Lembaga Perbankan Pengertian Perbankan

13 pendek. Sasaran manajemen bank jangka pendek antara lain meliputi pemenuhan likuiditas terutama untuk memenuhi likuiditas wajib minimum yang ditetapkan oleh otoritas moneter di samping kebutuhan likuiditas untuk memenuhi penarikan dana oleh nasabah sehari-hari, menyediakan jasa-jasa lalu lintas pembayaran dan penanaman dana dalam bentuk surat-surat berharga jangka pendek atau instrument pasar uang. b Sasaran Jangka Panjang Sasaran jangka panjang manajemen bank adalah bagaimana memperoleh keuntungan dari kegiatan bank untuk meningkatkan nilai perusahaan dan memaksimalkan kekayaan pemilik bank. Untuk mencapai sasaran ini manajemen mempertimbangkan faktor-faktor risiko yang dapat membahayakan kondisi usaha bank. Untuk mencapai sasaran jangka panjang ini, bank tidak boleh mengorbankan sasaran jangka pendek dan mengabaikan praktik- praktik dan prinsip-prinsip perbankan yang sehat. Meskipun sasaran jangka panjang ini cukup penting untuk menjaga kontinuitas usaha bank, namun sasaran jangka pendek tetap merupakan masalah prioritas yang mutlak harus di penuhi. Dari penjelasan tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa sasaran pokok manajemen bank pada dasarnya untuk memaksimalkan nilai investasi dai pemilik bank. Untuk mencapai 14 sasaran tersebut manajemen bank harus memperhatikan beberapa hal dalam pengelolaan aktiva dan kewajibannya sebagai berikut : 1 Mengelola likuiditasnya 2 Memperkecil risiko dengan mengalokasikan dananya pada asset yang berisiko rendah atau melakukan diversifikasi. 3 Memperolah dana dengan biaya rendah. 4 Menentukan jumlah modal yang harus dipertahankan dan meningkatkan modal sesuai kebutuhan. 5. Arsitektur Perbankan Indonesia API Arsitektur Perbankan Indonesia merupakan suatu kerangka dasar system perbankan Indonesia yang bersifat menyeluruh dan memberikan arah, bentuk, dan tatanan industri perbankan untuk rentang waktu lima sampai sepuluh tahun ke depan. Arah kebijakan pengembangan industri perbankan dimasa datang oleh Arsitektur Perbankan Indonesia dilantas oleh visi mencapai suatu sistem perbankan yang sehat, kuat dan efisien guna menciptakan kestabilan sistem keuangan dalam rangka membantu mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Arsitektur Perbankan Indonesia menjadi kebutuhan yang mendesak bagi perbankan Indonesia dalam rangka memperkuat fundamental industri perbankan. Krisis ekonimi tahun 1997 menunjukan bahwa industri perbankan nasional belum memiliki 15 kelembagaan perbankan yang kokoh yang didukung dengan infrastruktur perbankan yang baik sehingga secara fundamental masih harus diperkuat untuk mengatasi gejolak internal maupun eksternal. Belum kokohnya fundamental perbankan nasional merupakan tantangan bukan hanya bagi industri perbankan secara umum, tetapi juga bagi Bank Indonesia sebagai otoritas pengawasannya. Johny Sudharmono, 2008:24 Guna mempermudah pencapaian visi Arsitektur Perbankan Indonesia tersebut, maka ditetapkan beberapa sasaran yang ingin dicapai yaitu: a Menciptakan struktur perbankan domestik yang sehat dan mampu memenuhi kebutuhan masyarakat dan mendorong pembangunan ekonomi nasional yang berkesinambungan. b Menciptakan system pengaturan dan pengawasan bank yang efektif dan mengacu pada standar internasional. c Menciptakan induastri perbankan yang kuat dan mamiliki daya saing yang tinggi serta memiliki ketahanan dalam menghadapi risiko. d Menciptakan good corporate governance dalam rangka memperkuat kondisi internal perbankan nasional e Mewujudkan infrastruktur yang lengkap untuk mewujudkan terciptanya industri perbankan yang sehat. 16 f Mewujudkan pemberdaya dan perlindungan konsumen jasa perbankan. Keenam pilar Arsitektur Perbankan Indonesia tersebut menunjang pencapaian visi API yaitu menciptakan system perbankan yang sehat, kjuat, dan efisien guna menciptakan kestabilan system keuangan dalam rangka membantu mendorong pertumbuhan ekonomi nasionnal. Keenam sasaran tersebut digambarkan sebagai 6 pilar penunjang pencapaian visi Arsitektur Perbankan Indonesia. Sejak diluncurkan pada 2004, Arsitektur Perbankan Indonesia telah mendapat beragam tanggapan dalam bentuk saran dan kritik membangun untuk menjadikan program-program Arsitektur Perbankan Indonesia lebih terintegrasi dengan program perekonomian nasional. Selain itu, perkembangan perbankan secara global juga menuntut adanya penyesuaian terhadap program-program Arsitektur Perbankan Indonesia agar waktunya nanti industri perbankan nasional mampu barsaing pada tataran internasional dengan sumber daya manusia yang unggul, teknologi informasi yang memadai, dan infrastruktur penduduk yang cukup. Bertolak dari kebutuhan di atas, bank Indonesia telah menyusun kembali program- program Arsitektur Perbankan Indonesia. Pada dasarnya program – program API yang telah disempurnakan memuat arahan dan strategi yang lebih konkrit terkait dengan konsolidasi perbankan 17 nasional.pengembangan perbankan syariah dalam rangka panjang, peningkatan pembiayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah serta penguatan kelembagaan Bank Perkreditan Rakyat Secara keseluruhan, penyempurnaan ini menyebabkan bertambahnya program dan kegiatan Arsitektur Perbankan Indonesia yang akan dilakukan secara bertahap sampai dengan tahun 2013 dari 19 program yang tertuang dalam 34 kegiatan menjadi 20 program yang dijabarkan ke dalam 55 kegiatan. 6. Tantangan Perbankan ke Depan Untuk mewujudkan perbankan Indonesia yang lebih kokoh, perbaikan harus dilakukan di berbagai bidang, terutama untuk menjawab tantangan-tantangan yang dihadapi perbankan dalam beberapa tahun belakangan ini. Tantangan-tantangan tersebut adalah sebagai berikut Taswan, 2010:28: a Kapasitas pertumbuhan kredit perbankan yang masih rendah. Mencapai pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi dalam waktu lima tahun kedepan, diperlukan pertumbuhan kredit perbankan yang cukup besar. Sementara itu, kemampuan permodalan perbankan Indonesia saat ini mengindikasikan bahwa pertumbuhan kredit yang cukup tinggi tersebut sulit dicapai jika perbankan nasional tidak memperbaiki kondisi permodalannya. Selain hambatan dalam hal permodalan bank, penyaluran kredit 18 dalam banyak hal juga terhambat oleh keengganan sebagai bank untuk menyalurkan kredit karena kamampuan manajemen risiko dan core banking skills yang relatif belum baik, dan biaya operasional yang relatif tinggi. b Struktur perbankan yang belum optimal Belum optimalnya struktur perbankan di Indonesia di tandai oleh terkonsentrasinya struktur perbankan hanya pada 11 bank besar yang menguasai 75 asset perbankan Indonesia. Namun demikian bank-bank kecil dalam hal ini perlu mendapat perhatian karena selain jumlahnya relatif banyak, bank-bank kecil tersebut juga memiliki cakupan usaha yang relatif sama dengan bank-bank besar namun dengan kemampuan operasional, manajemen risiko, dan corporate governance yang relative lebih terbatas. Demikian pula, dibandingkan dengan Negara-negara lain, kepemilikan pemerintah Indonesia dalam perbankan nampak cukup tinggi, bahkan tertinggi di kawasan Asia. Hal ini juga merupakan persoalan tersendiri terhadap struktur perbankan karena dapat menimbulkan konflik kepentingan yang akan mengganggu efisiensi pasar. c Pemenuhan kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan perbankan yang dinilai oleh masyarakat masih kurang. 19 Kurangnya pemenuhan kebutuhan masyarakat atas pelayanan ditandai dengan seringnya terdengar keluhan dari masyarakat mengenai kurangnya akses terhadap kredit dan tingginya suku bunga kredit serta masih banyaknya praktik penyediaan jasa keuangan informal. Pandangan masyarakat semacam ini cukup beralasan, karena walaupun kredit korporasi dan usaha kecil menengah sudah mulai tumbuh, tingkat kredit masih relative rendah. Selain itu, meningkatnya kompleksitas jasa dan produk keuangan sebagai akibat dari globalisasi sektor keuangan juga memerlukan respon yang memadai dari berbagai pihak yang terkait. Hal ini semakin penting menggingat masyarakat pengguna jasa keuangan khususnya perbankan semakin menuntut kualitas pelayanan dan akses perbankan yang semakin tinggi. d Pengawasan bank yang masih perlu ditingkatkan. Pengawasan bank juga merupakan bidang yang memerlukan peningkatan dan penyempurnaan. Hal ini disebabkan karena masih terdapatnya beberapa prinsip-prinsip prudensial yang masih belum diterapkan secara baik, koordinasi pengawasan yang masih pelu ditingkatkan, kemampuan sumber daya manusia pengawasan yang belum optimal, dan pelaksanaan 20 law-enforcement pengawasan yang belum efektif. Secara keseluruhan, upaya peningkatan kapabilitas pengawasan ini sejalan dengan dengan usaha Bank Indonesia untuk menerapkan 25 Based Core Principles For Effective Banking Supervision, termasuk meningkatkan sarana teknologi pengawasan. Mengingat pengawasan bank merupakan bidang yang sangat dinamis luas cakupannya, maka peningkatan kualitas pengawasan merupakan upaya yang patut dilaksankan secara terus menerus oleh Bank Indonesia maupun oleh lembaga lainnya seperti Otoritas Jasa Keuangan pada saatnya nanti. e Kapabilitas perbankan yang masih lemah Lemahnya kapabilitas perbankan ditandai dengan kurangnya corporate governance dan core banking skill pada sebagian besar perbankan sehingga diperlukan perbaikan yang cukup mendasar pada dua hal tersebut. Meskipun kapabilitas beberapa bank besar sudah cukup kuat, namun kapabilitas perbankan secara umum masih dibawah international best practices . Demikian pula kemampuan bank dalam merespon meningkatnya resiko operasional masih perlu terus diperbaiki, terutama penekanannya pada pentingnya internal control dan kepatuhan terhadap prinsip-prinsip prudensial. 21 f Profitabilitas dan efisiensi operasional bank yang tidak sustainable Tingkat profitabilitas dan efisiensi operasional yang dicapai oleh perbankan pada umumnya bukan merupakan profitabilitas dan efisiensi yang sustainable. Hal ini disebabkan oleh lemahnya struktur aktiva produktif bank- bank. Margin yang diperoleh bank-bank semakin mengecil karena adanya kecenderungan suku bunga yang menurun. efisiensi adalah karena sebagian pendapatan perbankan berasal dari aktivitas trading yang fluktuatif serta rendahnya rasio asset per nasabah yang membuat biaya operasionl perbankan Indonesia relarif tinggi dibandingkan negara-negara lain. g Perlindungan nasabah yang masih harus ditingkatkan Perlindungan terhadap nasabah merupakan tantangan perbankan yang berpengaruh langsung terhadap sebagian besar masyarakat kita. Oleh karena itu, menjadi tantangan sangat besar bagi perbankan dan bank Indonesia serta masyarakat luas untuk secara bersama-sama menciptakan standar-standar yang jelas dalam membentuk mekanisme pengaduan nasabah dan transparasi informasi produk perbankan. Di samping itu, edukasi pada masyarakat mengenai jasa dan produk yang ditawarkan oleh perbankan perlu segera 22 diupayakan sehingga masyarakat luas dapat lebih memahami risiko dan keuntungan yang akan dihadapi dalam menggunakan jasa dan produk perbankan. h Perkembangan Teknologi Informasi Kemajuan teknologi informasi ikut menambah tantangan yang dihadapi oleh perbankan. Perkembangan teknonogi Informasi menyebabkan makin pesatnya perkembangan jenis dan kompleksitas produk dan jasa bank sehingga risiko-risiko yang muncul menjadi lebih besar dan bervariasi. Di samping itu, persaingan perbankan yang cenderung bersifat global juga menyebabkan persaingan antara bank menjadi semakin ketat sehingga bank-bank nasioanal harus mampu beroperasi secara efisien dengan memanfaatkan teknologi informasi.

B. Good Corporate Governance

Topik Gorporate governance bukanlah suatu topik yang baru, banyak penelitian yang mengapus tentang tropik ini, telah dilakukan sejak tahun sejak tahun 1940an. Coases 1973, dan banyak penelitian lagi, telah menunjukan interaksi antara hak kepemilikan dengan peraturan institusi dalam membentuk perilaku ekonomi. La Porta et al 1999 merupakan orang-orang pertama yang menyoroti masalah corporate governance secara khusus. La Porta et al 1999 menekankan pentingnya penegakan hukum 23 atas pengelolahan sebuah perusahaan, pengembangan pasar dan pertumbuhan ekonomi Thomas Kaihatu, 2006:4. Kata “Governance” berasal dari bahasa perancis “Gubernance” yang berarti pengendalian. Selanjutnya kata tersebut di pergunakan dalam konteks kegiatan perusahaan atau jenis organisasi yang lain. Dalam bahasa Indonesia ini sering diterjemahkan secara harfiah sebagai tata kelola atau tata pemerintahan perusahaan. Sedangkan forum corporate governance in Indonesia FCGI Mendefinisikan sebagai perangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus pengelola perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta pemegang saham, kepentingan internal dan eksternal lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka atau dengan kata lain suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan. Menurut sulistyanto 2003, mendefinisikan Good Corporate Governance dalam jurnal ekonomi bisnis adalah konsep yang menekankan pentingnya hak pemegang saham untuk memperoleh informasi yang benar, akurat dan tepat waktu serta kewajiban perusahaan untuk mengungkapkan secara akurat, tepat waktu dan transparan mengenai semua informasi kinerja perusahaan, kepemilikan dan stakeholder. 24 Good Corporate Governance terdiri dari sekumpulan perangkat hukum yang menjelaskan hubungan antara pemegang saham, manajer kreditor, pemerintah dan pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan. Menurut wikipedia 2007: 4, mendefinisikan corporate governance adalah : Corporate governance is used to monitor whether outcomes are in accordance whit plans and to motivate the organization to before funn informed in order to maintain or alter organization activity, Corporate governance is the mechanism by which individuals are mitivate to aligh behaviors whit the overall perticipants”. O’D enovan mengartikan corporte governance yang kutip oleh wikipedia 2007:4 sebagai berikut : “An internal system encompassing and other stakeholders, by directing and ontroling managment activities whit good business savy, objectivity and integrity sound corporate governance is reliant on eksternal market place comitmentand legislation, plus a healty board culture which safeguards policies and prosses ”. untuk menciptakan kesamaan akan penerapan good corporate governance di Indonesia selaku bank sentral pemerintah telah menetapkan sejumlah aturan-aturan mengenai pelaksanaan good corporate governance bagi bank umum. Terdapat enam standar good corporate governance yang efektif pada industri perbankan sesuai dengan Basle Committee on Banking Supervision, Stabilitas, 2006: 5 yaitu : 25 1. Bank harus menetapkan sasaran strategi dan serangkaian nilai- nilai perusahaan yang dikonsumsikan kepada setiap jenjang pada organisasi. 2. Bank harus menetapkan wewenang dan tanggung jawab yang jelas pada setiap jenjang jabatan pada organisasi. 3. Bank harus memastikan bahwa pengurus bank telah memiliki kompetensi yang memadai dan integritas yang tinggi serta memahami peranannya dalam pengelolahan bank yang sehat dan independen terhadap pengaruh atau pengendalian dari pihak eksternal. 4. Bank harus memastikan tersedianya mekanisme pengawasan direksi terhadap kegiatan operasional. 5. Bank harus memastikan bahwa kebijakan renumarasi telah konsisten dengan nilai etik, sasaran, strategi, dan lingkungan pengendalian bank. 6. Bank harus menetapkan praktek-praktek transparansi kondisi keuangan kepada publik Tata kelola yang baik merupakan bagian integral dari tanggung jawab perusahaan secara sosial terhadap pihak-pihak yang berkepentingan seperti para pemegang saham, pegawai pengelola, dan masyarakat whelen and Hunger, 2002. Kepemilikan perusahaan yang terdaftar di bursa saham sangat terpusat, dan presentase manajer yang termasuk dalam kelompok 26 pengendali yang sangat terpusat, dan persentase manajer yang termasuk dalam kelompok pengendali juga sangat tinggi, hal ini sebenarnya merupakan ciri khas suatu sektor usahanya yang sangat berkembang. Mekanisme pengelolahan good corporate governance. memastikan bahwa tindakan manajemen akan selalu diarahkan pada peningkatan nilai perusahaan. Sekaligus sebagai bentuk perhatian kepada stakeholders, karyawan, kreditor dan masyarakat sekitar. 1. Prinsip Good Corporate Governance Sebagai lembaga intermediasi dan lembaga kepercayaan, dalam