Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Zakat sebagai salah satu Rukun Islam yang asasi merupakan media yang tepat untuk menghubungkan antara yang kaya dan miskin, sekaligus berfungsi untuk membina ukhuwah islamiyah. Karena pada dasarnya prinsip zakat adalah harta yang mampu dibagikan kepada mustahik dan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan agama. 1 Pertumbuhan ekonomi suatu bangsa memerlukan pola pengaturan pengolahan sumber-sumber ekonomi yang tersedia secara terarah dan terpadu serta dimanfaatkan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Lembaga-lembaga perekonomian bahu- membahu mengelola dan menggerakan semua potensi ekonomi agar berdaya dan berhasil guna secara optimal. 2 Ilmu ekonomi lahir bertujuan untuk membantu manusia dalam pemenuhan kebutuhannya. Dalam ilmu ekonomi dipelajari pemanfaatan suatu benda secara efektif dan efisien. Bidang keilmuan yang memperoleh pembaharuan secara memadai salah satunya adalah ekonomi yang kelak popular dengan nama ekonomi Islam. Menurut MA. Mannan “Ekonomi Islam adalah pengetahuan dan penerapan perintah- perintah Injunctions dan tata cara rules yang diterapkan oleh syariah yang 1 Abdullah Zaky Al-kaaf, Ekonomi Dalam Persfektif Islam, Bandung: Pustaka Setia, 2002 cet, 1 h. 132 2 Muchdarsyah Sinungan, Manajemen Dana Bank, Jakarta, Bumu Aksara, 2002, h. 1 2 mencegah ketidakadilan dalam penggalian dan penggunaan sumber daya material guna memenuhi kebutuhan manusia yang memungkinkan mereka melaksanakan kewajibannya kepada Allah dan masyarakat”. 3 Sedangkan menurut A.M. Al-Assal ekonomi islam adalah cara bagaimana mengatur kehidupan perekonomian secara islami dan mempunyai prinsip saling menguntungkan, sebagaimana para ahli mendefinisikan “Ekonomi Islam merupakan sekumpulan dasar-dasar umum ekonomi yang disimpulkan dari al-qur’an dan as- sunnah dan merupakan bangunan perekonomian yang didirikan diatas landasan dasar- dasar keimanan dan moral sesuai dengan kondisi lingkunan dan masa”. 4 Secara terperinci, tujuan ekonomi islam dapat dijelaskan sebagai berikut: pertama, kesejahteraan ekonomi adalah tujuan ekonomi yang terpenting. Kesejahteraan ini mencangkup kesejahteraan individu, masyarakat dan negara. Kedua, tercukupinya kebutuhan dasar manusia, meliputi makan, minum, pakaian, tempat tinggal, kesehatan, pendidikan, keamanan serta sistem negara yang menjamin terlaksananya kecukupan kebutuhan dasar secara adil. Ketiga, penggunaan sumber daya secara optimal, efisien, efektif, hemat dan tidak mubazir. 5 3 M. abdul Mannan. Ekonomi Islam : Teori dan Praktek, Yogyakarta, PT. Dana Bakti Wakaf, 1995 4 Ahmad Muhammad Al-Assal, Al-Nizam Al-Iqtisad fil al-islam. Mabaadi’uhu wa ahdafuhu, System Ekonomi Islam, Prinsip dan Tujuannya , terj.H.Abu Ahmadi dkk.,PT. Bina Ilmu Surabaya, 1980,h.11 5 Anas Zarqa, Islamic Economics: An Approacch to Human Welfare, dalam aidit Ghazali dan Syed Omar dalam httpnurkholis77.staff.uii.ac.idkorupsi-dan aibatnyaanalisis-perspektif-ekonomi- islam di akses pada 7 November 20010 3 Potensi potensi dasar yang dianugrahkan Allah kepada ummat Islam belum dikembangkan secara optimal. Padahal ummat Islam memiliki banyak intelektual dan ulama, disamping potensi sumber daya manusia dan ekonomi yang melimpah. Jika seluruh potensi itu dikembangkan secara seksama, dirangkai dengan potensi aqidah islamiyah tauhid, tentu akan diperoleh hasil yang optimal. Pada saat yang sama, jika kemandirian, kesadaran beragama dan ukhuwah Islamiyah kaum muslimin juga makin meningkat maka pintu-pintu kemungkaran akibat kesulitan ekonomi akan makin dapat dipersempit. 6 Al-Qur’an memberikan petunjuk dengan jelas dalam hal zakat, ia mendorong untuk berlomba-lomba mengerjakan amal sholeh serta menunaikan zakat. Sering kali seseorang memiliki keahlian untuk melakukan produksi namun terkendala di modal, untukl itu diperlukan lembaga keuangan yang bersedia memberikan pinjaman untuk modal usaha. Pengusaha-pengusaha yang dimiliki perusahaan yang sudah besar sangat mudah memperoleh bantuan dana dari bank, namun bagi pengusaha kecil terutama bagi kaum dhuafa yang bergerak di UMKM, memerlukan dana untuk modal sangat sulit. Kemampuan wirausaha sangat tingi, namun tidak diiringi dengan cukupnya modal dapat menghalangi seseorang berwirausahawan untuk menjalankan usahanya. Sangat disayangkan apabila hal tersebut sampai terjadi, karena lapangan pekerjaan yang seharusnya terbuka menjadi tertutup karena usaha yang tidak berjalan lagi. 6 Dompet Dhuafa Republika, Panduan Zakat Praktis, 2010 4 Aspek sosial islam ini hingga 15 abad dalam pengelolaannya sudah mengalami perubahan. Asalnya hanya sekedar bagi-bagi habis, kini melalui program pemberdayan ekonomi melalui UMKM mampu memandirikan sekaligus menjadikan mereka tidak tergantung dengan pemberian. Ini memang tujuan dari zakat, yaitu membersihkan rohani dan memberdayakan umat islam. 7 Secara hakiki yang paling berkepentingan untuk membayar zakat dan atau memberi infaksedekah adalah si pembayar zakat atau pemberi infak atau sedekah itu sendiri, yaitu para muzaki, munfik, dan musadik dalam menjalankan perintah Allah SWT demi kebaikan di dunia dan akhirat. 8 Dengan demikian mayoritas penduduk Indonesia secara ideal bisa terlibat dalam mekanisme pegelolaan zakat. Apabila ini terbiasa terlaksana dalam aktifitas sehari-hari umat Islam, maka secara hipotik zakat berpotensi mempengaruhi aktifitas ekonomi secara nasional, termasuk didalamnya adalah penguatan pemberdayaan ekonomi nasional. 9 Program gerakan Zakat Untuk Bangsaku misalnya bisa dilakukan pemerintah untuk memicu semangat dan kesadaran masyarakat. Program itu tentunya disertai dengan penyuluhan ke masyarakat dan komunikasi yang efektif lewat media massa. Dengan gencarnya iklan di media massa tentang pentingnya arti zakat untuk 7 Eri Sudewo. Praktisi Zakat dan Entrepreneur, Wawancara Majalah Swadaya 8 Diakses pada 12 oktober 2010 dari http:www.bazisdki.go.idpanduanzakat158-hakekat- pembayaran-zis 9 H. M. Djamal Doa. Membangun Ekonomi Ummat Melalui Pengelolaan Zakat Harta, Jakarta: Nuansa Madani, 2002, cet.1, h.3 5 membantu sesama pastinya akan menggugah para muzakki. Selain itu fatwa Majlis Ulama Indonesia tentang kewajiban berzakat melalui Lembaga-lembaga Zakat dinilai juga cukup efektif untuk bisa menyadarkan ummat. Dalam menyalurkan dana zakat produktif bagi para kaum dhuafa untuk UMKM diperlukan strategi yang tepat agar DDR dapat menyalurkan dana tersebut pada usaha yang tepat dan mendapatkan keuntungan dari hasil kerjasama yang dilakukan. Perkembangan yang terjadi menunjukan bahwa DDR memiliki strategi dalam melakukan aktifitasnya, dan telah menjalankan fungsinya untuk mengembangkan UMKM kaum dhuafa. Maka LAZ Dompet Dhuafa Republika adalah sebuah lembaga solusi dalam penanggulangan kemiskinan dengan cara mengoptimalkan pengumpulan dan pendayagunaan zakat, infak dan shadaqah dengan cara memberikan pembiayaan bagi kaum dhuafa untuk pemberdayaan UMKM. Terdorong dari pemikiran inilah, penulis mencoba untuk menyusun sebuah tulisan dalam bentuk skripsi dengan judul “ STRATEGI PENYALURAN ZAKAT DOMPET DHUAFA REPUBLIKA DALAM MENINGKATKAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH UMKM KAUM DHUAFA“

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah