Sistem laporan keuangan lembaga amil zakat dompet Dhuafa Republika

(1)

Imas Suliyanah

Sistem Laporan Keuangan Lembaga Amil Zakat Dompet Dhuafa Republika Laporan keuangan merupakan produk atau hasil akhir dari suatu proses akuntansi. Laporan keuangan inilah yang menjadi bahan informasi bagi para pemakainya sebagai salah satu bahan dalam proses pengambilan keputusan atau sebagai laporan pertanggungjawaban manajemen atau pengelolaan. Karakteristik organisasi pengelola zakat bisa dikategorikan sebagai organisasi nirlaba dan bisa menggunakan standar akuntansi keuangan untuk nirlaba yaitu PSAK No. 45. Namun, karakteristik Lembaga Amil Zakat (LAZ) tidak bisa disamakan persis dengan organisasi nirlaba lainnya. Untuk itu, perlu ada penyesuaian-penyesuaian dalam pelaporan keuangannya.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sistem laporan keuangan pada Lembaga Amil Zakat Dompet Dhuafa Republika; dan mengetahui apakah pelaporan keuangan Lembaga Zakat Dompet Dhuafa Republika telah sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.45 tentang pelaporan keuangan organisasi nirlaba dan memperhatikan Exposure Draft PSAK No.109 tentang akuntansi zakat. Metode penelitian bersifat deskriptif kualitatif. Data-data berupa laporan keuangan dan hasil wawancara dari manajer akuntansi dan keuangan, dianalisis dengan menggunakan PSAK No. 45 dengan memperhatikan Exposure Draft PSAK No.109. Analisis dilakukan dengan cara mengumpulkan data hasil dokumentasi dan wawancara, menjabarkan proses sistem laporan keuangan, menganalisa proses, menyimpulkan hasil analisisnya.

Hasil penelitian ini menyebutkan bahwa sistem laporan keuangan Dompet Dhuafa Republika diawali dengan pencatatan, penggolongan, penjurnalan, pemostingan. Dari buku besar (ledger) kemudian dimasukkan ke sistem akuntansi sehingga menghasilkan laporan keuangan, penerapan akuntansi pada Dompet Dhuafa Republika menggunakan konsep akuntansi dana (fund accounting) dan disajikan dengan modified cash basis. Ada lima laporan keuangan pokok, yaitu: laporan posisi keuangan, laporan sumber dan penggunaan dana, laporan arus kas, laporan perubahan dana termanfaatkan, serta catatan atas laporan keuangan. Disamping laporan pokok, Dompet Dhuafa Republika juga juga menyusun laporan keuangan per jenis dana yang ada enam jenis yaitu: dana infaq/sedekah, dana pengelola, dana zakat, dana solidaritas kemanusiaan, dana jasa giro dan dana wakaf.

Secara teori pelaporan keuangan Dompet Dhuafa Republika telah sesuai dengan Pernyataaan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.45 dan memperhatikan Exposure Draft PSAK No.109. Dompet Dhuafa Republika melaksanakan akuntansi dengan baik, namun alangkah baiknya jika gain and loss, dan prinsip-prinsip konsolidasi dana juga diungkap dalam catatan atas laporan keuangan. Untuk IAI, hendaknya untuk pembuatan standar akuntansi untuk organisasi pengelola zakat.


(2)

Assalamu’alaikum Warohmatullahi wabarokaatuh

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan Taufiq, Hidayah serta Inayah-Nya kepada penulis sehingga dapat terselesaikannya skripsi ini dengan penuh ketekunan dan kesabaran.

Sholawat serta Salam semoga tetap tercurahkan kepada manusia istimewa baginda Nabi Muhammmad SAW, yang telah memberikan petunjuk kepada umat manusia menuju jalan rahmatan lil ‘alamin.

Dalam proses penyusunan skripsi ini, tentunya tidak sedikit mengalami hambatan dan kesulitan yang penulis hadapi mulai dari waktu, curahan tenaga dan pikiran serta usaha dalam mendapatkan, mengumpulkan dan mengelola data dari nara sumber yang lakukan.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis sangat sadar bahwa kehadiran skripsi ini jauh dari kesempurnaan dan banyak sekali kekurangan. Dan berdasarkan perasaan tersebut pula penulis menyadari akan kelemahan dan kekurangan dalam proses penyusunan skripsi ini.

Dalam kesempatan ini penulis tidak lupa mengucapkan banyak terimakasih kepada:

1. Dr. H. Arief Subhan MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Drs. H. Hasan Ibnu Hibbab MA, selaku ketua Jurusan Manajemen Dakwah

(MD).

3. Drs. Cecep Castrawijaya MA, selaku Sekretaris Jurusan Manajemen Dakwah (MD)

4. Noor Bekti Negoro, SE, STP, M.Si, selaku Dosen sekaligus Pembimbing yang telah membimbing dan memberi petunjuk-petunjuk dengan tulus dan ikhlas dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Penguji I Drs. H. Hasan Ibnu Hibban MA. dan penguji II Drs. Sugiharto MA. 6. Bapak dan Ibu Dosen yang telah mendidik penulis dengan penuh dedikasi dan

ketekunan.


(3)

telah memberikan bantuannya dan data yang penulis butuhkan dalam penulisan skripsi ini.

8. Seluruh keluarga terutama ayahanda H. M. Nasip dan Ibunda Siti Haninnah yang telah memberikan dorongan dan pengorbanan baik moril maupun materil yang tiada hentinya mendoakan dan mendidik penulis dimasa kecil hingga saat ini, penulis sangat sadar bahwa kebaikan mereka tidak dapat terbayar dengan apapun, namun semoga penyelesaian penulisan skripsi ini dapat mewakili niat penulis untuk membuat mereka tersenyum semoga Allah SWT menempatkan mereka pada tempat yang mulia, memberikan mereka ketenangan dan kebahagiaan selama-lamanya.

9. Teman seperjuangan jurusan MD angkatan 2006 yang telah membantu memberikan motivasi dalam rangka penyusuan skripsi ini, khususnya kepada Rohayati, Beti, Siti Aminah, Umay dan yang lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu, semoga Allah SWT membalas amal baik rekan-rekan.

Akhirnya penulis berdoa kepada Allah SWT, semoga skripsi ini dapat memberikan nilai manfaat khususnya bagi penulis sendiri dan umumnya bagi para pembaca sekalian.

Penulis


(4)

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR... ii

DAFTAR ISI ... iv

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 10

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 11

D. Tinjauan Pustaka ... 12

E. Metodologi Penelitian... 14

F. Sistematika Penulisan ... 16

BAB II : LANDASAN TEORI A. Sistem 1. Pengertian... 19

2. Unsur-unsur... 21

B. Laporan keuangan 1. Pengertian... 23

2. Karakteristik Laporan Keuangan ... 24

3. Fungsi dan Tujuan... 26

4. Unsur-unsur Laporan keuangan ... 28

5. Jenis-jenis Laporan Keuangan ... 29

6. Pentingnya Laporan Keuangan ... 32

C. Organisasi Pengelola Zakat (OPZ) 1. Pengertian... 34

2. Lembaga Amil Zakat ... 35

3. Urgensi Lembaga Amil Zakat... 36

4. Karakteristik Lembaga Amil Zakat... 39

5. Akuntansi dan Pelaporan Lembaga Amil Zakat . ... 40


(5)

v

A. Sejarah Berdiri Dompet Dhuafa Republika ... 42

B. Prinsip Dasar ... 46

C. Visi, Misi dan Tujuan ... 46

D. Struktur Organisasi ... 47

E. Program-program Dompet Dhuafa Republika... 49

BAB IV : ANALISIS SISTEM LAPORAN KEUANGAN LEMBAGA AMIL ZAKAT DOMPET DHUAFA A. Sistem Laporan Keuangan Lembaga Amil Zakat Dompet Dhuafa Republika ... 62

B. Pelaporan Keuangan pada LAZ Dompet Dhuafa Sesuai dengan PSAK NO.45 dengan memperhatikan Exposure Draft PSAK No.109 Akuntansi Zakat dan Infak/Sedekah ... 82

BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ... 90

B. Saran-saran ... 92

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN


(6)

A. Latar Belakang

Islam merupakan agama yang bersifat universal dan berlaku sepanjang zaman. Islam adalah agama yang datang dengan serangkaian pemahaman tentang kehidupan yang membentuk pandangan hidup dengan segala problematika kehidupan manusia, baik dari sisi vertikal maupun horizontal.1 Ajaran Islam sangat luas cakupan dan manfaatnya terhadap keberlangsungan kehidupan penganutnya. Dari sifat ajaran yang begitu luas, Islam juga mengatur hal-hal yang umum maupun yang bersifat detail dan sangat teknis.

Untuk mengaplikasikan kepedulian sosial, Islam memberikan sebuah media yang dikenal dengan sebutan "zakat", melalui media inilah Islam mengharuskan kepada umatnya yang sudah memenuhi syarat berzakat untuk merealisasikan kepedulian sosialnya. Selain itu, zakat dapat direalisasikan apabila sudah tersedia empat unsur penting yang berkaitan langsung dengan ajaran zakat. Keempat unsur tersebut adalah muzaki (orang yang wajib zakat), mustahik (orang yang berhak menerima zakat), harta, dan amil (orang/ lembaga pengelola zakat). Untuk yang disebut terakhir ini dituntut harus tanggungjawab (accountable) dan transparan. Selain itu, institusi amil zakat

1

Muhammad dan Sholikul Hadi, Pegadaian Syariah (Jakarta: Salemba Diniyah, 2003), h. 2


(7)

Dalam al-Qur’an dinyatakan bahwa lembaga amil zakat memiliki arti penting dalam pengelolaan dana zakat, sebagaimana yang dijelaskan dalam Surat at-Taubah: 60 berikut:

☺ ☺

⌧ ⌧ ☺

Artinya :”Sesungguhnya zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang miskin, amil zakat, yang dilunakan hatinya (mu”alaf), untuk memerdekakan hamba sahaya, untuk membebaskan orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan orang yang sedang dalam perjalanan sebagai kewajiban dari Allah. Dan Allah Maha Mengetahui, Maha Bijaksana”.

Salah satu dari delapan ashnaf (golongan) penerima zakat adalah amil, sehingga peran serta amil sebagai orang yang bekerja untuk segala yang berurusan dengan zakat menjadi penting. Untuk itu seorang amil dituntut untuk melaksanakan tugasnya secara professional dan amanah, sehingga optimalisasi penghimpunan dan penyaluran dana zakat dapat tercapai.

Pengelolaan zakat bukan semata-mata dilakukan secara individual dari muzakki langsung diserahkan kepada mustahik, akan tetapi pengelolaan zakat lebih baik dikelola oleh lembaga yang benar-benar khusus menangani zakat, yang memenuhi sebuah persyaratan tertentu yang disebut dengan amil zakat. Amil zakat inilah yang memiliki tugas melakukan sosialisasi kepada


(8)

masyarakat untuk melakukan penagihan dan pengambilan serta mendistribusikannya secara tetap dan benar.2

Di Indonesia, keberadaan petugas zakat untuk pertama kali diangkat oleh pemerintah dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri Agama No.4 Tahun 1986 tentang Pembentukan Badan Amil Zakat, yang diikuti dengan Instruksi Menteri Agama No.16 Tahun 1968 tentang Pedoman Pelaksanaan, dan Penjelasan Peraturan Menteri Agama No.4 Tahun 1968. Saat ini pengelolaan zakat diatur dalam UU No 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat.3

Kurangnya pemahaman dan keutamaan dalam penyaluran zakat melalui lembaga amil zakat oleh para muzakki, sehingga pemilihan penyalurannya secara langsung merupakan dampak buruk bagi pertumbuhan lembaga amil zakat. Proses pendidikan ini seharusnya didorong oleh dua pihak yaitu muzakki yang sejak dini dapat memberikan kepercayaan pengelolaan dana zakatnya kepada lembaga amil zakat dan mustahik yang bersedia diberdayakan dari dana zakat namun tidak hanya untuk menjadi mustahik selamanya tapi siap menjalankan perubahan menjadi mustahik yang produktif.

Terdapat dua faktor yang mendasari alasan muzakki tidak menyalurkan dana zakatnya melalui lembaga amil zakat, yaitu:

1. Faktor kebiasaan turun temurun. Pemberian dana zakat secara langsung kepada mustahik sudah menjadi kebiasaan sebagian besar muslim di tanah

2

Didin Hafidudin, Zakat dan Perekonomian Modern, (Jakarta: Gema Insani Press, 2002), h. 52 cet 1

3

Mukhtar Zarkasi, Mungkinkah Pengelolaan Zakat Tanpa Melibatkan LAZ, (INFOZ No 10), h. 2


(9)

air. Contohnya adalah tragedi penyaluran zakat oleh H. Syaichon Pengusaha Sarang Walet Pasuruan. Adapun kebiasaan keluarga besar H. Syaichon setiap tahunnya sulit untuk dirubah karena menurutnya akan ada konsekuensi sosial yang harus ditanggung.4

2. Faktor ketidakpercayaan. Yaitu muzakki memiliki kekhawatiran terhadap kinerja kerja lembaga amil zakat yang masih bercorak konvensional dan tidak professional. Hal tersebut dikarenakan adanya citra negatif terhadap suatu lembaga pengelola zakat yang terbukti kurang amanah dalam pengelolaannya sehingga muzakki memilih cara sendiri dalam menunaikan zakatnya.

Di satu sisi bahwa kesadaran masyarakat terhadap zakat masih sangat terbatas, kalaupun jumlah umat Islam yang berzakat bertambah namun tidak diikuti dengan kesadaran untuk berzakat melalui lembaga. Secara umum ada beberapa kelemahan yang cukup mendasar yang terjadi dilembaga-lembaga pengelola zakat dilihat dari aspek keamanahan, professionalisme dan sumber daya manusia.

Salah satu sebab belum begitu terlihatnya kesadaran umat Islam menyalurkan zakat melalui lembaga karena dianggap lembaga-lembaga zakat tidak amanah dalam menyalurkan dana zakat. Asumsi sebagaian besar

4Fatih Abdul Aziz, “Edukasi Zakat dan Tragedi Kemanusiaan Pasuruan”, artikel


(10)

masyarakat mengatakan bahwa dana zakat lebih banyak tersalur kepada pengurus dibanding kepada mustahik.5

Untuk menjadikan sebuah lembaga amil zakat yang selalu menjunjung tinggi professional dalam bekerja. Didin Hafidudin menjelaskan lima (5) keunggulan penyaluran zakat melalui Lembaga Amil Zakat, yaitu6:

1. Lebih sesuai dengan petunjuk al-Qur’an dan as-Sunnah. 2. Untuk menjamin kepastian dan disiplin pembayaran zakat.

3. Untuk menjaga perasaan rendah diri para mustahik apabila berhadapan langsung untuk menerima zakat dari para muzakki.

4. Untuk mencapai efisiensi dan efektivitas, serta sasaran yang tepat dalam pendayagunaan zakat menurut skala prioritas yang ada pada suatu tempat. 5. Untuk memperlihatkan syiar Islam dalam semangat penyelenggaraan

pemerintah yang Islami.

Sejalan dengan perkembangan masyarakat yang semakin kritis, kini terjadi seleksi alam atas keberadaan yayasan atau lembaga nirlaba. Masyarakat menuntut diterapkannya good governance atau tata kelola organisasi yang baik pada yayasan. Pada pelaksanaaannya prinsip-prinsip transparansi dan akuntabilitas harus dapat dibuktikan.7

Lembaga amil zakat sebagaimana lembaga nirlaba, tidak berorientasi pada profit laba operasionalnya. Namun hal tersebut tidak berarti tidak akan

5

Haryono, Tinjauan Kritis Terhadap Lembaga Pengelola Zakat , artikel diakses pada tanggal 10 Juni 2010 dari Http/www/dsim.or.id 193.

6

Didin Hafidudin, Zakat dan Perekonomian Modern, (Jakarta: Gema Insani Press, 2002) cet 1, h. 54

7

Pahala Nainggolan, Akuntansi Keuangan Yayasan dan Lembaga Nirlaba Sejenis (Jakarta: PT. Raja Grafindo,2005), h. 5


(11)

ada perputaran arus kas dan tidak ada pencatatan keuangannya. Lembaga amil zakat akan mendapatkan kepercayaan masyarakat lebih khususnya muzakki jika memiliki laporan keuangan yang accountable dan transparan. Disinilah pentingnya laporan keuangan sebagai alat komunikasi bagi manajemen untuk mempertanggungjawabkan kinerjanya pada pihak-pihak yang berkepentingan, penyedia informasi dan penilaian kinerja manajemen.8

Lembaga Amil Zakat (LAZ) adalah lembaga yang melayani kepentingan publik dalam penghimpunan dan penyaluran dana umat. Sebagai organisasi sektor publik tentu saja Lembaga Amil Zakat memiliki stakeholders (Pihak yang berkepentingan) yang sangat luas. Konsekwensinya Lembaga Amil Zakat dituntut dapat memberikan informasi mengenai pengelolaan kepada semua fihak yang berkepentingan. Kemampuan untuk memberikan informasi yang terbuka, seimbang dan merata kepada stakeholders terutama mengenai pengelolaan keuangan adalah salah satu kreteria yang menentukan tingkat akuntabilitas dan aksesibilitas lembaga. Jika keterpercayaan publik kepada lembaga tetap terjaga, maka pada akhirnya masyarakat akan terus menyalurkan dananya lewat lembaga.9

Akuntabilitas lembaga amil zakat berkaitan erat dengan pengelolaan keuangan yang baik. Be g itu pula, pengelolaan keuangan yang baik berkaitan erat hubungannya dengan pemberlakuan akuntansi dalam pengelolaan

8 Pahala Nainggolan, Akuntansi Keuangan Yayasan dan Lembaga Nirlaba Sejenis

(Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2005), h. 56

9

Ine Dwiyanti, Akuntabilitas Lembaga Zakat, di akses pada tanggal 10 Juni 2010 dari http://inedwiyanti.wordpress.com


(12)

keuangan tersebut. Bagi para pihak ingin mengetahui pengelolaan keuangan yang baik dari sebuah lembaga amil zakat. Salah satunya dapat dilihat dari laporan keuangan yang dibuat oleh lembaga tersebut.

Salah satu unsur penting dalam kinerja lembaga zakat adalah laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan produk atau hasil akhir dari suatu proses akuntansi. Laporan keuangan inilah yang menjadi bahan informasi bagi para pemakainya sebagai salah satu bahan dalam proses pengambilan keputusan atau sebagai laporan pertanggungjawaban manajemen atau pengelolaan perusahaan.10

Laporan keuangan Lembaga Amil Zakat harus berbasis pada standar laporan keuangan atau Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK). Laporan tersebut meliputi; Laporan pelaksanaan tugas per tahun Lembaga Amil Zakat berupa laporan keuangan yang telah diaudit kantor akuntan publik dan disampaikan selambat-lambatnya setelah tahun buku berakhir, Laporan Keuangan sekurang-kurangnya terdiri atas Neraca (Laporan Posisi Keuangan), Laporan Perubahan Dana, Laporan Perubahan Aset Kelolaan, Laporan Arus Kas, dan Catatan Atas Laporan Keuangan, Laporan Keuangan disusun berdasarkan standar akuntansi keuangan.

Dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 45 dinyatakan bahwa tujua n utama dari pembuatan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang relevan untuk memenuhi kepentingan para penyumbang, anggota lembaga, kreditur dan pihak lain yang menyediakan

10


(13)

sumber daya bagi lembaga nirlaba.11 Dan dijelaskan juga bahwa laporan keuangan organisasi nirlaba meliputi laporan posisi keuangan, pada akhir periode, laporan aktivitas serta laporan arus kas untuk suatu periode pelaporan dan catatan atas laporan keuangan.12

Salah satu lembaga nirlaba yang mengelola zakat itu diantaranya adalah

Do mp e t Dhuafa Republika. Dompet Dhuafa Republika merupakan salah satu lembaga pengelola zakat yang dikelola secara profesional dan menggunakan manajemen yang cukup baik, keberadaan Dompet Dhuafa Republika merupakan wujud dan keinginan atau empati kolektif komunitas jurnalis untuk mengamalkan ajaran Islam dengan sungguh-sungguh. Selain itu, Dompet Dhuafa Republika juga adalah lembaga pelopor dalam bentuk kelembagaan maupun program yang telah banyak dijadikan prototipe oleh lembaga-lembaga sejenis, dan dari berbagai kekurangan, kelemahan serta keterbatasan kini sering dijadikan sebagai rujukan oleh Badan dan Lembaga zakat lainnya di Indonesia dalam mengurus soal zakat, baik pengambilan maupun pendistribusiannya.

Dompet Dhuafa Republika yang disingkat DD Republika me mp e ro le h

peringkat kedua dalam kategori pendayagunaan dana dan peringkat pertama untuk kategori transparansi dalam Zakat Award 2004. Berdasarkan laporan keuangan periode Ramadhan 1430 H. yang telah diaudit pengumpulan dana

11

Pahala Nainggolan, Akuntansi Keuangan Yayasan dan Lembaga Nirlaba Sejenis (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2005), h. 58

12

Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI), Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.45 tentang Pelaporan Keuangan Organisasi Nirlaba, Jakarta: IAI, 1998, h. 12


(14)

zakat mencapai Rp 24.9378.644.734,67 besarnya dana yang berhasil dihimpun,13 menunjukan DD Republika merupakan salah satu lambaga amil zakat di Indonesia yang mendapat tempat dan dukungan yang besar dari masyarakat, tentunya masyarakat Indonesia menaruh harapan besar pada lembaga tersebut guna berperan serta membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Sebagai sebuah lembaga nirlaba yang cukup besar Dompet Dhuafa

Re p ub lika mempunyai tanggungjawab yang besar pula terhadap tugas yang diembannya. Bidang layanan yang dimasuki merupakan bidang yang berhubungan dengan umat sehingga lingkungan yang dihadapi juga lebih luas dan komplek, manajemen yang dituntut untuk selalu meningkatkan pelayanannya dengan efektif dan efisien, tentunya bukan perkara yang mudah. Begitu pula untuk terus mendapat dukungan masyarakat, lembaga juga dituntut untuk dapat menciptakan good governance, sebagai bentuk penciptaan akuntabilitas publik.

Namun demikian dapat dimungkinkan lembaga-lembaga amil zakat belum menerapkan secara penuh sistem pelaporan keuangan sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.45 tentang pelaporan keuangan organisasi nirlaba. Untuk mendapatkan data dan informasi tentang lembaga amil zakat yang accountable dan kepatuhan lembaga amil dalam penyusunan laporan dana zakat yang terhimpun dan tersalurkan secara benar

13

Dompet Duafa Republika, Sehat itu Mahal: Laporan Keuangan,(Jakarta: Newsletter Donatur Dompet Dhuafa Republika Masakini : periode bulan Rabiul akhir, 1431), h. 50


(15)

dan syariah, maka peneliti ingin menganalisa sistem laporan keuangan lembaga amil zakat.

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan maka penulis ingin menuangkannya dalam bentuk tulisan. Oleh sebab itu, skripsi ini penulis beri judul : “Sistem Laporan Keuangan Lembaga Amil Zakat Dompet Dhuafa Republika.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Pembatasan masalah merupakan usaha untuk menetapkan batasan-batasan mana dari masalah penelitian yang akan diteliti. Batasan masalah ini berguna untuk mengidentifikasi, faktor mana saja yang tidak termasuk dalam ruang lingkup masalah penelitian14. Untuk memperjelas dan memberi arah yang tepat dalam pembahasan dan tidak terjadi kesalafahaman dalam memahami isi, maka penulis memberikan batasan yaitu mengenai sistem penyusunan laporan keuangan Lembaga Amil Zakat.

Sesuai dengan latar belakang masalah di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana sistem laporan keuangan Lembaga Amil Zakat (LAZ) Dompet Dhuafa Republika?

14

Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi penelitian Sosial, (Jakarta: PT.Bumi Aksara, 2006), h. 23


(16)

2. Apakah pelaporan keuangan Lembaga Amil Zakat (LAZ) Dompet Dhuafa Republika sudah sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.45 tentang Pelaporan Keuangan Organisasi Nirlaba dan memperhatikan Exposure Draft PSAK No.109 Akuntansi Zakat, Infak/sedekah?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan dari penelitian

a. Untuk mengetahui secara langsung sistem laporan keuangan Lembaga Amil Zakat pada Dompet Dhuafa Republika.

b. Untuk mengetahui pelaporan keuangan Dompet Dhuafa Republika telah sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.45 tentang pelaporan keuangan organisasi nirlaba dan memperhatikan Exposure Draft PSAK No.109 Akuntansi Zakat, Infak/sedekah.

2. Manfaat dari penelitian a. Dari segi Akademis

1) Dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan.

2) Acuan teoritis bagi akademis yang hendak melakukan riset sejenis


(17)

b. Dari segi praktis

1) Dapat memberikan pengetahuan kepada penulis tentang sistem laporan keuangan lembaga zakat.

2) Diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan untuk lebih meningkatkan profesionalitas dalam penerapan laporan keuangan pada lembaga zakat khususnya LAZ Dompet Dhuafa Republika.

3) Dapat memberikan kepercayaan kepada masyarakat untuk menyalurkan dana zakat melalui lembaga zakat.

D. Tinjauan Pustaka

Sebagai bahan pertimbangan penulis mengadakan penelitian kebeberapa karya ilmiah diantaranya:

1. Hukum Islam Terhadap Akuntansi dan Laporan Keuangan Lembaga Pengelola Zakat ( Studi laporan keuangan pada Pos Keadilan Peduli Umat), oleh Wiwi Hawilah, Program Studi Manajemen Ekonomi Islam Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 2003. Pada penelitian tersebut penulis memaparkan pembahasan tentang pelaksanaan akuntansi dan laporan keuangan lembaga amil zakat yang ditinjau dari hukum Islam dan Undang-undang No.38 tahun 1999.


(18)

2. Efektivitas Pengelolaan Zakat Melalui Lembaga Amil Zakat ( Studi kasus Baitul Maal Mu’amalat Jakarta), oleh Jamalulail, Program Studi Manajemen Ekonomi Islam Fakultas Syariah dan Hukuk UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 2003. Membahas tentang perkembangan LAZ di Indonesia dan peran serta Baitul Maal Mu’amalat dalam menjalankan program penghimpunan dan penyaluran dana zakat dalam upaya memperdayakan ekonomi masyarakat.

3. Zakat dan Wirausaha. Ditulis oleh Lili Bariadi, Muhammad Zen, M. Hudri. Berisi tentang zakat dan wirausaha serta dilengkapi pula profil Bazis DKI dan Dompet Dhuafa Republika.

4. Akuntansi Keuangan Yayasan dan Lembaga Nirlaba Sejenis. Ditulis oleh Pahala Nainggolan. Buku ini berisi tentang pelaksanaan akuntansi dan penyusunan laporan keuangan untuk yayasan dan lembaga nirlaba.

Berbeda dengan tulisan-tulisan diatas, skripsi yang penulis susun ini dengan judul “Sistem Laporan Keuangan Lembaga Amil Zakat Dompet Dhuafa Republika” dengan materi pembahasan tentang sistem laporan keuangan lembaga zakat yang diterapkan oleh Lembaga Amil Zakat Dompet Dhuafa Republika dan pelaporan keuangannya sudah sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.45 tentang pelaporan keuangan organisasi nirlaba dan memperhatikan Exposure Draft PSAK No.109 Akuntansi Zakat, Infak/sedekah.


(19)

E. Metodologi Penelitian

1. Metode penelitian

Metode penelitian yang penulis gunakan adalah metode deskriptif kualitatif, yaitu metode untuk mengungkapkan masalah dengan cara memaparkan atau menggambarkan apa adanya dari penelitian.

Jenis penelitian ini adalah menggunakan studi lapangan atau penelitian lapangan dan studi pustaka dengan menggunakan pendekatan kualitatif. 2. Subjek dan Objek penelitian

Adapun yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah lembaga amil zakat Dompet Dhuafa Republika yang dapat dijadikan sumber informasi dalam penelitian ini. Sedangkan yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah sistem laporan keuangan.

3. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 02 Maret 2010 sampai dengan tanggal 11 Mei 2010. Adapun lokasi penelitian yaitu di kantor Lembaga Amil Zakat Dompet Dhuafa Rebulika : Jl. Ir. H. Juanda No.50 Ciputat Indah Permai Blok C. 28 - 29 Ciputat. 15419 Telp. 021 741 6050 (hunting) Fax. 021 741 6070

4. Sumber Data

Sumber data merupakan sesuatu yang sangat penting untuk digunakan dalam penelitian guna menjelaskan valid atau tidaknya suatu penelitian. Dalam hal ini penulis menggunakan:


(20)

a. Data Primer, merupakan data utama yang diperoleh langsung dari responden berupa catatan tertulis dari hasil wawancara serta dokumentasi.

b. Data Sekunder, merupakan data yang diperoleh dari sumber-sumber tertulis yang terdapat dalam buku dan literature terkait.

5. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini melakukan teknik pengumpulan data dengan cara: a. Wawancara

Adalah tanya jawab dengan seseorang yang dipelukan untuk dimintai keterangan atau pendapatnya mengenai satu hal untuk dimuat disurat kabar, disiarkan melalui radio atau ditanyangkan pada televisi.15 b. Observasi

Pengumpulan data dengan teknik observasi ini dilakukan dengan cara mengandalkan pengamatan secara langsung terhadap objek permasalahan.

Pengumpulan data dilakukan dengan cara tanya jawab secara lisan kepada pihak-pihak yang berkaitan yang ada kaitannya dengan masalah yang diteliti.

c. Dokumentasi

Pemberian atau pengumpulan bukti keterangan seperti gambar, kutipan, guntingan Koran dan bahan referensi lain.16 Data-data

15

Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta,2007) Edisi ke 3 cet ke 4 h, 1270


(21)

tersebut bersumber dari lembaga, berguna sebagai data pelengkap dalam penulisan skripsi.

6. Teknik Analisa Data

Teknik analisa data terhadap analisis laporan keuangan Lembaga Amil Zakat langkah-langkahnya:

a. Mengumpulkan data hasil dokumentasi dan wawancara. b. Menjabarkan proses sistem laporan keuangan.

c. Menganalisa proses

d. Menyimpulkan hasil analisisnya. 7. Teknik Penulisan Skripsi

Adapun teknik penyusunan skripsi ini, penulis mengacu pada buku “Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, dan Desertasi” yang diterbitkan oleh Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta Press, tahun 2007.

F. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah penulisan, terlebih dahulu penulis membuat suatu gambaran dasar terhadap materi-materi yang akan dibahas, gambaran tersebut antara lain:

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan penelitian, tujuan dan

16


(22)

manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metodologi penelitian, serta sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN TEORITIS. Bab ini mencakup kejelasan secara teoritis yang menjadikan landasan bagi penulis untuk melaksanakan penelitian yaitu mengenai sistem yang terdiri dari : pengertian sistem, unsur-unsur sistem, selanjutnya tentang laporan keuangan dengan uraian tentang : pengertian laporan keuangan, karakteristik laporan keuangan, fungsi dan tujuan laporan keuangan, unsur-unsur laporan keuangan, jenis-jenis laporan keuangan, pentingnya laporan keuangan, Bab II ini diakhiri dengan uraian tentang Organisasi Pengelolaan Zakat (OPZ) yang terdiri dari : pengertian organisasi pengelola zakat, lembaga amil zakat, urgensi lembaga amil zakat, karakteristik lembaga amil zakat, akuntansi dan pelaporan keuangan lembaga amil zakat.

BAB III GAMBARAN UMUM LEMBAGA AMIL ZAKAT DOMPET DHUAFA. Bab ini menjelaskan tentang Lembaga Amil Zakat Dompet Dhuafa Republika yang diteliti oleh penulis mengenai : Sejarah berdiri Dompet Dhuafa Republika, Prinsip dasar, Visi, Misi dan Tujuan Dompet Dhuafa Republika, Struktur organisasi, Program-program Dompet Dhuafa Republika.

BAB IV ANALISA SISTEM LAPORAN KEUANGAN LEMBAGA AMIL ZAKAT DOMPET DHUAFA. Bab ini menguraikan hasil penelitian mengenai sistem laporan keuangan dilihat dari segi; urgensi


(23)

laporan keuangan bagi Dompet Dhuafa Republika, alur pencatatan penerimaan dan pengeluaran dana, klasifikasi kode rekening, sistem akuntansi, komponen laporan keuangan dan pelaporan keuangan lembaga amil zakat Dompet Dhuafa Republika .

BAB V PENUTUP. Bab ini penulis memberikan kesimpulan atas seluruh pembahasan dan mengemukakan saran-saran yang mungkin berguna bagi Lembaga Amil Zakat Dompet Dhuafa Republika.


(24)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Sistem

1. Pengertian Sistem

Dilihat dari segi bahasa (etimologi) kata system berasal dari istilah Yunani ”systema” yang mengandung arti keseluruhan (a Whole) yang tersusun dari sekian banyak bagian-bagian yang berlangsung diantara satuan-satuan atau komponen-komponen secara teratur. Jadi sistem bisa juga dikatakan sebagai kumpulan atau komponen yang saling berhubungan secara teratur dan merupakan suatu keseluruhan.1

Kata sistem mengandung arti sehimpunan bagian atau komponen yang saling berhubungan secara teratur dan merupakan suatu keseluruhan. Sistem merupakan suatu jaringan kerjasama antara beberapa unsur yang akhirnya harus menghasilkan tujuan yang direncanakan.2

Penulis kutipkan beberapa terminology yang didefinisikan para ahli, beberapa diantaranya adalah:

a. Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan mengartikan sistem adalah perangkat unsur yang secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk totalitas.3

1

Tatang M. Amirin, Pokok-pokok Teori Sistem (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2001) cet ke-7, h. 15

2

Philosof Astrid Susanto, Komunikasi Kontemporer ( Bandung: Bina Cipta, 1998) cet ke- 2, h. 147

3

Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia ( Jakarta: Balai Pustaka, 2007) Edisi ke-3, h. 1076


(25)

b. Gordon B. Davis dalam bukunya “Kerangka Dasar Sistem Informasi Manajemen” mendefinisikan sistem adalah bagian-bagian yang saling berkaitan yang saling beroperasi bersama untuk mencapai beberapa sasaran dan maksud.4

c. Sistem menurut H. Therry seperti yang dikutip Karhil Nisjar dan Winardi, yaitu suatu keseluruhan elemen-elemen yang saling mempengaruhi, teratur menurut rencana tertentu guna mencapai tujuan.5

d. Raymond MC. Leod dalam bukunya “Sistem Informasi Manajemen” mendefinisikan bahwa sistem adalah sekelompok elemen yang terintegrasi dengan maksud sama untuk mencapai suatu tujuan.6

e. Sementara itu menurut Onong Uchyana dalam bukunya menjelaskan bahwa sistem ialah suatu totalitas himpunan bagian-bagian yang satu sama lain berinteraksi dan sama-sama beroperasi mencapai suatu tujuan tertentu didalam satu lingkungan.7

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa sistem adalah suatu komponen (unsur-unsur) yang saling berkaitan dan saling mendukung satu sama lain dengan satu tujuan yang sama, yaitu untuk mencapai suatu sasaran dan maksud yang telah ditetapkan bersama. Banyak ungkapan-ungkapan dari beberapa ahli tentang sistem, namun berbagai ungkapan-ungkapan yang diterangkan memiliki arti yang sama akan maksud dan tujuan.

4

Gordon B. Davis, Kerangka Dasar Sistem Informasi Manajemen (Yogyakarta: PPM, 1999) cet ke 11, h. 68

5

Karhil Nisjar dan Winardi, Teori Sistem dan Pendekatan Sistem dalam Bidang Manajemem, (Bandung: PT Mandar Maju, 1997) cet ke-1, h. 63

6

Raymond MC. Leod, Sistem Informasi Manajemen (Jakarta: PT Prehalindo, 1996) h. 6

7

Onong Uchyana Effendi, Sistem Informasi Manajemen, (Bandung: PT Mandar Maju, 1996) cet ke-4, h. 53


(26)

2. Unsur-unsur Sistem

Unsur-unsur yang mewakili suatu sistem secara umum adalah masukan (input), pengolahan (procces) dan keluaran (output). Disamping itu sistem senantiasa tidak terlepas dari lingkungan sekitarnya. Maka umpan balik (feedback) dapat berasal dari output tetapi juga berasal dari lingkungan sistem yang dimaksud. Organisasi dipandang suatu sistem yang tentunya akan memiliki semua unsur-unsur ini.8

a. Masukan (Input)

Masukan adalah proses dimana segala macam data atau bahan yang dibutuhkan dikemukakan, kemudian data-data yang terkumpul mengalami sebuah proses untuk dapat menghasilkan output (keluaran) sistem yang dimaksud.

b. Proses (procces)

Proses (procces) adalah dimana segala macam kegiatan dikelola atau dijalankan sesuai dengan tujuan tertentu. Salah satunya adalah proses pelatihan, agar suatu proses dapat berjalan dengan baik, maka perlu adanya suatu media baik lisan maupun tulisan, ataupun metode yang digunakan dalam proses sebuah pelatihan serta materi pelatihan yang digunakan untuk diproses agar sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

8

Wahyudi Kumorotomo dan Subando Agus, Sistem Informasi Manajemen, (Yogyakarta: UGM Press, 2001) cet ke-4, h. 9


(27)

c. Keluaran (output)

Keluaran (output) adalah hasil dari input dan proses yang telah dilakukan apakah sesuai dengan tujuan atau tujuan dari terbentuknya sebuah sistem. Dari keluaran tersebut mengalami proses timbal balik (feedback) dan dapat dijadikan sebagai suatu evaluasi mendatang yang merupakan bagian dari input selanjutnya.

Dalam sistem masing-masing unsur atau unit dalam keseluruhannya sebagai satu kesatuan, saling bergantung, saling menentukan dan saling membutuhkan. Sistem sering kali dibedakan dalam dua unsur kelompok yaitu:

a. Sistem Tertutup (closed system) adalah suatu sistem yang melakukan kontrol atau modifikasi pelaksanaan secara otomatis dengan bereaksi dari data yang dihasilkan oleh sistem itu sendiri. Sistem tertutup merupakan sistem yang serba lengkap dan dapat berdiri sendiri, misalnya: mobil, sepeda, motor dan sebagainya.

b. Sistem Terbuka (open System) adalah sistem yang tidak melakukan pengawasan atau modifikasi sendiri, tetapi memerlukan adanya suatu pengaruh dari luar lingkungan, misalnya: sistem pendidikan, pelayanan rumah sakit dan sebagainya. Sistem terbuka memilki cirri tertentu yaitu prinsip umpan balik (prinsip cybernetic).9

9

Indriyo Gitosudarmo, Sistem Perencanaan dan Pengendalian, (Yogyakarta: Badan Penerbit Fakultas Ekonomi, 1998) edisi revisi, cet ke-2, h. 40


(28)

B. Laporan Keuangan

1. Pengertian Laporan Keuangan

Laporan keuangan adalah laporan tertulis yang memberikan informasi kuantitatif tentang posisi keuangan dan perubahan-perubahannya serta hasil yang dicapai selama periode tertentu.10 Menurut Mayer dalam bukunya “Financial Statement Analysis” menyatakan bahwa yang dimaksud dengan laporan keuangan adalah:11

Dua daftar yang disusun oleh akuntan pada akhir periode untuk suatu perusahaan, kedua daftar ini adalah daftar neraca dan daftar posisi keuangan dan daftar pendapatan atau daftar laba rugi. Pada waktu akhir-akhir sudah menjadi kebiasaan bagi perseroan-perseroan untuk menambahkan daftar ketiga daftar surflus atau daftar laba yang tak dibagikan (laba yang ditahan).

Sedangkan dalam Prinsip-prinsip Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) laporan keuangan adalah neraca dan perhitungan rugi laba serta segala keterangan-keterangan yang dimuat dalam lampiran-lampirannya antara lain laporan sumber dan penggunaan dana-dananya. Untuk perusahaan besar yang banyak pemegang sahamnya, maka disamping laporan keuangan (financial) termasuk diatas sebaiknya ditambahkan keterangan-keterangan tentang:12

- Kondisi dan faktor-faktor ekonomi yang mempengaruhi - Usaha-usaha yang lalu, sekarang maupun yang akan datang - Luasnya produksi

10

Sofyan S. Harahap, Akuntansi Islam (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2004), h. 18

11

Munawir, Analisa Laporan Keuangan (Yogyakarta: Liberty, 2004) h. 5

12


(29)

- Kebijaksanaan-kebijaksanaan perusahaan - Penelitian pembangunan

- Marketing dan advertising

- Kebijakan mengenai deviden dan sebagainya.

Dalam pengertian yang sederhana, laporan keuangan adalah laporan yang menunjukan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam suatu periode tertentu. Maksud laporan keuangan yang menunjukan kondisi perusahaan saat ini adalah merupakan kondisi terkini. Kondisi perusahaan terkini adalah keadaan keuangan perusahaan pada tanggal tertentu (untuk neraca) dan periode tertentu (untuk laporan laba rugi).13

Laporan keuangan merupakan produk atau hasil akhir dari suatu proses akuntansi. laporan keuangan inilah yang menjadi bahan informasi bagi para pemakainya sebagai salah satu bahan dalam proses pengambilan keputusan atau sebagai laporan pertanggung jawaban manajemen atau pengelolaan perusahaan.14

2. Karakteristik Laporan Keuangan

Karakteristik kualitatif merupakan ciri khas yang membuat informasi dalam laporan keuangan berguna bagi pemakai. Terdapat empat (4) karakteristik kualitatif pokok yaitu:15

13

Kasmir, Analisis Laporan Keuangan (Jakarta: PT Rajawali Pers, 2009), h. 7

14

Sofyan S. Harahap, Akuntansi Islam (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2004), h. 38

15

Jurnal, Karakteristik kualitatif laporan keuangan, Artikel diakses pada tanggal 10 Juni 2010 dari http://soaljawab.multiply.com


(30)

a. Dapat dipahami

Informasi yang terdapat dalam laporan keuangan harus mudah dipahami oleh pemakai. Untuk menunjang pemahaman pemakai atas laporan keuangan, pemakai harus memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi serta kemauan untuk mempelajari informasi dengan ketekunan yang wajar.

b. Relevan

Informasi memiliki kualitas relevan kalau dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini atau masa depan, menegaskan atau mengoreksi hasil evaluasi mereka di masa lalu.

c. Keandalan

Informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material dan dapat diandalkan pemakaianya sebagai penyajian yang tulus atau jujur (faithful representation) dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan. d. Dapat dibandingkan

Agar lebih bermanfaat laporan keuangan perusahaan memiliki sifat dapat diperbandingkan. Perbandingan dapat dilakukan antar periode untuk mengetahui kecenderungan (trend) posisi dan kinerja keuangan perusahaan. Perbandingan dapat pula dilakukan antar perusahaan sejenis untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan secara relative.


(31)

3. Fungsi dan Tujuan

Sebuah laporan keuangan yang disajikan secara tepat dapat dipahami dan andal serta dapat diperbandingkan akan sangat bermanfaat. Berbagai manfaat yang sangat berguna bagi keputusan manajemen dapat diperoleh dari sebuah laporan keuangan terkait dengan manfaat laporan keuangan. Maka tujuan dan fungsi laporan keuangan itu sendiri adalah:16

a. Pengambilan keputusan investasi dan pembiayaan b. Menilai prospek arus kas

c. Memberikan informasi atas sumber daya ekonomi d. Kepatuhan lembaga terhadap prinsip syariah

e. Laporan keuangan memberikan informasi untuk membantu mengevaluasi pemenuhan tanggungjawab lembaga terhadap amanah dalam mengamankan dana, mengiventasikannya pada tingkat keuntungan yang layak.

f. Pemenuhan fungsi sosial laporan keuangan memberikan informasi mengenai pemenuhan fungsi sosial lembaga termasuk pengelolaan dan penyaluran zakat.

Pengertian lain tentang tujuan laporan keuangan organisasi pengelola zakat adalah untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja dan perubahan posisi keuangan aktivitas, pengumpulan dan penyaluran zakat yang bermanfaat dalam pengambilan keputusan. Suatu laporan keuangan

16

Sofyan S. Harahap. Dkk, Akuntansi Perbankan Syariah (Jakarta: LPFE-Usakti, 2005), h. 22


(32)

bermanfaat apabila informasi yang disajikan dalam laporan keuangan tersebut dapat dipahami, relevan, andal dan dapat diperbandingkan.17

Tujuan utama dari pembuatan laporan keuangan organisasi nirlaba yang diuraikan pada Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.45 tentang pelaporan keuangan organisasi nirlaba adalah menyediakan informasi yang relevan untuk memenuhi kepentingan para penyumbang, anggota organisasi, kreditur dan pihak yang menyediakan sumber daya bagi organisasi nirlaba termasuk disini yayasan/lembaga.18

Secara rinci tujuan laporan keuangan termasuk catatan atas laporan keuangan adalah untuk menyajikan informasi mengenai:19

a. Jumlah dan sifat aktiva, kewajiban dan aktiva bersih suatu lembaga. b. Pengaruh transaksi keuangan, peristiwa dan situasi lainnya yang

mengubah nilai dan sifat aktiva bersih.

c. Jenis dan jumlah arus masuk dan arus keluar sumber daya dalam satu periode dan hubungan antara keduanya

d. Cara suatu lembaga mendapatkan dan membelanjakan kas, memperoleh pinjaman dan melunasi pinjaman dan factor lainnya yang berpengaruh pada likuiditasnya.

e. Usaha jasa suatu lembaga

17

Tim Penyusun, Pedoman Akuntansi Organisasi Pengelola Zakat. (Jakarta: Forum Zakat,2005) h.8

18

Pahala Nainggolan, Akuntansi Keuangan Yayasan dan Lembaga Nirlaba Sejenis, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), edisi ke-1, h. 58

19


(33)

4. Unsur-unsur Laporan Keuangan

Unsur laporan keuangan yang berkaitan secara langsung dengan pengukuran posisi keuangan adalah aset, kewajiban dan ekuitas. Sedangkan unsur yang berkaitan dengan pengukuran kinerja dalam laporan laba rugi adalah penghasilan dan beban.

Definisi dari setiap unsur laporan keuangan tersebut adalah sebagai berikut :20

1. Aset adalah sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi di masa depan diharapkan akan diperoleh perusahaan.

2. Kewajiban adalah hutang perusahaan masa kini yang timbul dari peristiwa masa lalu, penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya perusahaan yang mengandung manfaat ekonomi.

3. Ekuitas adalah hak residual atas aset perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban.

4. Penghasilan adalah kenaikan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan aset atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal.

5. Beban adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk arus kas keluar atau berkurangnya aset atau terjadinya

20Pengakuan-unsur-unsur-laporan-keuangan, Artikel diakses pada tanggal 10 Juni 2010


(34)

kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada penanam modal.

5. Jenis-Jenis Laporan Keuangan

Dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.45 tentang Pelaporan Keuangan Organisasi Nirlaba dijelaskan bahwa laporan keuangan organisasi nirlaba meliputi laporan posisi keuangan, pada akhir periode, laporan aktivitas serta laporan arus kas untuk suatu periode pelaporan dan catatan atas laporan keuangan.21 Jenis-jenis laporan keuangan organisasi nirlaba, yaitu:

a. Laporan Posisi Keuangan (Statement of Financial Position)

Laporan posisi keuangan identik dengan neraca (balance sheet) pada perusahaan komersial. Tujuan laporan posisi keuangan adalah untuk menyediakan informasi mengenai aktiva (harta), kewajiban (utang) dan aktiva bersih lembaga pada satu titik waktu tertentu dan menyajikan hubungan diantara unsur-unsur yang membentuknya.22

Laporan posisi keuangan diharapkan dapat memberi informasi guna menilai:

1) Kemampuan lembaga untuk memberi jasa secara berkelanjutan. 2) Likuiditas, dilihat dari aktiva lancar yang dimilikinya.

21

Ikatan Akuntansi Indonesia, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.45 tentang Pelaporan Keuangan Organisasi Nirlaba, 1998 h. 12

22

Pahala Nainggolan, Akuntansi Keuangan Yayasan dan Lembaga Nirlaba Sejenis, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), edisi ke-1, h 59


(35)

3) Fleksibilitas keuangan, dilihat dari utang serta aset yang dimilikinya. 4) Kemampuan memenuhi kewajibannya, dilihat dari jumlah utang serta

harta lancar yang dapat digunakan untuk melakukan pelunasan utang tersebut.

5) Kebutuhan pendanaan dari luar (eksternal) b. Laporan Aktivitas ( Statement of Activities)

Laporan aktivitas terdiri atas dua bagian besar yaitu pendapatan dan beban biaya lembaga.23 Tujuan utama dari laporan aktivitas adalah menyediakan informasi mengenai:

1) Pengaruh transaksi dan peristiwa lain yang mengubah jumlah dan sifat aktiva bersih.

2) Hubungan antar transaksi dan peristiwa lain.

3) Bagaimana penggunaan sumber daya dalam pelaksanaan berbagai program atau jasa

Informasi dalam laporan aktivitas yang digunakan bersama dengan pengungkapan informasi dalam laporan keuangan lainnya dapat membantu para penyumbang, anggota organisasi, kreditur dan pihak lainnya untuk:

a) Mengevaluasi kinerja dalam suatu periode.

b) Menilai upaya, kemampuan dan kesinambungan organisasi dan memberikan jasa.

c) Menilai pelaksanaan tanggungjawab dan kinerja manajer.

23


(36)

c. Laporan Arus Kas (Statement of Cash Flows)

Tujuan utama laporan arus kas adalah menyajikan informasi mengenai penerimaan dan pengeluaran kas dalam suatu periode. Laporan arus kas organisasi nirlaba disajikan sesuai dengan laporan arus kas organisasi bisnis merujuk pada PSAK No 2 tentang laporan arus kas.

Laporan arus kas menyajikan sumber aliran kas dari tiga golongan besar sebagai berikut:24

1) Kelompok Operasi (operasional)

Dalam kelompok ini penambahan dan pengurangan arus kas yang terjadi pada perkiraan yang terkait dengan operasional lembaga.

2) Kelompok Investasi

Termasuk dalam kelompok investasi adalah semua transaksi yang terkait dengan investasi lembaga berupa pembelian aktiva tetap dan aktiva lainnya.

3) Kelompok Pendanaan

Termasuk dalam kelompok ini perkiraan yang terkait dengan transaksi penciptaan utang lembaga dan aktiva bersih. Tambahan yang ada di laporan arus kas lembaga nirlaba pada aktivitas pendanaan yaitu:25

a) Penerimaan kas dari penyumbang yang penggunaannya dibatasi untuk jangka panjang.

24

Pahala Nainggolan, Akuntansi Keuangan Yayasan dan Lembaga Nirlaba Sejenis, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), edisi ke-1, h. 65

25


(37)

b) Penerimaaan kas dari sumbangan dan penghasilan investasi yang penggunaannya dibatasi untuk pemerolehan, pembangunand dan pemeliharaan aktiva tetap atau peningkatan dana abadi.

c) Bunga dividen yang dibatasi penggunaannya untuk jangka panjang. d) Pengungkapan informasi mengenai aktivitas investasi dan pendanaan

nonkas; sumbangan berupa bangunan atau aktivitas investasi. d. Catatan atas Laporan Keuangan (Notes to Financial Statements)

Tujuan catatan atas laporan keuangan adalah memberikan informasi tambahan tentang perkiraan-perkiraan yang dinyatakan dalam laporan keuangan. Isi catatan ini yaitu memuat rincian dan penjelasan yang detail dari laporan keuangan sebelumnya. Catatan atas laporan keuangan juga digunakan untuk memberi informasi mengenai kebijakan akuntansi yang dilakukan.26

6. Pentingnya Laporan Keuangan

Penyajian laporan keuangan telah dijelaskan diatas sebagai bahan untuk memberikan informasi keuangan kepada pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan agar dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan dalam membuat keputusan ekonomi.

Pihak-pihak yang berkepentingan terhadap sebuah perusahaan sangatlah perlu untuk mengetahui kondisi keuangan perusahaan tersebut. Dan

26

Pahala Nainggolan, Akuntansi Keuangan Yayasan dan Lembaga Nirlaba Sejenis, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), edisi ke-1, h. 69


(38)

dalam hal ini dapat tercermin dalam laporan keuangan perusahaan yang bersangkutan. Pada awalnya laporan keuangan hanyalah sebagai alat penguji dari pekerjaan bagian pembukuan. Akan tetapi, pada perkembangan selanjutnya laporan keuangan telah dijadikan sebagai dasar untuk menganalisa, menilai dan menentukan posisi keuangan perusahaan. Berdasarkan hasil analisa tersebut pihak-pihak yang berkepentingan dapat mengambil suatu keputusan.

Beberapa pihak yang berkepentingan terhadap informasi laporan keuangan perusahaan adalah; pemilik perusahaan, manajer perusahaan yang bersangkutan, para kreditur, banker, para investor, dan juga pemerintah serta buruh atau pihak-pihak lannya.

Bagi pihak investor sendiri memiliki kepentingan atas laporan keuangan untuk memutuskan dimana mereka akan menanamkan modalnya. Kepentingan tersebut terkait dengan prospek keuntungan dimasa mendatang serta perkembangan perusahaan selanjutnya. Selain itu, jaminan investasi dan kondisi kerja atau kondisi keuangan jangka pendek dari perusahaan tersebut. Berdasarkan hasil analisa laporan keuangan tersebut pihak investor akan dapat menentukan langkah yang tepat yang harus ditempuhnya. Pihak kreditur dan banker memiliki kepentingan atau laporan keuangan dalam hal memutuskan untuk menolak atau memberikan permohonan kredit atau pembiayaan suatu perusahaan. Pihak ini perlu mengetahui terlebih dahulu posisi keuangan dari perusahaan peminta kredit atau pembiayaan yang bersangkutan.


(39)

Secara sederhana dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan dapat memberikan manfaat yang sangat berarti dalam berbagai hal terkait dengan perusahaan yang bersangkutan. Melalui laporan keuangan akan dapat dinilai kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya, struktur modal perusahaan, distribusi aktiva, efektivitas penggunaan aktiva, hasil usaha atau perolehan laba dan lainnya.

C. Organisasi Pengelola Zakat (OPZ) 1. Pengertian

Organisasi pengelola zakat adalah institusi yang bergerak dibidang pengelolaan dana zakat, infaq dan shodaqoh. Sedangkan menurut Undang-undang No.38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat, definisi pengelolaan zakat diartikan sebagai kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan terhadap pengumpulan dan pendistribusian, serta pendayagunaan zakat.27

Keberadaan organisasi pengelola zakat di Indonesia diatur oleh beberapa peraturan perundang-undangan, yaitu: UU No.38 tahun 1999 tentang pengelolaan zakat, Keputusan Menteri Agama No.581 tahun 1999 tentang pelaksanaan UU No.38 tahun 1999, dan Keputusan Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Islam Urusan Haji No.D/291 tahun 2000 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Zakat.

27

Undang-Undang Republik Indonesia No.38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat Pasal 1, ( Jakarta, 1999), h.2.


(40)

Dalam peraturan perundang-undangan diatas, diakui adanya dua jenis organisasi pengelola zakat, yaitu:

a. Badan Amil Zakat

Adalah organisasi pengelolaan zakat yang dibentuk oleh pemerintah. b. Lembaga Amil Zakat

Adalah organisasi pengelolaan zakat yang sepenuhnya dibentuk oleh masyarakat dan dikukuhkan oleh pemerintah.

2. Lembaga Amil Zakat

Lembaga Amil Zakat (LAZ) adalah organisasi pengelolaan zakat yang sepenuhnya dibentuk atas prakarsa masyarakat dan oleh masyarakat dan dikukuhkan oleh pemerintah, lembaga zakat memiliki berbagai tingkatan, yaitu:

a. Nasional, dikukuhkan oleh Menteri Agama

b. Daerah Propinsi, dikukuhkan oleh Gubernur atas usul Kepala Kantor Wilayah Departemen Agama Propinsi

c. Daerah Kabupaten atau Kota, dikukuhkan oleh Bupati atau Walikota atas usul Kepala Kantor Departemen Agama Kabupaten atau Kota.

d. Kecamatan, dikukuhkan oleh Camat atas usul Kepala Kantor Urusan Agama Kecamatan.

Setelah mendapatkan pengukuhan Lembaga Amil Zakat (LAZ) memiliki kewajiban sebagai berikut:


(41)

b. Menyusun laporan termasuk laporan keuangan

c. Mempublikasikan laporan keuangan yang telah diaudit melalui media massa

d. Menyerahkan laporan kepada pemerintah.

Jika sebuah lembaga amil zakat tidak lagi memenuhi persyaratan pengukuhan dan tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana diatas maka pengukuhannya dapat ditinjau ulang bahkan sampai di cabut. Hanya Lembaga Amil Zakat (LAZ) yang telah dikukuhkan oleh Pemerintah saja yang diakui bukti setoran zakatnya sebagai pengurang penghasilan kena pajak dari muzakki yang membayarkan dananya.

Bentuk badan hukum diatas tidak dijelaskan secara eksplisit. Namun, badan hukum yang cocok untuk Lembaga Amil Zakat (LAZ) untuk saat ini adalah yayasan. Hal ini dikarenakan lembaga amil zakat termasuk kategori organisasi nirlaba (organisasi yang tidak berorientasi pada keuntungan) dan badan hukum yayasan dalam melakukan kegiatannya tidak berorientasi untuk memupuk laba.28

3. Urgensi Lembaga Amil Zakat (LAZ)

Dalam al-Qur’an dinyatakan bahwa lembaga amil zakat memiliki arti penting dalam pengelolaan dana zakat, sebagaimana yang dijelaskan dalam Surat at-Taubah: 60 berikut:

☺ ☺

28

Widodo, Hertanto. dan Teten.Kustiawan, Akuntansi dan Manajemen Keuangan untuk Organisasi pengelola Zakat. (Ciputat: Penerbit IMZ, 2001), h. 22


(42)

Artinya :”Sesungguhnya zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang miskin, amil zakat, yang dilunakan hatinya (mu”alaf), untuk memerdekakan hamba sahaya, untuk membebaskan orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan orang yang sedang dalam perjalanan sebagai kewajiban dari Allah. Allah Maha Mengetahui, Maha Bijaksana”.

Terdapat juga dalam surat at-Taubah:103, yaitu:

⌦ ☺

Artinya :“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketentraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”

Dalam surat at-Taubah ayat 60 tersebut, dikemukakan bahwa salah satu golongan yang berhak menerima zakat (mustahik zakat) adalah orang-orang yang bertugas mengurus urusan zakat (‘amilina ‘alaiha). Sedangkan dalam at-Taubah ayat 103 dijelaskan bahwa zakat itu diambil (dijemput) dari orang-orang yang berkewajiban untuk berzakat (muzakki) untuk kemudian diberikan kepada mereka yang berhak menerimanya (mustahik). Yang mengambil dan yang menjemput tersebut adalah para petugas (‘amil). Diambilnya zakat dari muzakki (orang yang memiliki kewajiban berzakat) melalui amil zakat untuk kemudian disalurkan kepada mustahik, menunjukan kewajiban zakat itu bukan


(43)

semata-mata bersifat amal karitatif (kedermawanan), tetapi juga ia suatu kewajiban yang juga bersifat otoratif (ijbari).

Pengelolaan zakat oleh organisasi pengelola zakat, apalagi memiliki kekuatan hukum formal, akan memiliki beberapa keuntungan dan untuk menjadikan sebuah lembaga amil zakat yang selalu menjunjung tinggi professional dalam bekerja. Didin Hafidudin menjelaskan lima (5) keunggulan penyaluran zakat melaui Lembaga Amil Zakat (LAZ), yaitu29:

a. Lebih sesuai dengan petunjuk al-Qur’an dan as-Sunnah. b. Untuk menjamin kepastian dan disiplin pembayaran zakat.

c. Untuk menjaga perasaan rendah diri para mustahik apabila berhadapan langsung untuk menerima zakat dari para muzaki.

d. Untuk mencapai efisiensi dan efektivitas, serta sasaran yang tepat dalam pendayagunaan zakat menurut skala prioritas yang ada pada suatu tempat. e. Untuk memperlihatkan syiar Islam dalam semangat penyelenggaraan

pemerintah yang Islami.

Sebaliknya, jika zakat diserahkan langsung dari muzakki kepada mustahik, hal-hal tersebut diatas akan terabaikan serta hikmah dan fungsi zakat yang berkaitan dengan kesejahteraan umat akan sulit diwujudkan.

29

Didin Hafiduddin, Zakat dan Perekonomian Modern, (Jakarta: Gema Insani Press, 2002), cet ke-1, h. 54


(44)

4. Karakteristik Lembaga Amil Zakat (LAZ)

Zakat merupakan satu-satunya rukun Islam yang berdimensi sosial langsung, penunaian zakat oleh orang yang wajib menunaikan (muzakki) tidak akan sah apabila tidak melibatkan orang yang berhak menerima zakat (mustahik). Zakat juga merupakan satu-satunya ibadah yang petugasnya diatur dalam al-Qur’an, petugas zakat (amil zakat) harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:30

a. Muslim yang jujur dan amanah b. Mukallaf

c. Memahami hukum-hukum zakat

d. Memiliki kemampuan untuk melaksanakan tugas

Organisasi pengelola zakat yang terdiri atas BAZ dan LAZ merupakan institusi amil zakat yang diatur dalam UU No.38 tahun 1999, kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan terhadap pengumpulan dan pendistribusian, serta pendayagunaan zakat yang dilakukan organisasi pengelola zakat, salah satunya adalah Lembaga Amil Zakat (LAZ) harus sesuai dengan ketentuan agama, antara lain sebagai berikut:31

a. Tidak menerima dana yang tidak halal

b. Setiap dana yang diterima harus dapat dibedakan apakah zakat atau kewajiban harta lainnya (infaq, shodaqoh, hibah, wasiat, waris, kafarat) serta harus jelas bentuk akadnya apakah mutlaq atau muqoyyad.

30

Devi Nurmaliza, “Penyusunan Sistem Akuntansi LAZ DPU. Darut Tauhid (berdasarkan Sistem Akuntansi Rumusan Forum Zakat dan PSAK No 45”, (Skripsi S1 Fakultas Manajemen Ekonomi SEBI, Jakarta,2008), h. 41

31

Tim Penyusun, Pedoman Akuntansi Organisasi Pengelola Zakat. (Jakarta: Forum Zakat,2005) h.3-4


(45)

c. Menyalurkan dana hanya kepada mustahik serta menggolongkan seorang mustahik dalam salah satu asnaf mustahik.

d. Tidak menyalurkan dana dalam bentuk kegiatan yang bertentangan dengan syariah Islam

e. Tidak mendzolimi hak masing-masing asnaf mustahik

f. Berusaha meningkatkan kesejahteraan, merubah kondisi atau menyelesaikan permasalahan mustahik

g. Setiap dana yang disalurkan harus dapat dibedakan apakah berasal dari zakat atau kewajiban harta lainnya (infaq, shodaqoh, hibah, wasiat, waris, kafarat)

h. Wajib mencatat, melaporkan dan mempublikasikan laporan penerimaan dan penyaluran dana.

5. Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Lembaga Amil Zakat (LAZ)

Saat ini, ilmu akuntansi berkembang cukup pesat. Hal ini dapat dilihat dari berkembangnya cabang-cabang dari ilmu akuntansi itu sendiri, salah satu cabangnya adalah akuntansi keuangan. Khusus akuntansi keuangan dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu:32

a. Akuntansi Komersial

Jenis akuntansi ini biasanya dipergunakan untuk organisasi yang berorientasi mencari keuntungan (profit organization), seperti perusahaan-perusahaan bisnis.

32

Hertanto Widodo dan Teten Kustiawan, Akuntansi dan Manajemen Keuangan untuk Organisasi pengelola Zakat. (Ciputat: Penerbit IMZ, 2001), h. 17


(46)

b. Akuntansi Dana

Jenis akuntansi ini digunakan untuk organisasi yang tidak berorientasi mencari keuntungan atau sering disebut dengan organisasi nirlaba, seperti pemerintahan, yayasan-yayasan sosial, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), organisasi keagamaan, partai politik dan termasuk organisasi pengelola zakat yang terdiri dari Badan Amil Zakat (BAZ) dan Lembaga Amil Zakat (LAZ). Akuntansi dana adalah proses menganalisa, mancatat, mengklasifikasikan dan melaporkantransaksi-transaksi keuangan organisasi sebagai suatu kesatuan dan untuk masing-masing dana serta penafsiran atas hasil aktivitasnya.33

Akuntansi merupakan ilmu yang sangat dibutuhkan oleh semua organisasi, baik organisasi bisnis maupun yang bersifat nirlaba. Dengan diterapkannya akuntansi yang baik, maka organisasi dapat dikatakan telah melaksanakan akuntabilitas dan trasparansi yang baik. Hal ini karena dengan akuntansi, organisasi dapat mengetahui kinerja keuangannya dengan disusunnya laporan keuangan. Terlebih lagi jika laporan keuangan yang telah dibuat itu dipublikasikan secara luas.

Kewajiban melaksanakan akuntabilitas dan transparansi bagi organisasi pengelola zakat juga dituntut oleh peraturan perundang-undangan. Hal ini tercantum dalam Undang-Undang No.38 tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat dan Keputusan Menteri Agama No.373 tahun 2003tentang Pelaksanaan UU No.38 tahun 1999, dan Keputusan Direktur Jenderal Bimbingan

33


(47)

Masyarakat Islam Urusan Haji No.D/291 tahun 2000 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Zakat.

Saat ini Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) telah mengeluarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Nomor 45 tentang Pelaporan Keuangan Organisasi Nirlaba. Jenis akuntansi yang digunakan oleh organisasi nirlaba (organisasi yang tidak berorientasi mencari keuntungan) seperti: pemerintahan, yayasan-yayasan sosial, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), organisasi keagamaan, partai politik dan termasuk organisasi pengelola zakat adalah akuntansi dana, walaupun tidak secara tegas dinyatakan didalam PSAK No.45 tersebut.


(48)

BAB III

GAMBARAN UMUM DOMPET DHUAFA

Dompet Dhuafa Republika adalah lembaga nirlaba yang berkhidmat mengangkat harkat sosial kemanusiaan kaum dhuafa dengan dana zakat, infak, sedekah dan wakaf (ZISWAF). Organisasi ini lahir dari empati kolektif komunitas jurnalis yang sering berinteraksi dengan masyarakat miskin, sekaligus kerap jumpa dengan kaum kaya. Digagaslah manajemen galang kebersamaan dengan siapapun yang berkepedulian kepada kaum dhuafa. Empat orang wartawan yaitu Parni Hadi, Haidar Bagir, S. Sinansari Ecip dan Eri Sudewo berpadu sebagai Dewan Pendiri lembaga independen DOMPET DHUAFA REPUBLIKA.1

A. Sejarah Berdiri Dompet Dhuafa Republika

Dalam sebuah kegiatan di Gunung Kidul Yogyakarta, para wartawan menyaksikan aktivitas pemberdayaan kaum miskin yang didanai mahasiswa. Dengan menyisihkan uang saku, mahasiswa membantu masyarakat miskin. Aktivitas sosial yang telah dilakukan sambilan di lingkungan Republika kemudian terdorong untuk dikembangkan. Apalagi kala itu, masyarakat luas pun telah terlibat menyalurkan ZIS-nya (zakat, infak dan sedekah) melalui Dompet Dhuafa Republika (disingkat DD Republika) yang dipublikasikan pada kolom Dompet Dhuafa di Harian Umum Republika.

1

Profil Dompet Dhuafa Republika dari http://www.dompetdhuafa .or.id diakses hari kamis, tanggal 25 Maret 2010


(49)

Kebersamaan adalah kekuatan, sekelompok wartawan merasa terpanggil menyaksikan kemiskinan kian menumpuk disekeliling. Dimulai dari diskusi kemudian menjadi aksi. Cita-cita ringkas zakat ditarik dari penghasilan. tanpa perantara dana kemudian disalurkan langsung kepada dhuafa. Dana kemudian disalurkan kepada simiskin saat jumpa dalam tugas dengan manajemen waktu sisa.2

Gunung Kidul lekat dengan legenda kemiskinan. Tanahnya tandus, kering dan gersang. Di musim kemarau, tetanahan gunung Kidul retak, pecah-pecah seperti bibir penduduknya yang hampir tak pernah mencicipi panganan bergizi. Inilah salah satu agenda keprihatinan Corp Dakwah Pedesaan (CDP) dan Harian Umum Republika, dalam silaturahmi di Yogyakarta, 23 Juni 1993. Mendukung gerakan CDP, terhimpunlah zakat karyawan Republika melalui Ikatan Silaturrahmi Republika (ISR). Setelah melibatkan masyarakat , mulai 2 Juli 1993 ISR menyandang nama Dompet Dhuafa (DD) Republika.

Maka atas pertimbangan profesional Dompet Dhuafa Republika diformalkan sebagai lembaga pada tanggal 2 Juli 1993. Momentum ini ditetapkan sebagai hari lahir Dompet Dhuafa Republika. Dari aspek legal formal, untuk memenuhi ketentuan hukum yang berlaku, Dompet Dhuafa Republika mendaftarkan diri ke Departemen Sosial RI sebagai organisasi yang berbentuk Yayasan. Pembentukan yayasan dilakukan di hadapan Notaris H

2


(50)

Abu Yusuf SH tanggal 14 September 1994, diumumkan dalam Berita Negara RI No. 163/A.YAY.HKM/1996/PN JAKSEL.3

Sejak Harian Umum REPUBLIKA lahir awal 1993, wartawan media ini memotori segenap kerabat kerja untuk menyalurkan zakat sebesar 2,5% dari penghasilan. Dana tersebut dikumpulkan kemudian didayagunakan langsung kepada dhuafa yang berhak. Karena dilakukan pada waktu-waktu sisa, tentu saja dana yang terkumpul maupun pendayagunaannya tidak dapat maksimal.4

Berdasarkan Undang-undang RI Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan zakat, Dompet Dhuafa merupakan institusi pengelola zakat yang dibentuk oleh masyarakat. Tanggal 8 Oktober 2001, Menteri Agama Republik Indonesia mengeluarkan Surat Keputusan Nomor 439 Tahun 2001 tentang Pengukuhan Dompet Dhuafa Republika sebagai Lembaga Amil Zakat (LAZ) tingkat nasional.

Seiring waktu berjalan, Dompet Dhuafa menekuni kekhidmatannya. Sejak awal beroperasi Dompet Dhuafa Republika mendedikasikan dan mempertanggungjawabkan aktivitasnya kepada public. Pertanggungjawaban diantaranya dilakukan dengan publikasi perolehan dana dan artikel-artikel pendayagunaan dana melalui Harian Umum Republika. Laporan keuangan yang telah diaudit oleh akuntan public setiap tahun, dipublikasiakan pula melalui berbagai media massa ternama.5

3

Profil Dompet Dhuafa dari http://www.dompetdhuafa .or.id diakses hari kamis, tanggal 25 Maret 2010

4

Forum Zakat, Organisai Pengelola Zakat, (Jakarta, 2001), h. 1

5

Profil Dompet Dhuafa Republika, diakses pada tanggal 25 Maret 2010 dari Http//: Dompet Dhuafa.or.id


(51)

B. Prinsip Dasar

Dompet Dhuafa memiliki prinsip dasar yang khas meliputi:6

1. Moral

Jujur, amanah dan ihsan.

2. Kedudukan lembaga

Non-politik, netral-objektif, independen, non-rasial.

3. Manajemen

Transparan, dapat dipertanggungjawabkan, profesional, berdayaguna, berhasilguna, berorientasi pada perbaikan terus menerus.

4. Pengembangan

Inovatif, kreatif, berorientasi pada social entrepreneurship dan investasi sosial.

5. Fiqh

Bukan semata ibadah ritual, meraup sekaligus tiga unsur yaitu muzaki, amil dan mustahik.

C. Visi, Misi dan Tujuan 1. Visi

Terwujudnya masyarakat berdaya yang bertumpu pada sumber daya lokal melalui sistem yang berkeadilan.

2. Misi

a. Membangun nilai kemanusiaan dan kemandirian.

6Profil Dompet Dhuafa dari http://www.dompetdhuafa .or.id diakses hari kamis, tanggal


(52)

b. Melakukan optimalisasi penggalangan sumber daya masyarakat.

c. Mendorong sinergi program dan jaringan organisasi pemberdayaan masyarakat global.

d. Mengembangkan zakat sebagai alternative dalam pengentasan kemiskinan.

e. Menumbuhkembangkan dan mendayagunakan asset masyarakat melalui ekonomi berkeadilan.

3. Tujuan

a. Meningkatkan efektivitas kinerja lembaga.

b. Meningkatkan otonomi jaringan lembaga melalui devolusi, desentralisasi dan pelimpahan wewenang.

c. Meluasnya pemahaman, penerimaan dan pelaksanaan ekonomi berkeadilan.

d. Meningkatkan pendayagunaan asset masyarakat melalui pengelolaan Ziswat dan derma.

e. Tercapainya kemandirian komunitas sasaran.

C. Struktur Organisasi

Komposisi pengurus Dompet Dhuafa Republika sebagai berikut:7

1. Dewan Pembina

Parni Hadi (ketua), Haidar Bagir, Ecip S. Sinansari, Eri Sudewo, MDM, KH DR Didin Hafidhuddin, MSc., Houtman Z. Arifin, MBA

7


(53)

2. Dewan Pengawas

KH DR Didin Hafidhuddin, MSc.(ketua) Rahmad Riyadi

Erry Riyana Hardjapamekas

3. Dewan Syariah

Prof. Dr. Muhammad Amin Suma Bobby Herwibowo, Lc.

Izzudin Abdul Manaf, Lc

4. President Director

Ismail A. Said

5. Executive Director

Ahmad Juwaini

6. Internal Audit

Tri Estriani

7. Communication & Remo Director

Yuli Pujihardi

8. Program Director

M Arifin Purwakananta

9. Business Director

Kusnandar

10. Finance Director


(54)

Dompet Dhuafa memegang posisi strategis dengan tiga peran yang dimainkan. Pertama, lembaga berperan sebagai pembuka kran muzaki/donatur. Kedua, Dompet Dhuafa berperan sebagai kreator program-program pemberdayaan. Ketiga, dengan program yang dirancang, Dompet Dhuafa memberdayakan dhuafa.

Dari sudut pandang lain, Zakat, Infak dan Sedekah (ZIS) merupakan

sumb e r dana abadi. Maka kegiatan yang berkait dengan ZIS dan pemberdayaannya tidak akan pernah berakhir. Eksistensi Dompet Dhuafa adalah kebutuhan masyarakat.

Dari kedua sisi tersebut, Dompet Dhuafa memantapkan diri untuk eksis

se sua i visi dan misinya. Dan untuk menyongsong masa depan dan perkembangan lembaga, Dompet Dhuafa bergerak dengan Jejaring Multi Koridor.

D. Program-program Dompet Dhuafa Republika 1. Inti Aktivitas

Inti aktivitas Dompet Dhuafa Republika yaitu: "MENYANTUN DHUAFA, MENJALIN UKHUWAH, MENGGUGAH ETOS KERJA" Inti aktivitas tersebut selanjutnya dijabarkan pada 3 (tiga) konsentrasi manajemen berikut ini :8

8


(55)

a. Manajemen Lini

1) Penghimpunan

- Sosialisai ZIS (Zakat, Infak dan Shadaqah) - Layanan konseling ZIS

- Layanan penerimaan dana ZIS termasuk donasi kemanusiaan dan program tanggungjawab social perusahaan yang dikerjasamakan

- Layanan Muzakki/donatur 2) Pendayagunaan

- Pelayanan social untuk kebutuhan krisis dan mendesak - Pengembangan ekonomi masyarakat

- Pengembangan sumber daya masyarakat

b. Manajemen Pendukung. Keuangan dan Administrasi

- Pencatatan, pendokumentasian dan pengarsipan transaksi dana ZIS (zakat, infak dan sedekah)

- Pengelolaan dana ZIS sesuai ketentuan syariah dan prinsip akuntansi yang berlaku

- Penerbitan laporan keuangan berkala, termasuk yang diaudit oleh Akuntan Publik

- Pengelolaan dan pengembangan sumber daya insani amil - Pengelolaan kesekretariatan dan tata graha lembaga


(56)

c. Manajemen Kontrol.

Dewan Syariah, Internal Auditor

Dalam tataran praktis, dana zakat, infak dan sedekah menjadi salah satu tiang pemberdayaan. Dalam tataran lain, Dompet Dhuafa pun harus membangkitkan semangat membangun yang non-ZIS. Faktor yang lain itu adalah jiwa, tenaga, waktu dan doa. Faktor ini harus berintegrasi dalam satu jalinan, baik dikalangan muzaki dalam lembaga Dompet Dhuafa Republika dan mitra maupun ditingkat mustahik.

2. Program Kegiatan a.Bidang Pendidikan

1) Sekolah Unggul Bebas Biaya “SMART Ekselensia Indonesia”. SMART Ekselensia Indonesia adalah sekolah tingkat menengah berasrama dan bebas biaya yang berada di bawah naungan Lembaga Pengembangan Insani (LPI) Dompet Dhuafa. Didirikan pada tahun 2004, sekolah ini telah memiliki siswa didik berjumlah 137 untuk 4 angkatan. Sekolah yang diperuntukkan bagi anak-anak dari kalangan dhuafa yang berprestasi dari seluruh Indonesia ini digagas untuk meningkatkan harkat dan derajat kaum dhuafa melalui program pendidikan dan pembinaan yang komprehensif dan berkesinambungan. Diharapkan, setelah melalui proses pendidikan dan pembinaan di SMART EI, setiap siswa memiliki bekal berkarya untuk bangsa, negara dan agamanya


(57)

2) Beastudi Sarjana “Beastudi Etos”. Beastudi Etos adalah beastudi yang diperuntukkan bagi mahasiswa berpotensi namun memiliki keterbatasan ekonomi di sebelas perguruan tinggi negeri (PTN) di Indonesia. Bentuk beastudi yang diberikan adalah biaya masuk perguruan tinggi, SPP semester I dan II, akomodasi asrama selama tiga tahun, uang saku sebesar Rp 400.000,00 – Rp 450.000,00 per bulan selama tiga tahun, dan pelatihan pengembangan diri (self development training)

3) Pengembangan Kapasitas Guru “ Makmal Pendidikan”. Makmal Pendidikan adalah sebuah laboratorium pendidikan yang berusaha menjawab kebutuhan peningkatan kualitas guru dan sekolah melalui program-programnya yakni pelatihan guru, pendampingan, dan sahabat guru Indonesia. Pelatihan guru bertujuan untuk meningkatkan kualitas guru akan berdampak pada pengelolaan pembelajaran di kelas dan peningkatan kualitas hasil belajar siswa. Peningkatan kualitas hasil belajar yang dimaksud adalah daya kreatifitas, penalaran, kearifan sosial dan peningkatan nilai akademik.

b. Bidang Kesehatan

1) Layanan Kesehatan Cuma-Cuma (LKC) merupakan lembaga non profit jejaring Dompet Dhuafa Republika khusus di bidang kesehatan yang melayani kaum dhuafa secara paripurna melalui pengelolaan dana sosial masyarakat (ZISWAF- Zakat, Infak, Sedekah dan wakaf) dan dana sosial perusahaan. Untuk itu, pada tahun 2001, Dompet Dhuafa Republika mendirikan Layanan Kesehatan Cuma-Cuma (LKC) Ciputat,


(58)

guna memberikan akses layanan kesehatan yang layak dan optimal secara gratis bagi kaum dhuafa. Lebih dari 150.000 kaum dhuafa telah terlayani oleh LKC.

2) Rumah Sakit Gratis, Untuk mengembangkan layanan di tahun 2007, Dompet Dhuafa Mendirikan lagi Rumah Sehat di Masjid Sunda Kelapa. Tercatat 200.000 member kaum dhuafa yang sudah mendapatkan layanan ini secara Cuma-Cuma pula. Dan untuk lebih meningkatkan kualitas layanan kesehatan kepada kaum dhuafa, Dompet Dhuafa Republika berinisiasi membangun Rumah Sehat Terpadu (RST). Dari sinilah diharapkan lahir model layanan kesehatan yang dibiayasi seluruhnya dari dana zakat, infak/sedekah serta wakaf.9

c. Bidang Sosial

1) Pengembangan Kemandirian “Institut Kemandirian”. Sebuah model pemberdayaan praktis dalam satu area terpadu dijadikan semacam diklat/sekolah kemandirian ini didirikan pada 23 Mei 2005. Ada dua jenis pelatihan keterampilan mandiri yang diselenggarakan di IK yakni Pelatihan Kewirausahaan dan Pelatihan Keterampilan Teknis. Yang pertama bermaksud membangun wawasan dan motivasi kewirausahaan bagi peserta didik yang terdiri atas masyarakat pengusaha kecil, pemula usaha, dan kalangan khusus yang kelak diharapkan dapat memantik aktivitas mandiri di lingkungannya. Sedangkan pelatihan teknis, yang

9 Profil Dompet Dhuafa Republika, diakses pada tanggal 25 Maret 2010 dari Http//:


(59)

bertujuan membekali peserta dengan keterampilan teknis terdiri atas kelompok keterampilan otomotif, menjahit, dan perkayuan. Untuk menunjang berbagai pelatihan ini telah ditempatkan empat buah laboratorium praktik yakni Laboratorium Otomotif, Laboratorium Katering, Laboratorium Menjahit, dan Laboratorium Perkayuan. Bekal keterampilan peserta ini sungguh membanggakan karena dari lulusan IK kini telah tersebar ‘’virus’’ kemandirian yang terus mengembang dan menjadikan kalangan dhuafa percaya diri untuk memulai usaha. Sampai 2008, telah terbina jejaring kemandirian dengan kalangan koperasi, kelompok peminat ussaha mandiri, frenchiser, dan perusahaan-perusahaan yang ingin memanfaatkan dana CSR dalam suatu kerja sama pelatihan kemandirian.

2) BMT Center

Kerinduan terhadap lahirnya lembaga keuangan yang berpihak kepada kaum lemah merupakan cita-cita awal DD. Sejak munculnya BMT (Baitul Maal Wa Tamwil) di Jakarta dan Semarang (BMT Insan Kamil dan Binama), terasa perlu adanya lembaga yang menggalang tumbuhnya lembaga keuangan serupa dalam satu sinergi, Dompet Dhuafa (DD) telah berhasil mensponsori lebih kurang pendirian 60 LKMS (Lembaga Keuangan Mikro Syariah-termasuk BMT) dan tersebar di Pulau Jawa dan Sumatera. Sebagai kelanjutan dari langkah ini tahun 2006 DD memfasilitasi silaturahmi 200 pengelola BMT se-Jawa dan Sumatera sekaligus menandai berdirinya Perhimpunan BMT


(60)

Indonesia yang kemudian dikenal dengan nama BMT Center. Di bahwa sinergi BMT Center aneka program telah digulirkan dan meliputi advokasi, konsultasi, jasa audit syariah, training, pooling fund, dan penempatan dana. Aliansi ini berlanjut dengan menangani sindikasi pembiayaan, aktivitas kliring, dan penjaminan dana.

3) Baitul Maal Desa (BMD) Program ini bertujuan untuk memudahkan bagi masyarakat khususnya di pedesaan dalam rangka meningkatkan kemandirian dalam kehidupan ekonomi. Program Baitul Maal Desa (BMD) ini sebenarnya adalah perluasan dari konsep BMT (Baitul Maal wat Tamwil) yang sudah lebih dahulu berkembang. Program BMD menitikberatkan pada pengembangan potensi lokal setempat. Banyak desa-desa di Indonesia yang memiliki potensi ekonomi yang besar seperti pertanian, peternakan, perikanan, kehutanan, kelautan, industri kerajinan, dan sebagainya. Potensi ini kadangkala tidak berkembang disebabkan kurangnya perhatian dan pengetahuan dari para pelakunya yang banyak berasal dari kalangan rakyat kecil. Dengan Program BMD ini, diharapkan, potensi bisa lebih maju, berkembang dan menghidupi ekonomi daerah setempat.

Dana yang diberikan kepada masyarakat sifatnya bergulir (revolving fund). Dana awal terus berputar dari satu mustahik ke mustahik lain, berbeda dengan dana pinjaman dari institusi perbankan yang mesti dikembalikan. Dana bergulir ini dimaksudkan untuk merangsang minat dan kreativitas usaha masyarakat, tanpa harus takut dengan


(61)

pengambalian. Setelah satu Mustahik berhasil, dana ini akan berpindah ke Mustahik lainnya dan seterusnya.

4) Kampoeng Ternak, sesuai namanya merupakan lembaga mandiri di bawah Dompet Dhuafa yang semula dipantik oleh animo dan keberhasilan program Tebar Hewan Kurban. Dari tahun ke tahun, sambutan masyarakat akan keberhasilan program yang melibatkan penyediaan ribuan hewan ternak sehat itu makin tak terbendung. Hal ini sekaligus menginspirasi lahirnya pola pemberdayaan berbasis peternakan yang dapat menyejahterakan warga pedesaan. Program Pokok dari Kampoeng Ternak utamanya adalah melakukan pengembangan riset peternakan untuk melahirkan hewan ternak sehat, dan yang kedua adalah pemberdayaan peternak dhuafa. Program riset dan pengembangan Kampoeng Ternak meliputi pembibitan (breeding), pakan, teknologi, manajemen, dan veteriner. Sedangkan program pemberdayaan peternak dibangun dengan menginisiasi kelompok peternak di daerah binaan DD. Kelompok peternak ini disebut mitra DD yang akan menjadi bagian dari proses penyiapan ternak dalam lini pengadaan ternak saat Tebar Hewan Kurban setiap tahun. Kampoeng Ternak kini melakukan aktivitas penyediaan ternak sehat yang mampu memproduksi hewan untuk memasok THK sekitar 1000 ekor domba dan sapi. Sedangkan untuk kemitraan dengan peternak dhuafa, DD menyiapkan tim yang mendampingi peternak di dusun-dusun mitra di seluruh pelosok tanah air untuk menyiapkan hewan yang akan dipotong


(62)

di daerah peternak dan sekitarnya pada saat Tebar Hewan Kurban yang fenomenal itu.

5) Lembaga Pertanian Sehat (LPS) Dompet Dhuafa berdiri pada bulan Juni 1999 yang semula bernama Laboratorium Pengendalian Biologi DD Republika yang berfungsi untuk meneliti dan mengembangkan sarana pertanian tepat guna untuk membantu petani kecil. Pertama kali diproduksi oleh Laboratorium Pengendalian Biologi DD Republika adalah biopestisida (pengendali hama tanaman) berbahan aktif virus serangga NPV (nuclear polyhedrosis virus) yang ramah lingkungan. Produk biopestisida yang berbahan aktif virus patogen serangga hama tersebut, merupakan yang pertama diproduksi di Indonesia dengan nama VIR-L, VIR-X dan VIR-H. Kemudian hasil dari penelitian dan perakitan teknologi tepat guna pada tahun 2000 dihasilkan pupuk organik OFER dan pestisida nabati PASTI berbahan aktif ekstrak akar tuba (Derris sp.).

6) Pada tahun 2002 Laboratorium Pengendalian Biologi berubah nama menjadi Usaha Pertanian Sehat (UPS), hal ini berkaitan erat dengan upaya pengembangan pemasaran produk-produk yang dihasilkan Laboratorium sebelumnya. Pemisahan laboratorium dan usaha dilakukan pada awal tahun 2003 menjadi LPS yang berada di Jejaring Aset Sosial (JAS) dan UPS yang berada di Jejaring Aset Reform (JAR). Selain produk Laboratorium, UPS juga mulai membantu pemasaran produk pertanian dari petani-petani yang telah menggunakan teknologi


(63)

ramah lingkungan, diantaranya berupa Beras Sehat Bebas Pestisida. Kemudian menginjak awal tahun 2004 Laboratorium Pertanian Sehat dan Usaha Pertanian Sehat disatukan kembali menjadi Lembaga Pertanian Sehat Dompet Dhuafa di bawah koordinasi Jejaring Aset Reform (JAR) dengan mandat yang lebih luas tidak hanya penelitian dan produksi sarana pertanian sehat, tetapi juga berupaya untuk melakukan pemberdayaan petani dhuafa melalui Program Pemberdayaan Pertanian Sehat (P3S). Pada tahun 2005 seiring dengan perubahan internal lembaga holding Dompet Dhuafa, LPS menjadi salah satu jejaring pengembangan ekonomi yang diharapkan dapat menjadi sebuah lembaga mandiri secara financial dari sektor produksi dan bisnis dengan tetap tidak kehilangan jatidirinya sebagai jejaring dari lembaga nirlaba Dompet Dhuafa.

d. Bidang Ekonomi

Masyarakat mandiri

a. Program Berbasis Klaster

1) Pemberdayaan Petani Gula Kelapa Pacitan, Jawa Timur 2) Pemberdayaan Peternak Itik di Tangerang

3) Pemberdayaan Pemberdayaan Perajin Tahu Iwul Berbasis Pengelolaan Lingkungan dengan Sistem ZeroWaste di Bojong Sempu (Parung), Bogor

4) Pemberdayaan Petani Ubi Jalar Melalui Penumbuhan Agroindustri berbasis komunitas di Kuningan, Jawa Barat


(1)

(2)

(3)

Lampiran 1.1

YAYASAN DOMPET DHUAFA REPUBLIKA DANA INFAQ/SEDEKAH

LAPORAN POSISI KEUANGAN 29 Sya'ban 1429 Hijriah dan 30 Sya'ban 1428 Hijriah

Rp Rp

AKTIVA

Kas dan setara kas 2,954,042,585 878,462,215 Barang berharga 1,461,000 1,461,000 Piutang 1,346,774,148 1,450,402,738 Biaya dibayar dimuka dan uang muka kegiatan 669,417,181 356,337,625 Dana bergulir 2,503,341,000 1,431,607,667 Aktiva tetap 869,956,850 641,748,889

Jumlah aktiva 8,344,992,764 4,760,020,134

KEWAJIBAN DAN SALDO DANA KEWAJIBAN

Kewajiban kepada pihak ketiga 1,200,000,000 40,000 Kewajiban kepada jejaring 48,416,774

Kewajiban kepada dana lain -

Jumlah kewajiban 1,248,416,774 40,000

SALDO DANA

Dana infaq/sedekah 3,619,627,019 1,234,095,217 Dana termanfaatkan 3,476,948,971 3,525,884,917

Jumlah saldo dana 7,096,575,990 4,759,980,134

Jumlah kewajiban dan saldo dana 8,344,992,764 4,760,020,134

1428 H 1429 H


(4)

DANA INFAQ/SEDEKAH

LAPORAN SUMBER DAN PENGGUNAAN DANA

Untuk periode yang berakhir 29 Sya'ban 1429 Hijriah dan 30 Sya'ban 1428 Hijriah

Rp Rp

SUMBER DANA

Penerimaan infaq/sedekah 8,714,558,350 7,259,975,734 Penerimaan dari kerjasama - 435,000,000 Penerimaan Corporate Social Responsibility 10,056,980,694 -Penerimaan bagi hasil 35,001,295 20,439,597 Penerimaan dana pembiayaan 1,348,416,774 45,000,000 Penerimaan piutang/hutang 3,149,918,392 424,223,475 Penerimaan lain-lain 35,000

Jumlah penerimaan dana 23,304,910,505 8,184,638,806

PENGGUNAAN DANA

Sosialisasi Zakat, Infak/Sedekah dan Wakaf (ZISWAF) 5,883,154,332 4,634,718,194 Kegiatan sosial 9,871,753,748 1,577,652,876 Kegiatan ekonomi 1,013,031,666 -Kegiatan pendidikan 720,971,513 91,400,000 Pembelian aktiva tetap 270,039,627 20,165,000 Pemberian piutang/pembayaran hutang 3,160,427,817 486,211,934

Jumlah penggunaan dana 20,919,378,703 6,810,148,004 Surplus/(defisit) 2,385,531,802 1,374,490,802 Transfer antar dana

Transfer dana dari/(kepada) dana lain - (309,315,586)

SALDO AWAL 1,234,095,217 168,920,001

SALDO AKHIR 3,619,627,019 1,234,095,217

1428 H 1429 H


(5)

Lampiran 1.3

YAYASAN DOMPET DHUAFA REPUBLIKA DANA INFAQ/SEDEKAH

LAPORAN ARUS KAS

Untuk periode yang berakhir 29 Sya'ban 1429 Hijriah dan 30 Sya'ban 1428 Hijriah

Rp Rp

Arus kas diperoleh dari/ (dipergunakan untuk) aktivitas operasi

Penerimaan dana infaq/sedekah 8,714,558,350 7,258,514,734 Penerimaan dari kerjasama - 435,000,000 Penerimaan bagi hasil 35,001,295 20,439,597 Penerimaan Corporate Social Responsibility 10,056,980,694 -Penerimaan lain-lain 35,000 -Penerimaan piutang 89,490,574 (16,988,460) Hibah:

Sosialisasi Zakat, Infak/Sedekah dan Wakaf (ZISWAF) (5,883,154,332) (4,634,718,194) Kegiatan sosial dana infaq/sedekah (9,871,753,748) (1,577,652,876) Kegiatan ekonomi dana infaq/sedekah (13,031,666) -Kegiatan pendidikan dana infaq/sedekah (720,971,513) (91,400,000) Uang muka kegiatan (309,951,431) (185,252,000)

Arus kas bersih diperoleh dari aktivitas operasi 2,097,203,223 1,207,942,801

Arus kas dipergunakan untuk aktivitas investasi

Pembelian aktiva tetap (270,039,627) (20,165,000) Penyaluran dana bergulir (1,000,000,000)

-Arus kas bersih dipergunakan untuk aktivitas investasi (1,270,039,627) (20,165,000)

Arus kas diperoleh dari/(dipergunakan untuk) aktivitas pendanaan

Penerimaa hutang 1,248,416,774 -Alokasi dari/(kepada) dana lain - (309,315,586)

Arus kas bersih diperoleh dari/(dipergunakan untuk)

aktivitas pendanaan 1,248,416,774 (309,315,586)

Kenaikan kas bersih dan setara kas 2,075,580,370 878,462,215

Kas dan setara kas awal periode 878,462,215

-Kas dan setara kas akhir periode 2,954,042,585 878,462,215

1428 H 1429 H


(6)

DANA INFAQ/SEDEKAH

LAPORAN PERUBAHAN DANA TERMANFAATKAN

Untuk periode yang berakhir 29 Sya'ban 1429 Hijriah dan 30 Sya'ban 1428 Hijriah

Rp Rp

SALDO AWAL 3,525,884,917 3,415,032,795

PENAMBAHAN

Biaya dibayar dimuka 5,775,000 -Aktiva tetap 270,039,627 20,165,000 Hutang piutang 3,158,467,817 599,361,708 Dana bergulir 1,071,733,333

Jumlah penambahan 4,506,015,777 619,526,708

PENGURANGAN

Biaya dibayar dimuka 2,646,875 2,887,500 Aktiva tetap 41,831,667 36,563,611 Dana bergulir - -Hutang piutang 4,510,473,181 469,223,475

Jumlah pengurangan 4,554,951,723 508,674,586

SALDO AKHIR 3,476,948,971 3,525,884,917