5. Efek Menumbuhkan Perasaan tertentu
Kehadiran media massa bukan saja dapat menghilangkan perasaan tidak nyaman pada diri seseorang, tetapi juga menumbuhkan perasaan tertentu.
Terkadang seseorang akan mempunyai perasaan positif atau negatif terhadap media tertentu. Tumbuhnya perasaan senang atau percaya pada
suatu media massa tertentu erat kaitannya dengan pengalaman individu bersama media massa tersebut.
b Pendekatan kedua yaitu dengan melihat jenis perubahan yang terjadi pada
khalayak terdiri dari: 1.
Efek kognitif Efek kognitif adalah akibat yang timbul pada diri komunikan yang
sikapnya informatif bagi dirinya. Efek kognitif membahas tentang bagaimana media massa dapat membantu khalayak dalam mempelajari
informasi yang bermanfaat dengan mengembangkan keterampilan kognitifnya. Menurut Mc. Luan Ardianto, 2007:52, media massa adalah
perpanjangan alat indera manusia. Dengan media massa khalayak memperoleh informasi tentang benda, orang atau tempat yang belum
pernah dikunjungi secara langsung. Realitas yang ditampilkan oleh media massa adalah realitas yang diseleksi.
2. Efek Afektif
Efek Afektif kadarnya lebih tinggi dari efek kognitif. Tujuan komunikasi massa nukan sekedar memberitahu khalayak tentang sesuatu.tetapi lebih
dari khalayak harapkan dapat turut merasakan perasaan iba, terharu, sedih, gembira, marah dan sebagainya. Dengan kata lain efek afektif menekankan
pada aspek perasaan dan kebutuhan mencapai tingkat emosional tertentu.
3. Efek Behavioral
Efek behavioral merupakan efek yang timbul pada diri khalayak dalam bentuk perilaku, tindakan atau kegiatan yang dapat diamati. Efek
behavioral tidak sama pada setiap orang. Belajar dari media massa tidak tergantung hanya pada unsur stimulus yang ada pada media massa saja.
Menurut teori belajar sosial dari Bandura, orang yang cendrung meniru perilaku yang diamatinya. Stimulus menjadi teladan untuk perilakunya.
II.3.5 Model dan Riset Komunikasi Massa
Menurut Wibur Schramm dalam artikel “How Communication Works” yang dipublikasikan pada tahun 1954, Schramm membuat 3 model yang dimulai
dari komunikasi manusia yang sederhana, kemudian mengembaangkan dan kemudian memperhitungkan pengalaman dua individu hingga model komunikasi
yang interaktif. Schramm melihat komunikasi sebagai usaha yang bertujuan untuk
menciptakan commonness antara komunikator dan komunikan. Hal ini
Universitas Sumatera Utara
Field of Experience
Field of Experience
Decoder Encoder
dikarenakan komunikasi berasal dari kata lain communis yang artinya common sama.
Bagan 2
Model Komunikasi Wilbur Schramm
Encoder Decoder
Sumber : Ikhsan, Fauzar, FISIP USU 2011, 35 Menurut Schramm komunikasi senantiasa membutuhkan setidaknya 3 unsur :
1. Sumber bisa berupa seoramg individual berbicara, menulis, menggambar, dan
bergerak atau sebuah organisasi komuniasi koran, rumah produksi, televisi 2.
Pesan bisa berupa tinta dalam kertas, gelombang suara dalam udara, lambaian tangan, atau sinyal-sinyal lain yang memiliki makna.
3. Sasaran dapat berupa individu yang mendengarkan , melihat, membaca,
anggota dari sebuah kelompok seperti diskusi kelompok mahasiswa dalam perkuliahan, khalayaak massa, pembaca surat kabar, penonton televisi, dll.
Bagan 3
Model Komunikasi Wilbur Schramm
Sumber : Ikhsan, Fauzar, FISIP USU 2011, 36
Sinyal Source
Sinyal Destination
Source Destination
Universitas Sumatera Utara
Schramm mengenalkan konsepfield of experience, yang menurut Schramm sangat berperan dalam menentukan apaah komunikasi diterima sebagaimana yang
diinginkan oleh komunikan. Schramm menekankan bahwa tanpa adanya field of experience yang saam bahasa yang sama, latar belakang yang sama, kebudayaan
yang sama, dll hanya ada sedikit kesempatan bahwa suatu pesan akan diinterpretasikan dengan tepat. Dalam hal ini model Schramm diatas adalah
pengembangan dari model Shannon dan Weaver. Schramm mengatakan bahwa pentingnya feedback adalah suatu cara untuk megatasi masalah noise. Menurut
Schramm feedback dapat membantu kita mengetahui bagaimana pesan kita diinterpretasikan. Sumber dapat menyandi dan sasaran dapat menyandi balik
pesan berdasarkan pengalaman yang dimilikinya masing-masing. Jika wilayah irisan semakin besar, maka komunikasi lebih mudah dilakukan dan efektif.
Bagan 4
Model Komunikasi Wilbur Schramm
Sumber : Ikhsan, Fauzar, FISIP USU 2011, 36 Pada model ini Schramm percaya bahwa ketika komunikan memberikan
umpan balik maka ia akan berada pada posisi komunikan source. Setiap individu dilihat sebagai sumber sekaligus penerima pesan dan komunikasi dilihat sebagai
suatu proses sirkular daripada suatu proses satu arah seperti pada dua model
Decoder Penerjemah
decoder Decoder
Penerjemah decoder
Pesan
Pesan
Universitas Sumatera Utara
Schramm sebelumnya. Model yang ketiga ini disebut juga model Osgood dan Schramm.
Pesan menurut teori Cutlip dan Center yang dikenal dengan The 7C’s of Communication, Rosady Ruslan, 2005:83-84 meliputi :
a. Credibility yaitu komunikasi yang membangun kepercayaan antara
komunikator dan komunikan. b.
Context yaitu komunikasi dapat berlangsung jika situasi dan kondisi setempat tidak ada gangguan antara komunikator dengan komunikan serta
sarana atau media komunikasi saloing berkaitan. c.
Content yaitu komunikator dapat menyampaikan pesan kepada komunikan dalam hal ini komunikan dapat memahami maksud komunikator sehingga
komunikator merasa puas. d.
Clarity yaitu antara komunikator harus menyampaikan pesan atau berita secara jelas sehingga tujuan dapat tercapai.
e. Continuity and consistency yaitu komunikasi berlangsung secara terus dan
pesan atau berita tidak saling bertentangan tidak berubah-ubahtetap. f.
Capability of audience yaitu komunikator harus memperhatikan kemampuan komunikan pihak penerima dalam menerima pesan, agar
tidak terjadi kesalah fahaman. g.
Channels of distribution yaitu komunikasi harus meggunakan mediaalat komunikasi yang sudah biasa digunakan oleh umum misalnya media cetak
surat kabar, majalah, media elektronik televisi, radio.
II.4 Televisi