Urgensi Pengelolaan Zakat Lembaga Pengelolaan Zakat

30

C. Lembaga Pengelolaan Zakat

1. Urgensi Pengelolaan Zakat

Amil zakat ialah orang atau individu yang bertugas melakukan pekerjaan yang berkaitan dengan penghimpunan, pengelolaan, pencatatan dan pendayagunaan dana zakat. Mereka dipilih oleh pemerintah apabila mereka bekerja pada Badan Amil Zakat BAZ dan dipilih oleh pengurus Lembaga Amil Zakat LAZ untuk dinegara Indonesia. Amil zakat berhak untuk menghimpun dana zakat, dan mendayagunakan dana tersebut serta melakukan tugas-tugas lain yang berkaitan dengan zakat seperti mengajarkan masyarakat tentang hokum zakat, menerangkan tentang sifat-sifat pemilik harta yang wajib dikeluarkan zakat dan golongan-golongan yang berhak menerima zakat, memindahkan, menyimpan, menjaga, mengembangkan serta memanfaatkan harta zakat sesuai mengikut ketetapan dan syarat-syarat yang telah dibuat. Badan Amil Zakat dan Lembaga Amil Zakat yang ada pada masa kini juga diangap memiliki hak sebagaimana ditetapkan di dalam syariat islam. Oleh karena itu BAZ dan LAZ wajib mengikuti syarat-syarat yang di tetapkan di dalam mengambil bagian amil zakat. Di antara tugas-tugas yang diamanahkan kepada amil-amil zakat ada yang berbentuk pemberian kuasa, karena ia berkaitan dengan tugas asas dan kepemimpinan. Oleh yang demikian orang yang memegang amanah ini di syaratkan supaya mengikuti syarat-syarat yang telah di tetapkan oleh ulama-ulama fiqih di antaranya ialah: islam, pria, jujur beramanah dan mengetahui hokum-hukum zakat di dalam lapangan kerja. 31 Selain dari itu terdapat juga beberapa tugas lain sebagai bantuan yang boleh diserahkan kepada orang-orang yang tidak dapat memenuhi sebagian dari syarat- syarat yang telah di tetapkan sebagaimana di atas seperti kerja-kerja yang berkaitan dengan pengurusan computer, keuangan dan lain sebagainya. Amil-amil zakat berhak mendapatkan tambahan dari kerja mereka yaitu dari golongan amil zakat yang di berikan oleh pihak pemerintah atau pengurus LAZ yang melantik mereka dengan kadar tidak lebih dari gaji yang telah di tetapkan, walaupun mereka bukan dari kalangan orang-orang fakir yang mengambil dari jumlah dana yang di bayar untuk semua amil zakat, persiapan pembiayaan oprasional kantor dengan tidak lebih dari satu perdelapan dari hasil pungutan zakat 12,5. Perlu di perhatikan juga, amil zakat tidak boleh di pekerjakan lebih dari keperluan dan sebaik-baiknya gaji kesemua amil zakat yang dipekerjakan atau sebagian dari mereka adalah diambil dari dana Anggaran Belanja dan Pendapatan Negara APBN dan Anggaran Belanja dan Pendapatan Daerah APBD sehingga dana zakat boleh didayagunakan kepada golongan-golongan lain yang berhak menerima zakat. Golongan amil zakat tidak boleh menerima apa-apa bentuk hadiah atau hibah baik berupa dana atau uang tunai maupun dalam bentuk barang. Pemerintah dan pengurus LAZ menyediakan sarana oprasional seperti perlengkapan kantor, telepon, faks, computer, yang mana semua dipergunakan Amil Zakat untuk melakukan kegiatannya, baik menghimpun, mengelola dan mendayagunakan dana zakat. Pihak yang sudah memilih dan sudah menetapkan seseorang sebagai Amil Zakat tetap harus mengawasi dan memperhatikan sebagaimana yang telah 32 dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW. Amil Zakat hendaklah seseorang yang jujur amanah dan dia adalah orang yang bertanggung jawab untuk menggantikan segala kerusakan, kehilangan dana zakat yang disebabkan oleh kecerobihan dan kelalaian. Amil-amil zakat sepatutnya menjaga dirinya dengan mengikuti adab-adab islam secara umum seperti sopan santun, lemah lembut terhadap orang-orang yang mengeluarkan zakat, senantiasa berdoa kepada mereka dan juga kepada golongan- golongan yang berhak menerima zakat, mengajar tentang hulum-hukum zakat dan menjelaskan kepentingannya didalam masyarakat islam untuk mencapai perpaduan masyarakat dan mendayagunakan zakat secepat mungkin kepada golongan-golongan yang berhak menerima zakat. Di Indonesia profesi amil zakat masih belum menjadi sebuah profesi yang di pilih oleh masyarakat Indonesia. Padahal semua aturan untuk menjadi seorang amil zakat sudah jelas dan tegas digambarkan. Sebagaimana halnya zakat harta dan profesi yang belum tersosialisasikan dengan baik, peran dan profesi Amil Zakat juga demikian. Allah telah berfirman dalam surat At-Taubah: 60 yang berbunyi :                          33 untuk memerdekakan budak, orang-orang yang berhutang untuk jalan Allah dan untuk mereka yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapapan yang diwajibkan Allah dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana Qs. At-Taubah: 60. Dalam surat At-Taubah:60 tersebut dikemukakan bahwa salah satu golongan yang berhak menerima zakat mustahik zakat adalah orang-orang yang bertugas mengurus zakat amili ‘alaiha. Sedangkan dalam At-Taubah:103 dijelaskan bahwa zakat itu di ambil dijemput dari orang-orang yang berkewajiban untuk berzakat muzakky untuk kemudian diberikan kepada mereka yang berhak menerima mustahik. Imam Qutbi ketika menafsirkan ayat tersebut At-Taubah:60 menyatakan bahwa ‘amil itu adalah orang-orang yang ditugaskan di utus oleh imam atau pemerintah untuk mengambil, menuliskan, menghitung dan mencatat zakat yang diambilnya dari para muzakky untuk kemudian diberikan kepada yang berhak menerimanya. Diambilnya zakat dari muzakki melalui amil zakat untuk kemudian disalurkan kepada mustahik, menunjukan kewajiban zakat itu bukanlah semata-mata bersifat amal kariatif kedermawanan, tetapi juga ia suatu kewajban yang juga bersifat otoritatif ijabari 26 . Pengelolaan zakat lembaga pengelola zakat, apalagi yang memiliki kekuatan hokum formak, akan memiliki beberapa keuntungan 27 antara lain : 26 Abdul Qodir. Zakat Dalam Dimensi Madhah dan Sisial, Raja Grafindo Persada. Jakarta, 1998. h. 85 27 Ibid, h. 87 34 Pertama, untuk menjamin kepastian dan disiplin pembayaran zakat. Kedua, untuk menjaga perasaan rendah diri para mustahik zakat apabila berhadapan langsung untuk menerima zakat dari para muzakki. Ketiga, untuk mencapai efisien dan efektivitas, serta sasaran yang tepat dalam penggunaan harta zakat menurut skala prioritas yang ada pada suatu saat. Keempat, untuk memperlihatkan syiar islam dalam semangat penyelenggaraan pemerintah islami. Dalam Bab II pasal 5 Undang-undang tahun 1999 tentang pengelolaan zakat dikemukakan bahwa pengelolaan zakat bertujuan untuk : a. Untuk meningkatkan pelayanan bagi masyarakat dalam menunaikan zakat sesuai sesuai dengan tuntunan agama. b. meningkatkan fungsi dan peranan piñata keagamaan dalam upaya mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan keadilan social. c. meningkatkan hasil guna dan daya guna zakat. Persyaratan lembaga pengelolaan zakat, Yusuf Al-Qardhowi dalam bukunya, fiqih zakat 28 , menyatakan bahwa seseorang yang ditunjuk sebagai amil zakat atau pengelola zakat, harus memiliki beberapa persyaratan sebagai berikut: pertama, beragama islam. Kedua, mukallaf yaitu orang dewasa yang akal sehat akal pikirannya yang siap menerima tanggung jawab mengurus urusan ummat. Ketiga, memiliki sifat amanah dan jujur. Keempat, mengerti dan memahami hokum-hukum zakat yang menyebabkan ia mampu melakukan sosialisasi segala sesuatu yang berkaitan dengan zakat kepada masyarakat. Kelima, memiliki kemampuan untuk melaksanakan tugas 28 Yusuf Al-Qaradhawi , Fiqh Zakat, Muassasah Risalah. Beirut. 1991. Juz. II, h. 586 35 dengan sebaik-baiknya. Keenam, hemat penulis adalah kesungguhan amil zakat dalam melaksanakan tugasnya. Amil yang baik adalah amil yang full-time dalam melaksanakan tugasnya, tidak asal-asalan dan tidak pula sambilan.

2. Organisasi Lembaga Pengelolaan Zakat