan laut atau pada ketinggian 630 m dari plato Bandung. Observatorium ini mempunyai luas 225 meter persegi, dengan ketinggian 15 meter dari permukaan tanah , serta memiliki lebar bangunan sebesar 15 meter. Observatorium Bosscha memiliki 5 (lima) teropong lama yang masih fungsional, yaitu Teleskop Refraktor Ganda Zeiss, Teleskop Schmidt Bima Sakti, Teleskop Refraktor Bamberg, Teleskop Cassegrain GOTO, dan Teleskop Refraktor Unitron.


(52)

Lantai bangunan ini mempunyai berat sebesar 12 ton dan dapat di atur ketinggiannya dengan menggunakan motor listrik yang terletak di bawah lantai tersebut. Pada bagian bawah lantai terdapat 3 tiang yang masing-masing memiliki satu bandul untuk meringankan beban lantai ketika digerakan dengan motor listrik. Hal lain yang menarik perhatian penulis, yaitu gerak teleskop diatur dengan bandul mekanik yang membawa energi potensial. Konsep ini menarik karena untuk menggerakan teleskop tidak perlu menggunakan daya listrik. Perencanaan bangunan yang diatur sedemikian rupa agar terwujudnya suatu bangunan yang secara maksimal dapat memenuhi tujuan perancangan bangunan tersebut amat dipikirkan oleh sang arsitektur.

Bentuk bangunan ini sangat unik, karena merupakan satu-satunya bangunan art deco yang memiliki bentuk seperti ini, beratapkan kubah dan dinding yang membentuk lingkaran. Untuk menghasilkan rancangan dengan bentuk geometri seperti ini, memerlukan pertimbangan lebih karena bangunan ini dimaksudkan untuk peneropongan bintang, maka dipilihnya bentuk ini agar secara maksimal dapat mewakili fungsi utamannya. Prof. Ir. C.P. Wolff Schoemaker sebagai arsitek bangunan ini memperlihatkan bahwa ia mengolah bentuk geometri ini dengan maksud agar sinar matahari yang jatuh pada bangunan terlihat estetis melalui kolom-kolom yang menojol di bagian bawahnnya, serta elemen-elemen garis pada landasan kubah.

Atap berbentuk kubah merupakan salah satu hal yang paling menarik dari bangunan ini. Kubah yang dapat berputar ini di desain sedemikian rupa, agar kita dapat melihat bintang melalui teropong ke segala penjuru arah, karena itu dipilih bentuk kubah yang merupakan bentuk geometri yang fleksibel, sehingga fungsi utama didirikannya bangunan ini dapat dimaksimalkan. Atap ini dapat dibuka di bagian teropong Zeiss berada, celah tersebut telah


(53)

diperhitungkan ukurannya, sehingga tidak menghalangi proses peneropongan. Motor listrik untuk memutar kubah dan menaik-turunkan lantai sudah ada sejak awal bangunan ini di desain, sedangkan untuk membuka atap tersebut saat ini tidak menggunakan sistem manual lagi, tetapi telah diperbaharui dengan menggunakan tombol otomatis yang dihubungkan dengan komputer.

Letak bangunan ini berdasarkan hasil penelian geologi, dimana bangunan berdiri di atas batuan vulkanik yang stabil dan aman, karena bangunan ini harus tahan gempa dan tidak boleh bergerak atau mengalami penurunan (settlement), terutama mengingat keberadaan lensa dari teleskop-teleskop di dalam bangunan ini yang posisinya tidak boleh berubah. Peletakan bangunan ini sangat penting, agar terwujudnya bangunan yang dapat bertahan lama dan tetap memiliki kualitas baik dari segi bentuk maupun fungsinya.

Berdasarkan hasil pembahasan berbagai aspek tentang bangunan bersejarah observatorium Bosscha yang diuraikan di atas, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu:

1. Bangunan observatorium Bosscha ini dapat digolongkan sebagai bangunan bergaya art deco, karena seperti yang penulis bahas dalam analisa bahwa bangunan ini memiliki ciri khas art deco. Disamping itu bangunan ini mempunyai nilai keunikan yang berbeda dari bangunan lainnya, karena bentuk dari gaya art deco pada umumnya kubus. Kesimpulan bahwa gaya bangunan ini ialah art deco diperkuat oleh arsitek dari bangunan ini yaitu Prof. Ir. C.P. Wolff Schoemaker yang merancang bangunan-bangunan bersejarah dengan gaya art deco yang digabungkan dengan gaya tradisional Indonesia.


(54)

2. Peletakan bangunan Bosscha ini tidak dapat berdiri disembarang tempat, karena sebelumnya harus diteliti aspek geologinya apakah tanah dasar atau tempat tersebut cukup stabil dan aman, terutama harus diperhitungkan secara matang tentang besarnya daya dukung tanah dasar serta faktor keamanannya, agar bangunan tersebut tetap stabil dan tidak mengalami penurunan (settlement) dan tahan gempa.

4.1.2 Kelengkapan peralatan

Observatorium Bosscha memiliki 5 (lima) teropong lama yang masih fungsional, yaitu Teleskop Refraktor Ganda Zeiss, Teleskop Schmidt Bima Sakti, Teleskop Refraktor Bamberg, Teleskop Cassegrain GOTO, dan Teleskop Refraktor Unitron.

Selain 5 teleskop yang sudah ada dari tempo dulu, Bosscha juga menempatkan satu teropong baru yang bisa dioperasikan melalui internet, teropong ini tepatnya terletak pada sebelah timur bangunan utama Bosscha. Observatorium Bosscha juga selalu mengembangkan teknologi teropongnya dengan mengganti lensa teropong yang lebih canggih seiring dengan perkembangan zaman, tetapi bangunan bosscha sendiri tidak pernah mengalami renovasi, yang hanya dilakukan ialah perawatan bangunan.

Bangunan Observatium Bosscha ini memiliki bentuk atap kubah yang fungsional sekaligus estetik, atap ini selain dapat berputar dengan sistem rail dan sistem motor listrik sebesar 360 derajat ke seluruh arah dan dapat terbuka pada posisi searah dengan letak teleskop Refraktor Ganda Zeiss dengan menggunakan tombol yang dihubungkan dengan komputer.


(55)

1. Teropong Refraktor Ganda Zeiss

Bangunan utama dengan ciri khas kubah putih merupakan tempat di mana terdapat teleskop Zeiss. Teleskop ini mempunyai titik api paling panjang di antara teleskop lainnya, sehingga mampu mengamatu obyek langit secara lebih detail. Dengan panjang tabung sekitar 11 meter dan diameter sekitar 150 cm, teleskop ini dilengkapi dengan tiga lensa obyektif. Dua di antaranya berdiameter 60 cm untuk teropong visual dan teropong fotografis, dan sebuah lagi berdiameter 40 cm. berat ketiga teropong yang berada dalam satu tabung tersebut sekitar 17 ton.

Untuk memudahkan pengamatan benda langit, lantai teleskop bias dinaik-turunkan sesuai kebutuhan, dengan menggunakan daya listrik 10.000 watt. Bila benda langit rendah, lantai teropong dinaikkan. Sebaliknya jika benda langit yang akan diamati tinggi, lantai teropong diturunkan. Di dalam ruang inijuga terdapat jam bintang local yang digunakan secara praktis untuk mengamati bintang. Terutama dalam mengarahkan posisi bintang di barat atau timur meridian teropong Zeiss.

Bentuk teropong Zeiss yang besar dan berada di dalam bangunan berkubah, membuat teropong tersebut paling banyak dinimati. Tetapi, pengunjung tersebut hanya bias melihat sosok dan kerjanya secara umum. Penggunaan teropong ini diprioritaskan untuk pendidikan mahasiswa dan pengamatan dalam penelitian astronomi.

2. Teleskop Schmidt Bima Sakti

Teleskop Bima Sakti diinstalasi pada tahun 1960 dan merupakan sumbangan dari UNESCO kepada Observatorium Bosscha. Teleskop jenis ini termasuk jarang di dunia.


(56)

Teleskop Schmidt Bima Sakti mempunyai sistem optik Schmidt sehingga sering disebut Kamera Schmidt. Teropong ini mempunyai diameter lensa koreksi 51 cm, diameter cermin 71 cm, dan panjang fokus 127 cm. Perbandingan antara panjang fokus terhadap diameter lensa koreksi atau dikenal dengan f-ratio relatif paling kecil di antara teleskop-teleskop besar di Observatorium Bosscha. Angka ini besarnya 2,5, sehingga memang mirip dengan f-ratio kamera biasa. Karena itu, teropong Bima Sakti ini juga dinamakan kamera langit cepat, sedangkan refraktor ganda Zeiss merupakan kamera yang lambat. Artinya, perlu waktu yang lebih lama untuk memotret obyek yang sama apabila menggunakan refraktor Zeiss.

Teleskop ini memiliki medan pandang yang luas, kira-kira 5 x 5 derajat persegi, sehingga teropong sangat baik untuk keperluan survey. Teropong ini digunakan untuk pengamatan obyek langit dari panjang gelombang biru sampai inframerah dekat, dan juga dilengkapi dengan prisma obyektif dan prisma Racine. Teropong ini sangat peka sehingga sangat mudah terganggu oleh polusi cahaya.

Teropong ini digunakan untuk pengamatan bintang emisi garis hidrogen, bintang-bintang kelas M, serta bintang-bintang-bintang-bintang Wolf-Rayet.

3. Teleskop Refraktor Bamberg

Teropong Bamberg juga termasuk jenis refraktor yang ada di Observatorium Bosscha, dengan diameter lensa 37 cm dan panjang fokus 7 m. Teropong ini berada pada sebuah gedung beratap setengah silinder dengan atap geser yang dapat bergerak maju-mundur untuk membuka atau menutup. Karena konstruksi bangunan, jangkauan teleskop ini


(57)

hanya terbatas untuk pengamatan benda langit dengan jarak zenit 60 derajat, atau untuk benda langit yang lebih tinggi dari 30 derajat dan azimut dalam sektor Timur-Selatan-Barat. Untuk obyek langit yang berada di langit utara atau azimut sektor Timur-Utara-Barat praktis tak dapat dijangkau oleh teleskop ini. Teleskop ini selesai diinstalasi awal tahun 1929 dan digerakkan dengan sistem bandul gravitasi, yang secara otomatis mengatur kecepatan teleskop bergerak ke arah barat mengikuti bintang yang ada di medan teleskop sesuai dengan kecepatan rotasi bumi. Teleskop ini juga telah dilengkapi dengan detektor moderen, menggunakan kamera CCD.

Teropong Bamberg digunakan untuk pengamatan kurva cahaya bintang-bintang variabel, serta fotometri gerhana bintang, misalnya pengamatan kurva cahaya bintang ganda delta-Capricorni. Teropong ini juga digunakan untuk pengamatan matahari dan permukaan bulan. Teropong Bamberg juga sering digunakan untuk pendidikan publik, misalnya pada Malam Umum, untuk melihat kawah bulan, bintang ganda visual, gugus bintang, planet-planet, dan benda langit lainnya secara langsung melalui okuler teropong.

4. Teleskop Cassegrain GOTO

Teleskop Goto berjenis reflektor yaitu menggunakan cermin sebagai pengumpul cahaya. Tepatnya, teropong ini berjenis reflektor Cassegrain dengan diameter cermin utama 45 cm. Cermin utama yang berbentuk parabola memiliki panjang fokus 1,8 m dan cermin sekunder yang berbentuk hiperbola memiliki panjang fokus 5,4 m. Teleskop ini merupakan bantuan dari kementrian luar negeri Jepang melalui program ODA (Overseas Development Agency), Ministry of Foreign Affairs, pada tahun 1989.


(58)

Teleskop ini merupakan teleskop pertama di Observatorium Bosscha yang sepenuhnya digerakkan dengan kontrol komputer dan telah dilengkapi dengan kamera CCD dan instrumen lain. Sistem kontrol teleskop ini pernah mengalami kerusakan dan kini telah sepenuhnya diganti dengan sistem kontrol yang compatible dengan PC biasa.

Teleskop ini digunakan terutama untuk pengamatan bintang-bintang variabel, pengamatan kurva cahaya planet luar-surya, pengamatan asteroid, spektroskopi bintang, dan pencitraaan planet.

5. Teleskop Refraktor Unitron

Teleskop Unitron adalah teropong refraktor dengan lensa obyektif berdiameter 102 mm dan panjang fokus 1500 mm. Teropong ini diinstalasi pada mounting Zeiss yang masih asli dengan sistem penggerak bandul gravitasi, sama seperti pada teropong Bamberg. Dari segi ukuran, teropong ini baik untuk pengamatan matahari maupun bulan, dan banyak digunakan untuk praktikum mahasiswa. Dengan ukuran yang kecil dan ringan, teropong ini mudah dibawa dan telah beberapa kali digunakan dalam ekspedisi pengamatan gerhana matahari total, misalnya tahun 1983 di Cepu, Jawa Tengah, dan tahun 1995 di Sangihe Talaud, Sulawesi Utara.

Teleskop ini juga digunakan untuk publik pada acara Malam Umum, untuk mengamati bintang ganda visual, planet-planet, serta obyek-obyek yang menarik yang dapat dilihat pada saat pengamatan.


(59)

Pada dasarnya anak-anak memiliki keingintahuan yang tinggi dan minat terhadap astronomi. Tetapi terkadang anak-anak jenuh dalam mempelajarinya dikarenakan teori yang cukup rumit tanpa bisa melihat secara nyata. Sampai sekarang, keberadaannya tak dirancang sebagai tempat rekreasi. Namun melalui perjanjian, kita dan anak-anak bisa masuk ke dalam observatorium ini untuk menikmati wisata ilmiah astronomi.

Selain digunakan untuk penelitian serta pengembangan keilmuan astronomi, Observatorium Bosscha juga digunakan sebagai sarana pendidikan publik di bidang astronomi. Makanya, tempat ini terbuka bagi siapa saja. Dari situ diharapkan akan makin banyak orang Indonesia, khususnya generasi penerus, yang tertarik menggeluti dunia astronomi. Untuk melayani pengunjung awam, Bosscha menyediakan penerangan mengenai ilmu astronomi secara global. Penjelasannya dibantu dengan slide show dan alat-alat peraga agar mudah ditangkap. Dengan begitu, pengunjung bisa mendapat gambaran mengenai gugusan bintang, rasi bintang, tata surya, hingga galaksi di jagat raya dan pergerakan-pergerakan anggota tata surya serta bintang-bintang secara secerhana. Selanjutnya,pengunjung diajak mengenal astronomi secara langsung dengan menggunakan teropong. Agar minat anak-anak terhadap astronomi lebih meningkat, Observatorium Bosscha tidak hanya menerima kunjungan pelajar tingkat dasar atau menengah saja, tetapi juga kunjungan anak TK. Sudah tentu pendampingan dan penjelasan kepada mereka tidak sama dengan yang dilakukan terhadap pengujung dewasa atau remaja. Taraf pengetahuan mereka masih sangat terbatas, apalagi soal imu astronomi. Karena itu, pendamping yang menemani anak-anak dipilih yang bisa dekat dengan mereka agar seluruh informasi bisa diberikan secara efektif dan mengena. Caranya, penjelasan dijabarkan secara sederhana dan benar-benar konkret, hingga bisa ditangkap nalar anak. Misal, Bintang terang karena


(60)

mempunyai atau mengeluarkan cahaya sendiri seperti matahari. Bulan tampak bercahaya karena dia memantulkan cahaya dari matahari.

Sudah menjadi sifat dasar anak-anak yang menyukai sesuatu yang menyenangkan seperti bermain, berwisata dan sebagainya. Sebagai contoh, anak-anak akan dengan mudah menghafal nama-nama binatang dengan berkunjung ke kebun binatang. Atau anak-anak akan lebih tertarik mengenal tentang sejarah jika dibawa mengunjungi museum. Begitu juga dalam mengenalkan astronomi kepada anak. Salah satu alternatif adalah dengan mengikuti kegiatan AstroCamp di Observatorium Bosscha.

Dalam AstroCamp, kita bisa merasakan sebagian kehidupan seorang astronom. Ada berbagai kegiatan dalam acara AstroCamp. Siang hari kita mengisi waktu dengan mempelajari berbagai benda-benda langit dan mengamati Matahari dengan perlengkapan dan teleskop yang aman. Sedangkan malam hari diisi dengan kegiatan membaca peta langit, pengamatan Bulan, planet, bintang, gugus bintang, nebula, dll. Semua kegiatan-kegiatan itu diselingi dengan berbagai permainan atau eksperimen ilmiah. Semuanya ini dirancang supaya peserta dapat bermain dan belajar dalam suasana yang santai.

AstroCamp diselenggarakan oleh Obs. Bosscha setiap tahun, pada musim liburan sekolah. Kegiatan ini sudah dimuali semenjak tahun 2002. Untuk tahun ini, AstroCamp dilaksanakan 4 kali pada hari Sabtu-Minggu tanggal 9-10 Juni, 16-17 Juni, 7-8 Juli, dan 14-15 Juli. Saat tulisan ini dibuat, telah dilaksanakan 2 sesi AstroCamp untuk tahun ini. AstroCamp diikuti oleh anak-anak SD kelas 4 sampai siswa SMA. Tapi ada juga mahasiswa dan orang tua yang mendampingi anak dan terdaftar sebagai peserta. Berikut adalah pengalaman penulis ketika mengikuti AstroCamp tanggal 16-17 Juni lalu.


(61)

Acara AstroCamp dimulai Sabtu siang. Mulai sekitar pukul 11, pendaftaran ulang dibuka. Sambil menunggu acara yang akan dimulai jam 1 siang, peserta bisa mengamati Matahari menggunakan salah satu teleskop yang ada di Obs. Bosscha. Objek yang menarik diamati adalah prominensa di pinggiran piringan Matahari. Kita bisa melihat lidah api yang menjulang semakin tinggi. Melalui telekop, kita bisa melihat bagaimana lidah api itu tumbuh semakin tinggi dan semakin besar. Meski kelihatan kecil relatif terhadap ukuran piringan Matahari, tapi pada kenyataannya, lidah-lidah api itu setinggi ratusan ribu bahkan jutaan kilometer.

Setelah acara pembukaan, peserta diajak mempelajari berbagai hal dalam astronomi. Tentang sejarah astronomi, pengamatan, berbagai objek-objek astronomi, dll. Pemberi materi adalah para astronom dari Obs. Bosscha dan Program Studi Astronomi ITB. Ini kesempatan menarik, karena peserta berkesempatan berdiskusi dengan astronom secara langsung. Acara dilanjutkan dengan pengamatan Matahari dengan teleskop lain, dan beberapa eksperimen sains. Lalu kembali diisi dengan materi astronomi di kelas. Setelah itu, peserta diajak berkeliling mengenal berbagai fasilitas pengamatan astronomi di Obs. Bosscha. Dalam kegiatan ini, peserta bisa mengenal lebih dekat Obs. Bosscha dan permasalahannya, dan mengunjungi teleskop-teleskop yang tersebar dalam kompleks Obs. Bosscha ini. Menjelang malam, kegiatan dihentikan sesaat untuk istirahat, shalah Magrib & Isya bagi yang muslim, dan kemudian dilanjutkan dengan makan malam. Setelah itu, semuanya kembali ke kelas untuk persiapan pengamatan malam.

Mulai sekitar pukul delapan malam, peserta diajak bersiap-siap di teleskop di sekitar lokasi perkemahan. Sambil mengamat langit, peserta diajak berdiskusi tentang berbagai hal


(62)

dalam astronomi. Para pendamping juga mengajarkan bagaimana cara membaca planisfer (peta langit), yang diperoleh tiap peserta saat pendaftaran ulang. Dalam kegiatan AstroCamp yang diikuti penulis ini, peserta dibagi menjadi tiga kelompok. Dan pada tiap kelompok, ditugaskan seorang pendamping yang akan memandu anggota kelompoknya mengikuti acara AstroCamp ini. Mereka adalah mahasiswa-mahasiswi Astronomi ITB. Mereka ini juga yang mengajarkan peserta cara membaca planisfer, mengenal rasi-rasi di langit, meneropong planet Jupiter dan mengenali satelit-satelitnya, dll. Sayangnya pada acara AstroCamp kali ini, bulan sudah terbenam saat menjelang malam, sehingga tidak bisa diamati. Acara pada malam hari ini selain diisi dengan pengamatan, juga diselingi dengan berbagai permainan.

Menjelang tengah malam, peserta diajak istirahat sejenak, dan menikmati sarapan tengah malam. Sarapan tengah malam (midnight breakfast) ini adalah istilah yang biasa digunakan para astronom untuk kegiatan mengisi perut ditengah sesi pengamatan malam hari. Sarapan tengah malam ini biasa dilakukan supaya perut tidak kembung saat begadang semalaman. Untuk sarapan tengah malam saat itu, disediakan jagung bakar, mie instant, susu, teh, dan kopi bagi mereka yang sudah dewasa. Setelah lewat tengah malam, pengamatan kembali dilanjutkan. Tapi bagi mereka yang kelelahan dan mulai mengantuk, bisa langsung menuju ke kemah yang sudah disediakan. Sedangkan bagi mereka yang masih kuat, pengamatan terus dilanjutkan sampai subuh.

Bagi yang mengamat sampai subuh ini, mereka mendapatkan kesempatan mengamati planet Mars dan galaksi Andromeda. Pagi hari, sarapan bubur ayam telah disediakan. Sekitar pukul 6, semua peserta dan panitia baik yang sempat tidur maupun yang begadang semalaman, berkumpul untuk saran pagi. Dan setelah semuanya selesai sarapan, acara


(63)

ditutup dengan pembagian sertifikat dan foto bersama. Kepada semua peserta, dibagikan juga CD yang berisi foto-foto dokumentasi kegiatan acara, dan foto / video klip benda langit yang dibuat selama acara berlangsung. Bagi mereka yang menaruh minat besar pada astronomi, tentu menarik sekali untuk mengikuti acara seperti AstroCamp ini. Dan tentu saja kegiatan seperti ini akan sangat disenangi oleh anak sehingga bagi mereka belajar astronomi tidak sesulit dan membosankan seperti yang mereka bayangkan.

4.3 Peranan pemerintah dalam pemeliharaan Observatorium Bosscha

Peminat astronomi di Indonesia tergolong cukup tinggi meski tidak seluruhnya mau mempelajari lebih dalam. Buktinya, pada saat peristiwa gerhana matahari beberapa hari lalu, ratusan orang sengaja mendatangi Observatorium Bosscha di Kec. Lembang Kab. Bandung Barat Hanya, perkembangan peneropongan bintang ini masih terbuang stagnan. Padahal, sebagai satu-satunya peneropongan bintang di Indonesia, seharusnya bisa mendapat respons perhatian yang besar dari pemerintah. Tak hanya untuk penelitian, observatorium juga bisa mengedukasi masyarakat secara sederhana mengenai aktivitas luar angkasa.

Menurut Koordinator Pengabdian Masyarakat Observatorium Bosscha Chatief Kunjaya, dahulu observatorium Bosscha terbilang paling baik di dunia. Hanya, dalam perkembangannya Bosscha lebih lambat dibanding observatorium di negara lain.Salah satu penyebabnya yaitu fasilitas di Bosscha belum dikembangkan secara optimal dan juga gangguan dari lingkungan sekitar, termasuk perilaku masyarakat Menurut Chatief, jika saja perhatian dari pemerintah konsisten, Bosscha pasti bisa berkembang dengan pesat "Di negara mana pun di dunia, peran pemerintah sangat sentral dalam perkembangan astronomi,"


(1)

Nusa Tenggara Timur dinyatakan paling ideal untuk pengembangan astronomi karena kondisi cuacanya paling baik dibanding wilayah lainnya.


(2)

BAB V

PENUTUP

Eduvacation itu sendiri diambil dari kata Edu yang berasal dari kata Education yang berarti pelajaran dan Vacation yang berarti liburan. Maka dari itu pengertian Eduvacation ialah liburan sambil belajar yang pada saat ini menjadi alternative sistem pembelajaran yang cukup ampuh untuk anak. Di sinilah pentingnya mendidik anak dengan cara menyenangkan, menghibur, dan langsung berinteraksi dengan objek pelajaran.

Salah satu sarana yang menarik untuk dijadikan tujuan eduvacation adalah Observatorium Bosscha. Observatorium ini terletak sekitar 15 kilometer dari kota Bandung. Kondisi lingkungan kota tersebut dan juga kota Lembang sangat mempengaruhi kinerja observatorium. Di tempat ini anak dapat mempelajari ilmu astronomi tanpa merasa jenuh ataupun bosan karena dapat melihat objek yang dipeklajari secara langsung dan dengan metode yang menarik. Observatorium Bosscha memiliki 5 (lima) teropong lama yang masih fungsional, yaitu Teleskop Refraktor Ganda Zeiss, Teleskop Schmidt Bima Sakti, Teleskop Refraktor Bamberg, Teleskop Cassegrain GOTO, dan Teleskop Refraktor Unitron.

Dahulu Observatorium Bosscha terbilang paling baik di dunia. Hanya dalam perkembangannya Bosscha lebih lambat dibanding observatorium di negara lain. Salah satu penyebabnya yaitu fasilitas di Bosscha belum dikembangkan. Padahal minat astronomi di Indonesia cukup banyak terutama pada anak-anak. Jadi sebaiknya pemerintah bisa


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Bakti, A.Ali. Eduvacation. Bandung: Khazanah Intelektual. 2010.

Damardjati, R.S. Istilah-istilah Dunia Pariwisata. Jakarta: Gramedia Pustaka Umum. 1995. Hidayat, B. Under A Tropical Sky: A History Of Astronomi in Indonesia. Journal of

Astronomical History and Heritage. 2000.

Karyono, A. Hari. Kepariwisataan. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia. 2004

Kusumayadi, Endar Sugiarto. Metode Penelitian Dalam Bidang Kepariwisataan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 2000.

Marpaung, Happy. Pengetahuan Kepariwisataan. Bandung: Alfabeta. 2002. McCain, C. Astronomy in Indonesia. Southern Sky. 1995.

Pitana, I Gede dan I Ketut Surya Diarta. Pengantar Ilmu pariwisata. Yogyakarta: Penerbit Andi. 2009.

Ross, F, Glen. The psychology of Tourism. Hospitality Press, Melbourne. 1994. Suganda, Her. Wisata Parijs Van Java. Bandung: Penerbit Buku Kompas. 2011. Yoety, Oka, A. Pengantar Ilmu Pariwisata. Angkasa. Bandung. 1996.

Pikiran Rakyat Online www. bosscha.itb.ac.id 


(4)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Vachriza Risti

Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 29 November 1989 Jenis Kelamin : perempuan

Agama : Islam

Warga Negara : Indonesia

Status : Belum Menikah

Alamat : Jl. Patriot Baru 1 no. 8 Medan No. Telepon : 081260411129

JENJANG PENDIDIKAN

1. SD Swasta Mardi Lestari Medan (1995-2001)

2. SMP Negeri 19 Medan (2001-2004)

3. SMA Swasta Plus Muhammadiyah Medan (2004-2007)


(5)

  Teropong Bamberg

Teropong Bima Sakti

Teropong GOTO

Teropong Ganda Zeiss


(6)