1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Dengan mulai berlakunya era perdagangan bebas di lingkungan ASEAN pada tahun 2003, dan dilanjutkan pada tahun 2020 bagi seluruh negara
berkembang anggota Asia-Pacific Economic Coorperation, dimana batas antara negara akan makin kabur, maka diperlukan suatu keselarasan dalam
penerapan standar aturan yang mengacu pada praktek internasional. Hal ini diperlukan guna memastikan bahwa praktek bisnis di Indonesia selain tidak
tertinggal dengan perkembangan bisnis negara lain memiliki tempat tersendiri dalam perkembangan bisnis dunia.
Dengan perkembangan-perkembangan diatas, isu corporate governance yang tadinya hanya bersifat marginal kini telah menjadi isu sentral, kebutuhan
good governance timbul berkaitan dengan principal
–agency theory, yaitu untuk menghindari konflik antara principal dan agennya. Konflik muncul
karena perbedaan kepentingan tersebut haruslah dikelola sehingga tidak menimbulkan kerugian pada para pihak. Oleh sebab itu, dibutuhkan
pemahaman yang memadai tentang corporate governance. Merupakan hal yang sia-sia bahkan berbahaya bila kita sekedar mengikuti
trend atau kepatuhan terhadap regulasi tanda memahami akan makna dan
2 manfaat good corporate governance maka praktek dan system yang baik ini
hanya akan menjadi slogan, atau asesoris yang tidak berguna. Perkembangan konsep corporate governance sesungguhnya telah dimulai
jauh sebelum isu corporate governance menjadi kosakata paling hangat dikalangan para eksekutif bisnis. Isu corporate governance sebagai solusi
terhadap konflik yang terjadi antara pemilik perusahaan dengan manajemen perusahaan yang biasa disebut agency problem. Pada hakikatnya penetapan
prinsip-prinsip good corporate governance dapat dilaksanakan di setiap pola manajemen perusahaan, termasuk manajemen perusahaan dibidang perbankan.
Penerapan prinsip-prinsip good corporate governance dapat bersifat fleksibel, karena adanya berbagai penyesuaian dalam hubungannya dengan perubahan
organisasi internal dan eksternal perusahaan Darmawati, 2006: 8. Lemahnya penerapan corporate governance ditandai dengan perilaku
manajemen yang dimulai mementingkan kepentingan sendiri, yang lebih parah ternyata merugikan perusahaan. Dalam hal ini maka terdapat perbedaan
kepentingan antara manajemen dan pemegang saham. Permasalahan inilah sebagai agency problem, corporate governance dianggap dapat membantu
mengendalikan perilaku manajemen dalam mengelola perbankan, yaitu memaksimalkan kemakmuran pemegang saham.
Indonesia mulai menerapkan prinsip good corporate governance sejak menandatangani letter of intent LOI dengan international monetary fund
3 IMF
yang salah satu bagian pentingnya adalah pencatuman jadwal perbaikan pengelolahan perusahaan di Indonesia. Komite ini bertugas umtuk
merumuskan dan menyusun rekomendasi kebijakan nasional tentang corporate governance antara lain meliputi code for good corporate governance.
Selanjutnya komite secara berkesinambung bertugas memantau perbaikan dibidang corporate governance di Indonesia. Akmad Syakhroza, 2007:4.
Kenapa belakangan ini, good corporate governance diharapkan dapat memperbaiki citra perbankan yang sempat terpuruk beberapa waktu lalu.
Untuk tujuan penerapan good corporate governance itu, iklim yang kondusif perlu diciptakan dan perlu terus menerus dipelihara. Dalam pedoman good
corporate governance perbankan Indonesia dinyatakan, untuk terciptanya
kondisi yang mendukung implementasi good corporate governance yang efektif, salah satu tugas yang menjadi tanggung jawab pemerintahan dan
otoritas efektif adalah penerbitan peraturan perundang-undangan yang memungkinkan dilaksanakan good corporate governance secara efektif.
Selain itu, pemerintah dan otoritas terkait harus mampu menjamin dan membuktikan bahwa penegakan hukum dilakukan secara serius.
Di sisi lain, sebagai subjek good corporate governance, bank perlu menerapkan standar akuntansi dan standar audit yang sama dengan standar
yang berlaku umum serata melibatkan auditor eksternal dalam proses audit. Tujuan supaya diperoleh ukuran yang sama dengan ukuran yang berlaku
ditempat lain, dengan demikian stakeholders boleh berharap akan interpretasi
4 yang sama atas fenomena
–fenomena yang sejenis. Sebab pada dasarnya, persoalan good corporate governance adalah persoalan tangung jawab
perusahaan kepada stakeholders. Kebijakan nasional untuk reformasi Good Corporate Governance
merupakan hasil penggodokan bersama antara pemerintah dengan berbagai institusi donor internasional seperti IMF, Word Bank, dan Asian Development
Bank ADB . Pada asas implementasi kebijakan tersebut, pemerintah Indonesia
melalui keputusan Menko Ekuin tertanggal 19 Agustus 1999 membentuk Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance KNKCG atau National
Commitee on Corporate Governance NCGG. Komite ini dimaksudkan untuk
menggalakkan dan memantau perkembangan refomasi good corporate governan
ce di Indonesia. Hingga saat ini, National Commitee on Corporate Governance
telah berhasil mennyelenggarakan berbagai roundtable discussions dengan para pelaku bisnis di Indonesia, dan telah menyusun
sebuah pedoman good corporate governance yakni pedoman Good good corporate governance Indonesian Code,
yang dipublikasikan pertama kali di bulan Maret 2001, pedoman ini diharapkan dapat menjadi rujukan bagi
implementasi good corporate governance oleh pelaku bisnis di Indonesia. Berbagai
organisasi non-pemerintah
atau non-govermental
organizations yang aktif dalam memperjuangkan good corporate governance
antara lain forum for corporate governance in Indonesia, Indonesian society of independent commissioners atau komisaris independen
, The Indonesian
5 Institute for corporate governance IICG, corporate leadership development
in Indonesia CLDI, Indonesian institute of commissioners and directors atau
lembaga komisaris dan direktur Indonesia LKDI, the Indonesian institute for coperate directorship IICD.
Hasil survey World Bank mengenai penerapan corporate governance di Indonesia tahun 2004 menunjukan, bahwa penerapan hukum dan peraturan
perundang-undangan perlu diperkuat, dan sanksi yang ada dianggap belum terlalu efektif dalam mengatasi pelanggaran yang terjadi. Undang-undang
perusahaan disarankan secara eksplisit menganut prinsip fiduciary duties bagi para pengurus perusahaan. Begitu pula transparansi integritas laporan
keuangan, serta kecukupan pengungkapan informasi perusahaan masih tetap merupakan suatu tantangan yang perlu ditingkatkan.
Survey penerapan corporate governance pada bank di Indonesia, Korea, Thailand dan Malaysia yang dilakukan pada tahun 2003 sampai 2004
melaporkan, bahwa semenjak krisis tahun 19971998, Bank sentral di keempat negara tersebut telah mengeluarkan banyak peraturan dan ketentuan guna
memperkuat mekanisme internal governance institusi perbankan. Hal menarik ditemukan pada survey tentang “Corporate governance of banks in Indonesia”
yang disponsori oleh asian development dengan forum for Corporate Governance
in Indonesia dan diterbitkan pada bulan Mei 2005. Survey ini dilakukan pada 26 bank responden baik milik swasta maupun pemerintah.