Good Corporate Governance TINJAUAN PUSTAKA

26 pengendali yang sangat terpusat, dan persentase manajer yang termasuk dalam kelompok pengendali juga sangat tinggi, hal ini sebenarnya merupakan ciri khas suatu sektor usahanya yang sangat berkembang. Mekanisme pengelolahan good corporate governance. memastikan bahwa tindakan manajemen akan selalu diarahkan pada peningkatan nilai perusahaan. Sekaligus sebagai bentuk perhatian kepada stakeholders, karyawan, kreditor dan masyarakat sekitar. 1. Prinsip Good Corporate Governance Sebagai lembaga intermediasi dan lembaga kepercayaan, dalam melaksanakan kegiatan usahanya bank harus menganut prinsip keterbukaan, memiliki ukuran kinerja dari semua jajaran bank berdasarkan ukuran-ukuran yang konsisten dengan corporate values, sasaran usaha dan strategi sebagai pencerminan akuntabilitas bank, berpegang pada prudential banking practicea dan menjamin dilaksanakan ketentuan yang berlaku sebagai wujud tanggung jawab bank, objektif dan bebas dari tekanan pihak manapun dalam pengambilan keputusan, serta senantiasa memperhatikan kepentingan stakeholders berdasarkan asas kesetaraan dan kewajaran. Dalam hubungan dengan prinsip tersebut bank perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut : a Transparency Ketebukaan Informasi 27 Transparansi, yaitu keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan informasi materiil dan relevan mengenai perusahaan. Prinsip ini merupakan prinsip yang sangat penting dalam penerapan good corporate governance . Keterbukaan dalam pengambilan keputusan berarti seluruh pihak yang terlibat dalam pengambilan keputusan mengetahui dengan jelas pertimbangan dan alasan-alasan untuk pengambilan keputusan dan untuk apa keputusan akan diambil. Mereka juga mendapatkan kesempatan untuk melakukan keberatan ataupun pertimbangan lain sebelum proses tersebut dilaksanakan. Begitu pula dampak positif maupun negatif dari pengambilan keputusan tersebut terinformasikan dengan jelas kepada pihak-pihak yang terlibat. Transparansi merupakan landasan terciptanya kondisi fairness dalam bertransaksi. Aplikasi dari prinsip ini terutama dalam proses pengadaan barang dan jasa, hubungan industrial dan transaksi bisnis dengan pelanggan, seperti pembelian surat berharga, ketentuan penempatan deposito berjangka, dan lain sebagainya. Keterbukaan dalam mengemukakan informasi yamg materiil dan relevan tentang perusahaan merupakan akuntabilitas perusahaan terhadap publik dan para pemangku kepentingan. Dengan adanya keterbukaan ini para pemangku kepentingan dapat menimbang 28 manfaat dan resiko dalam berhubungan dengan perusahaan. Praktek keterbukaan informasi ini dilakukan secara optimal dalam publikasi laporan tahunan dan publikasi rencana bisnis perseroan, serta publikasi berkala perusahaan lainnya. Dalam menghadapi persaingan atau kompetisi usaha antar bank, Bank Indonesia menyadari diperlukannya suatu peraturan yang nantinya akan digunakan sebagai tolak ukur atau alat untuk menilai suatu keadaan bank. Achmad Daniri, 2005: 4 b Accountability Akuntabilitas Merupakan kejelasan fungsi, stuktur, system dan pertanggungjawaban organ perusahaan sehinga pengelolahan perusahaan terlaksana secara efektif. Berarti, bank harus menetapkan tanggungjawab yang jelas dari setiap komponen organisasi selaras dengan visi, misi, sasaran usaha, dan strategi perusahaan. Setiap komponen organisasi mempunyai kompetensi sesuai dengan tanggungjawab masing-masing. Mereka harus dapat memahami perannya dalam pelaksanaan good corporate governance. Selain itu, bank harus memastikan ada tidaknya check and balance dalam pengelolahan bank. Prinsip ini juga merupakan prinsip yang sangat penting dalam penerapan good corporate governance. Dari arti kata accountability yang mempunyai makna answerability, liability dan responsibility maka, prinsip ini menunjukkan adanya tuntutan untuk dapat menjawab 29 segala pertanyaan atas pelaksanaan tugas yang dibebankan pada suatu fungsi. Mulai dari apa sajakah tugas pokok dan fungsi dari jabatan tersebut, apa sajakah hasil-hasil yang diharapkan dan bagaimana hasil pelaksanaanya. c Responsibility Pertanggung-jawaban Adanya kesesuaian didalam pengelolahan perusahaan terhadap prinsip korporasi yang sehat serta peraturan perundangan yang berlaku. Bank harus memegang prinsip prudential banking practices. Prinsip tersebut harus dijalankan sesuai dengan ketentuan yang berlaku agar tetap terjaga kelangsungannya usahanya. Bank pun harus mampu bertindak sebagai good corporate citizen. Sebagaimana diuraikan diatas, prinsip pertanggungjawaban ini sangat erat terkait dengan prinsip akuntabilitas, karena akuntabilitas merupakan ekspresi dari prinsip pertanggungjawaban. Apabila suatu fungsi dan tugas dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang- undangan dan norma-norma etika, hasil kerja tersebut dengan mudah dipertangung jawabkan hasilnya. d Indepedency Kemandirian Merupakan suatu keadaan dimana perusahaan dikelola secara professional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh atau tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundangan. Bank harus mampu menghindari terjadinya dominasi yang tidak wajar 30 oleh stakeholders. Pengelolahan bank tidak boleh terpengaruh oleh kepentingan sepihak, ia harus bisa menghindari segala bentuk benturan kepentingan Conflict of Interst. Sebagaimana telah dikemukakan di atas penerapan prinsip ini erat kaitannya dengan prinsip akuntabilitas. Dapat dikatakan prinsip akuntabilitas adalah muara dari penerapan prinsip pertanggungjawaban dan prinsip kemandirian. Melalui prinsip kemandirian, maka prinsip pertanggungjawaban dapat dilaksanakan dengan baik, terbebas dari benturan kepentingan yang mungkin ada, baik karena kepentingan diri sendiri, kepentingan golongan ataupu kepentingan karena “balas budi”. Penerapan prinsip kemandirian ini sebetulnya menegaskan kembali bahwa direksi dan komisaris dalamn menjalankan tugasnya haruslah mendahulukan kepentingan dan usaha perseroan, sebagaimana tel;ah diatur dalam UUPT. Dalam hal ini terjadi benturan kepentingan, anggota direksiuang terkait tidak berhak lagi untuk bertindak mewakili perseroan. Dalam pengertian yang sama hal ini diperluas kepada seluruh pejabat stuktural dalam perseroan. e Fairnes kesetaran dan kewajaran Suatu bentuk perlakuan yang adil dan setara didalam memenuhi hak hak stakeholders yang timbul berdasarkan perjanjian secara peraturan perundangan yang berlaku. Bank harus memperhatikan kepentingan stakeholders berdasarkan asas kesetaraan dan kewajaran 31 Equal Treatment. Namun, bank juga perlu memberikan kesempatan kepada stakeholders untuk memberikan masukan bagi kepentingan bank sendiri memiliki akses terhadap informasi sesuai dengan prinsip keterbukaan. Penerapan prinsip kewajaran ini erat kaitannya dengan prinsip transparansi. Tanpa transparansi akan sulit bahkan hampir tidak mungkin diperoleh fairness. Secara filosofis Jeremy Bentham, seorang filsuf dan ahli hukum Inggris menyatakan “Dalam gelapnya ketertutupan, segala jenis kepentingan jahat berada dipuncak kekuasaannya. Hanya dengan keterbukaanlah pengawasan terhadap segala ketidakadilan dilembaga peradilan dapat dilakukan. Selama tidak ada keterbukaan, tidak akan ada keadilan. Keterbukaan adalah alat untuk melawan serta penjaga utama ketidakjujuran. Keterbukaan membuat haki m „ diadili‟ saat ia mengadili”. Hal lain yang perlu mendapatkan perhatian adalah pewnyelarasan dari prinsip-prinsip yang dituangkan dalam pedoman-pedoman Good Corporate Gocernance dengan kebijakan manajemen dan pedoman operasional lain, sehingga spirit dari prinsip-prinsip Good Corporate Governance memang tercemin dalm setiap proses bisnis. Melalui penyelarasan ini maka keterlibatan seluruh jajaran dalam penerapan Good Corporate Governance , menjadi lebih terarah dan terpadu. 32 2. Tujuan Good Corporate Governance Tujuan good corporate governance ialah untuk menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan Stakeholders sebagai bentuk pelaksanaan dalam mewujudkan perbankan yang sehat, pemerintah menerapkan blue print berbentuk arsitektur perbankan Indonesia yang merupakan perwujudan visi perbankan nasional. Adapun untuk mewujudkan program tersebut pemerintah telah membuat fondasi yang berlandaskan pada 6 pilar, antara lain : a Menciptakan stuktur perbankan domestik yang sehat yang mampu memenuhi kebutuhan masyarakat dan mendorong pembangunan ekonomi nasional yang berkesinambungan. b Menciptakan sistem pengaturan dan pengawasan bank yang efektif dan mengacu pada standar internasional. c Menciptakan industri perbankan yang kuat memiliki daya saing yang tinggi serta memiliki ketahanan dalam menghadapi resiko. d Menciptakan good corporate governance dalam rangka memperkuat kondisi internal perbankan internasional e Mewujudkan infrasuktur yang lengkap untuk mendukung terciptanya industri perbankan yang sehat. f Mewujudkan pemberdayaan dan perlindungan konsumen jasa perbankan 33 Dalam menindak lanjuti pelaksanaan arsitektur perbankan Indonesia, salah satu pilar yang mendapat perhatian adalah pilar ke 4 Empat tentang : “Menciptakan Good Corporate Governance dalam rangka memperkuat kondisi internal perbankan nasional”. Untuk itu tanggal 30 Januari 2006 Bank Indonesia mengeluarkan paket kebijakan perbankan yang dikenal dengan istilah pakjen 2006, isinya mengenai peraturan baru bidang prudential banking, yang isi dari kebijakan berupa peraturan Indonesia Nomer 842006 tentang pelaksanaan good corporate governance bagi bank umum dalam program peningkatan kualitas manajemen dan operasional yang baik. 3 Manfaat Penerapan Good Corporate Governance Pelaksanaan good corporate governance diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat berikut ini FCGI, 2001: 7 a. Meningkatkan kinerja perusahaan melalui terciptanya proses pengambilan keputusan yang lebih baik, meningkatkan efisiensi operasional perusahaan serta lebih meningkatkan pelayanan kepada stakeholders. b. Mempermudah diperolehnya dana pembiayaan yang lebih murah sehingga dapat lebih meningkatkan corporate value. c Mengembalikan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia. 34 d. Pemegang saham akan merasa puas dengan kinerja perusahaan karena sekaligus akan meningkatkan shareholders value dan dividen. Pelaksanaan good corporate governance dilakukan dengan menggunakan prinsip-prinsip yang berlaku secara internasional FCGI, 2001: 5 1 Hak-hak para pemegang saham, yang harus diberi informasi dengan benar dan tepat pada waktunya mengenai perusahaan, dapat ikut berperan serta dalam pengambilan keputusan atas perusahaan, dan turut memperoleh bagian dari keuntungan perusahaan, 2 Perlakuan sama terhadap pemegang saham, terutama kepada pemegang saham minoritas dan pemegang saham asing, dengan keterbukaan informasi yang penting serta melarang pembagian untuk pihak sendiri dan perdagangan saham oleh orang dalam 3 Peranan pemegang saham harus diakui sebagaimana ditetapkan oleh hukum dan kerjasama yang aktif antara perusahaan serta para pemegang kepentingan dalam menciptakan kesejahteraan, lapangan kerja dan perusahaan yang sehat dari aspek keuangan 4 Pengungkapan yang akurat dan tepat pada waktunya serta transparasi mengenai semua hal yang penting bagi kinerja 35 perusahaan, kepemilikan, serta para pemegang kepentingan stakeholders, 5 Tanggungjawab pengurus dalam manajemen, pengawasan manajemen serta pertanggungjawaban kepada perusahaan dan para pemegang saham. 4. Agenda Bank Indonesia untuk memperkuat praktek Good Corporate Governance pada Industri Perbankan Indonesia Agenda terciptanya kondisi yang mendukung implementasi good corporate governance , salah satu tugas yang menjadi tanggung jawab pemerintah dan otoritas terkait adalah penerbitan peraturan perundang-undangan yang memungkinkan dilaksanakannya good corporate governance secara efektif. Selain itu, pemerintahan dan otoritas terkait harus mampu menjamin dan membuktikan bahwa penegakan hukum law enforcement dilakukan secara serius. Disisi lain, sebagai subjek good corporate governance, bank perlu menerapkan standar akuntansi dan standar audit yang sama dengan yang berlaku umum. Bank Indonesia menetapkan Peraturan Bank Indonesia mengenai penerapan prinsip-prinsip good corporate governance , bagi bank umum, yang mengatur ketentuan-ketentuan dan prosedur yang harus dilakukan bank umum, serta tanggung jawab dari dewan komisaris dan dewan direksi. 36 Terdapat dua faktor yang mendorong kesuksesan pelaksanaan good corporate governance : 1 Faktor Internal. Faktor pendorong keberhasilan good corporate governance yang berasal dari dalam perusahaan, antara lain adanya budaya dan nilai perusahaan yang mendukung penerapan good corporate governance . Kultur dan nilai-nilai yang nyaman ini akan memberikan ruang gerak yang besar dan positif bagi direksi dan karyawan bank untuk memenej bank dengan tata kelola yang benar. Jika implementasinya selaras maka akan memberikan andil terbaik bagi bank yang dikelolanya. 2 Faktor eksternal. Faktor-faktor yang berasal dari luar perusahaan yang memiliki pengaruh yang besar bagi perusahaan, antara lain sistem hukum yang baik, adanya dukungan dari sektor publik, lembaga, pemerintah, dukungan dari masyarakat, semangat anti korupsi pada lingkungan publik. Berbagai variabel eksternal ini tidak dapat dikendalikan uncontrollable sehingga yang perlu dilakukan adalah mendorong pemerintah Bank Indonesia menelurkan kebijakan yang pro bank. Sementara lembaga- lembaga semacam komisi pemberantasan korupsi diharapkan 37 dapat terus membantu operasional bank dalam mengunakan prinsip transparansi. 5. Dewan Direksi Menurut Nation Committee For Corporate Governance NCGG, kriteria kerangka kerja good corporate governance salah satunya adalah dewan direksi, yang dalam pemenuhan fungsinya ditugaskan dengan seluruh manajemen perusahaan. Untuk membantunya, dewan direksi dapat mengunakan prosedur yang telah digunakan, mengunakan professional independen atau komite khusus yang ada. Komposisi dewan direksi harus mempertimbangkan efektivitas dan kecepatan dalam pengambilan keputusan. Paling sedikit 20 anggota direksi harus direktur dari luar agar meningkatkan efektivitas peranan manajemen dan transparansi keputusan yang diambil jumlah direksi dari luar harus dapat menjamin bahwa suara mereka akan ikut menentukan keputusan penting dalam rapat direksi. Allen dan Galce 2000 dalam beiner et al 2003:4 mengatakan bahwa dewan direksi merupakan mekanisme corporate governance yang penting karena dewan direksi dapat memastikan bahwa manajer mengikuti kepentingan dewan mereka juga menyarankan bahwa dewan direksi yang jumlahnya besar kurang efektif dari pada dewan yang jumlahnya. Hal ini karena jumlah dewan direksi yang besar 38 akan memperbesar permasalahan agensi. Perusahaan dengan jumlah dewan direksi yang besar akan membuat kinerja perusahaan semakin rendah. Mahmoud 2006:106 menyatakan bahwa dewan direksi perusahaan yang melakukan pemantauan perusahaan pada akhirnya aliran meningkatkan perusahaan. Direksi sebagai organ perusahaan bertugas dan bertanggung jawab secara kolegial dalam mengelola perusahaan. Masing-masing anggota direksi dapat melaksanakan tugas dan mengambil keputusan sesuai dengan pembagian tugas dan wewenangnya. Namun, pelaksanaan tugas oleh masing-masing anggota direksi tetap merupakan tanggung jawab bersama. Kedudukan masing-masing anggota direksi termasuk direktur utama adalah setara. Dalam kapasitas ini maka tugas pelaksanaan kepengurusan direksi adalah: a Melaksanakan kepatuhan bank terhadap peraturan perundang- undang yang berlaku bagi bank b Melaksanakan prinsip-prinsip good corporate governance pada semua lini organisasi bank c Melaksanakan penerapan prinsip mengenal nasabah sebagai tindakan untuk mencegah terjadinya tindak pidana pencucian uang. 39 Agar pelaksanaan tugas direksi dapat berjalan secara efektif, perlu dipenuhi prinsip-prinsip berikut: a Komposisi direksi harus sedemikian rupa sehingga memungkinkan pengambilan keputusan secara efektif, tepat dan cepat, serta dapat bertindak independen. b Direksi harus profesional yaitu berintegritas dan memiliki pengalaman yang diperlukan untuk menjalankan tugasnya. c Direksi bertanggung jawab terhadap pengelolaan perusahaan agar dapat menghasilkan keuntungan profitability dan memastikan kesinambungan usaha perusahaan. d Direksi mempertanggung jawabkan kepengurusannya dalam Rapat Umum Pemegang Saham sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 6. Dewan Komisaris Dewan komisaris memegang peranan penting dalam implementasi good corporate governance . Karena dewan komisaris merupakan inti dari corporate governance yang bertugas untuk menjamin pelaksanaan strategi perusahaan, mengawasi manajemen dalam mengelola perusahaan, serta mewajibkan terlaksananya akuntabilitas. Dalam prakteknya, di Indonesia sering terjadi anggota dewan komisaris sama sekali tidak menjalankan peran pengawasannya yang sangat mendasar terhadap dewan direksi. Dewan komisaris seringkali dianggap tidak 40 memiliki manfaat, hal ini dapat dilihat dalam fakta bahwa banyak anggota dewan komisaris tidak memiliki kemampuan dan tidak menunjukan indepedensinya. Dalam banyak kasus komisaris juga gagal untuk mewakili kepentingan stakeholders lainnya selain daripada kepentingan pemegang saham mayoritas Moh Wahyudin Zarkasih, 2008: 115. Komisaris adalah wakil pemegang saham yang diangkat oleh pemegang saham melalui Rapat Umum Pemegang Saham. Dewan komisaris sebagai organ perusahaan bertugas dan bertanggungjawab secara kolektif untuk melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada direksi serta memastikan bahwa perusahaan melaksanakan good corporate governance . Namun demikian, dewan komisaris tidak boleh turut serta dalam mengambil keputusan operasional. Pelaksanaan good corporate governance sangat dipengaruhi oleh dewan komisaris. Dewan komisaris merupakan inti dari corporate governance yang ditugaskan untuk menjamin pelaksanaan strategi perusahaan, mengawasi manajemen dalam mengelola perusahaan, serta mewajibkan terlaksananya akuntabilitas. Pada intinya, dewan komisaris merupakan suatu mekanisme untuk memberikan petunjuk dan arahan pada pengelola perusahaan. Manajemen bertanggungjawab untuk meningkatkan efesiensi dan daya saing perusahaan sedangkan dewan komisaris bertanggungjawab untuk mengawasi manajemen 41 maka dewan komisaris merupakan pusat ketahanan dan kesuksesan perusahaan. Moh Wahyudin Zarkasih, 2008: 116 Dewan komisaris memantau dan mengamati pengelolaan bank agar sejalan dengan strategi, tujuan serta kode etik dan pedoman tingkah laku. Selain mengevaluasi rencana kerja tahunan dan memandingkan kinerja bank dengan rencana kerja tersebut, dewan komisaris menelaah kebijakan-kebijakan, standar prosedur operasional produk-produk derivatif dan produk struktur serta perusahaan struktur organisasi bank. Dewan komisaris juga bertanggungjawab kepada seluruh pemegang saham atas cakupan dan aktivitas komite audit dalam mengevaluasi auditor independen. Dewan komisaris memiliki perwakilan pada beberapa komite internal dan empat anggotanya adalah komisaris independen yang bertugas memastikan diperhatikannya kepentingan seluruh pemegang saham. Kedudukan masing-masing anggota dewan komisaris termasuk komisaris utama adalah setara. Tugas komisaris utama sebagai primus inter pares adalah mengkoordinasikan kegiatan dewan komisaris. Agar pelaksanaan tugas dewan komisaris dapat berjalan secara efektif, perlu dipenuhi prinsip-prinsip yaitu Komposisi dewan komisaris harus memungkinkan keputusan secara efektif, tepat dan cepat, serta dapat bertindak independen 42 Tugas-tugas utama dewan komisaris OECD Principle of Corporate Governance a. Menilai dan mengarahkan strategi perusahaan, garis-garis besar rencana kerja kebijakan penggendalian risiko, anggaran tahunan dan rencana usaha, menetapkan sasaran kerja, mengawasi pelaksanaan dan kinerja perusahaan, serta memonitor penggunaan modal perusahaaan, investasi dan penjualan asset. b. Menilai sistem penetapan penggajian pejabat pada posisi kunci dan pengkajian anggota dewan direksi c. Memonitor dan mengatasi masalah benturan kepentingan pada tingkat manajemen, anggota dewan direksi dan anggota dewan komisaris termasuk penyalahgunaan asset perusahaan dan memanipulasi transaksi perusahaan. d. Memonitor pelaksanaan governance dan mengadakan perubahan dimana yang dianggap perlu. e. Memantau proses keterbukaan dan efektivitas komunikasi dalam perusaahaan. 7. Komisaris Independen Menurut Indonesian Society of Independent Commissioner ISICOM komisaris independen merupakan anggota dewan komisaris yang tidak terafiliasi dengan direksi, anggota dewan 43 komisaris lainnya lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen atau bertindak semata-mata demi kepentingan perusahaan. Di Indonesia saat ini, keberadaan komisaris independen sudah diatur dalam Code of Good Corporate Governance KNKCG. Komisaris menurut kode tersebut, bertanggung jawab dan mempunyai kewenangan untuk mengawasi kebijakan dan kegiatan yang dilakukan direksi, dan memberikan nasehat bilamana diperlukan. Anggota komisaris harus merupakan orang berkarakter baik dan mempunyai pengalaman yang relevan. Setiap anggota komisaris dan dewan komisaris harus menjalankan kewajibannya untuk kepentingan perusahaan dan pemegang saham. Komisaris juga harus memastikan bahwa perusahaan menjalankan tanggungjawab sosialnya dan mempertimbangkan kepentingan berbagai stakeholders Sedangkan komposisi komisaris haruslah sedemikian rupa guna mencapai pengambilan keputusan yang cepat dan efektif, setidaknya 20 dari anggota komisaris harus merupakan komisaris independen dalam rangka meningkatkan efektivitas dan transparansi pertimbangan-pertimbangan komisaris. Komisaris independen harus independen dari direksi dan pemegang saham pengendali dan tidak mempunyai kepentingan yang dapat mempengaruhi kemampuan 44 mereka untuk menjalankan kewajiban secara adil atas nama perusahaan. Keberadaan komisaris independen diatur dalam ketentuan peraturan pencatatan Bursa Efek Indonesia Nomor 1 tentang ketentuan Umum pencatatan Efek bersifat ekuitas di bursa yang berlaku sejak tanggal 1 Juli 2000. Bank yang tercatat di Bursa Efek Indonesia wajib memiliki komisaris independen yang jumlahnya secara proporsional sebanding dengan jumlah saham yang dimiliki oleh bukan pemegang saham pengendali dengan ketentuan jumlah komisaris sekurang kurangnya 30 dari jumlah seluruh anggota komisaris. Fama dan Jensen 1983 dalam Arif dkk 200:7-8 menyatakan komisaris indpenden dapat bertindak sebagai penengah dalam perselisihan yang terjadi diantara para manajer internal dan mengawali kebijakan manajemen serta memberikan nasihat kepada manajemen. Komisaris independen merupakan posisi terbaik untuk melaksanakan fungsi monitoring agar terciptanya perusahaan yang Good Corporate Governance . Hal ini diperkuat dengan pernyataan Boediono 2005 dalam Darwis 2009:423 yang menyatakan komposisi dewan komisaris dalam membersihkan kontribusi yang efektif terhadap hasil dari penyusunan laporan keuangan yang berkualitas atau kemungkinan 45 terhindar dari kekurangan laporan kekayaan, melalui peranan dewan komisaris dalam melakukan pengawasan terhadap operasional perusahaan. Sehingga diharapkan para eksekutif akan bertindak untuk kepentingan pemilik dan mendapatkan reaksi positif oleh pasar investor, karena kepentingan investor akan dapat dilindungi. Adapun persyaratan menjadi komisaris independen adalah sebagai berikut: a Tidak mempunyai hubungan afiliasi dengan pemegang saham pengendali perusahaan tercatat yang bersangkutan b Tidak mempunyai hubungan afiliasi dengan direktur dan komisaris lainnya perusahaan tercatat yang bersangkutan c Tidak bekerja rangkap sebagai direktur di perusahaan lain yang afiliasi dengan perusahaan tercatat yang bersangkutan d Memahami peraturan perundang undangan di bidang pasar modal e Diusulkan oleh pemegang saham dan dipilih oleh pemegang saham yang bukan merupakan pemegang saham pengendali dalam rapat umum pemegang saham. Komisaris independen memiliki tanggung jawab pokok untuk mendorong diterapkannya prinsip tata kelola perusahaan yang baik didalam perusahaan melalui pemberdayaan dewan komisaris agar dapat melakukan tugas pengawasan dan pemberian nasihat kepada 46 direksi secara efektif dan lebih memberikan nilai tambah bagi perusahaan. Ndaruningpur Wulandari, 2006:5. 8. Kepemilikan Manajerial Kepemilikan manajerial merupakan perwujudan atas prinsip transparansi Juniarti dan Agnos, 2009:89. Kepemilikan manajerial dapat diartikan sebagai proporsi pemegang saham dari pihak manajemen yang setara aktif ikut dalam pengambilan keputusan perusahaan Pujianti dan Erman,2009:2. Teori keagenan memunculkan argumentasi terhadap adanya konflik antara pemilik dan manajer sebagai akibat perbedaan kepentingan diantara keduanya dan kepemilikan manajerial insider dianggap sebagai mekanisme kontrol yang tepat untuk mengurangi konflik tersebut. Kewajiban pemegang saham sebagai pendiri bank umum terkait dengan good corporate governance meliputi hal-hak sebagai berikut : a Perizinan Usaha Pemegang saham pendiri dalam mendirikan bank harus terlebih dahulu mendapatkan izin dari dewan Gubernur Bank Indonesia sebagaimana diatur dalam pasal 3 peraturan Bank Indonesia. Untuk memperoleh persetujuan prinsip pendirian bank, permohonan harus diajukan sekurang-kurangnya oleh satu calon pemilik atau pemegang saham bank kepada Dewan Gubernur 47 Bank Indonesia Setelah diperoleh persetujuan prinsip, bank mengajukan permohonan izin usaha kepada Dewan Gubernur Bank Indonesia yang dilengkapi dengan persyaratan-persyaratan yang ditetapkan oleh bank Indonesia. b Penyediaan modal Bagi bank yang baru, sesuai dengan pasal 4 peraturan Bank Indonesia No 27PBI2000 modal minimum dalam mendirikan bank umum yamg harus disetorkan oleh pemegang saham sendiri ditetapkan sekurang-kurangnya sebesar Rp 3.000.000.000,00 tiga triliyun rupiah dan setoran modal ini dalam bentuk setoran tunai diluar setoran dalam lain yang dimungkinkan oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku. Bagi bank umum yang sudah beroperasi dan modal yang disetorkan belum mencapai ketenuan Pelangaran terhadap ketentuan tentang permodalan bank ini akan dikenakan saksi administratif oleh Bank Indonesia. Pada saat bank sudah beroperasi, maka perlu diperhatikan rasio kecukupan modal terhadap dan pihak ketiga. Bank Indonesia akan selalu mengadakan pemantauan secara berkala terhadap tingkat Current Asset Ratio dari setiap bank. Pelanggaran terhadap ketentuan tingkat minimum Current Asset Ratio yang diijinkan juga diancam dengan sanksi administratif. 48 Dalam rangka panjang, pilar kesatu Arsitektur Perbankan Indonesia memuat program penguatan stuktur perbankan nasional yang menetapkan suatu blue print penguatan stuktur permodalan bank Indonesia, sehingga dalam sepuluh sampai lima belas tahun mendatang akan mengarah pada terciptanya stuktur perbankan yang lebih optimal, yaitu terdapatnya: 1 2 sampai 3 bank yang mengarah kepada bank internasional dengan kapasitas dan kemampuan untuk beroperasi diwilayah internasional serata memiliki modal di atas Rp 50 Triliyun; 2 3 sampai 5 bank nasional yang memiliki cakupan luas dan beroperasi secara nasional serta memiliki modal antara Rp 10 Triliyun sampai dengan Rp 50 Triliyun; 3 30 sampai 50 bank yang kegiatan usahanya terfokus pada segmen usaha tertentu sesuai dengan kapabilitas dan kompetensi masing-masing bank. Bank-bank tersebut memiliki modal antara Rp 100 Milyar sampai dengan Rp 10 Triliyun; 4 Bank perkreditan Rakyat dan bank dengan kegiatan usaha terbatas yamg memiliki modal dibawah Rp 100 Milyar. c Penunjukan Komisaris dan Direksi Disamping permodalan yang kuat, bank perlu didukung oleh pengurus yang layak dan patut untuk mengelola bank secara sehat. 49 Oleh karena itu proses seleksi direksi dan komisaris bank dilakukan dengan penilaian kemampuan Faktor-faktor yang dinilai, tata cara penilaian dan hasil penilaian juga diatur dalam peraturan bank Indonesia ini. Secara umum persyaratan untuk mengikuti uji kemampuan dan kepatuhan bagi calon direksi dan komisaris bank adalah integritas ynag baik, mempunyai kemampuan dibidang perbankan dan tidak pernah dinyatakan pailit atau terlibat kredit macet. Selain itu pemegang saham haruslah mengajukan minimum dua orang calon yang akan diuji untuk tiap jabatan . Dari jumlah komisaris yang diangkat sekurang-kurangnya 50 anggota komisaris adalah komisaris independen. Anggota komisaris hanya diperkenankan merangkap jabatan sebagai anggota dewan komisaris direksi atau pejabat eksekutif pada satu lembaga perusahaan bukan lembaga keuangan. Selain itu anggota dewan komisaris dilarang saling memiliki hubungan keluarga sampai derajat kedua dengan sama anggota dewan komisaris atau anggota direksi. Direktur utama atau presiden direktur wajib berasal dari pihak dari yang independen terhadap pemegang saham pengendali. Dengan itu direksi dilarang mempunyai jabatan rangkap sebagai sebagai aggota komisaris, direksi atau pejabat eksekutif pada bank atau lembaga lainnya. Apabila pemegang saham juga merangkap jabatan sebagai 50 direksi, maka secara sendiri-sendiri atau bersama-sama jumlah kepemilikan saham tersebut tidak oleh melebihi 25 dari jumlah modal yang disetor. Anggota direksi juga dilarang saling memiliki hubungan keluarga sampai derajat kedua dengan anggota direksi lainnya, maupun dengan anggota dewan komisaris.

C. Kinerja Perbankan

Kinerja keuangan perbankan merupakan elemen pentting dalam mengukur tingkat keberhasilan corporate governance. Melalui penilaian kinerja keuangan manajer dapat menentukan stuktur keuangan perusahaan lebih baik. Seiring dengan semakin meningkatnya kebutuhan informasi keuangan khususnya sebagai penilaian kinerja keuangan, alat pengukur kinerja keuangan dalam penelitian ini mengunakan profitabilitas yaitu return of asset. Kinerja bank merupakan hal penting yang harus di capai oleh setiap perusahaan dimanapun, karena kinerja merupakan cerminan dari kemampuan perusahaan dalam mengelola dan mengalokasikan sumber dayanya. Selain itu tujuan pokok penilaian kinerja adalah untuk memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam mematuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya, agar membuahkan tindakan dan hasil yang harus diharapkan standar perilaku 51 dapat berupa kebijakan manajemen atau rencana formal yang dituangkan dalam angggaran Anita Febryani dkk., 2003: 8. Pernyataan tersebut juga didukung penelitian yang dilakukan oleh komsmindu yang menyatakan bahwa kinerja bank merupakan salah satu faktor utama yang harus diperhatikan oleh manajemen bank karena mengindikasi tingkat kesehatan bank yang dapat dilihat dari produktifitas asset. Maksud dari pernyataan tersebut sehat atau tidaknya suatu bank dapat diukur dari besarnya laba yang diperoleh bank tersebut. Tingkat kesehatan bank dalam meningkatkan pendapatannya tentunya dengan meningkatkan produktifitas asset semakin tinggi tingkat profit dari bank yang menggambarkan tingkat kesehatan yang baik. Struktur pasar keuangan, kondisi ekonomi Negara hukum dan politik lingkungan semua dapat mempengaruhi kinerja bank dalam penelitian yang dilakukan oleh kosmidou, dua faktor utama yang diteliti untuk eksternal yaitu : kondisi makro ekonomi Gros Domestic Product dan Inflasi dan indikator struktur keuangan perbankan juga pasar saham stock market capitalization dan concentration . Dua faktor utama yang diteliti untuk eksternal yaitu : kondisi makro ekonomi Gross domestik product inflasi dan indikator struktur keuangan perbankan juga pasar saham stock market capitalization dan concentration . Tingkat kesehatan bank menggambarkan kondisi keuangan dan seberapa baik tersebut melakukan manajemen yang dapat diukur dari 52 profit bank yang dapat di hitung dengan beberapa cara. Return on Asset yang digunakan untuk mengukur kemampuan asset bank dalam mamperoleh keuntungan. Slamet Riyadi 2006: 34, Return Of Asset adalah rasio profitabilitas yang menunjukkan perbandingan antara laba sebelum pajak dengan total Asset bank, rasio ini menunjukkan tingkat efisiensi pengelolaan asset yang dilakukan oleh bank yang bersangkutan. Menurut Philip E, Fees, C. Rollin dan Carl S. Waren 1995 : 219 “Profitabilitas adalah kemampuan suatu kesatuan usaha entity untuk memperoleh laba.” Suad husnan 1993 : 70 Profitabilitas adalah hasil bersih dari berbagai kebijakan dan keputusan rasio ini memberikan jawaban akhir tentang seberapa efektif perusahaan dikelola.” Rasio profitabilitas menurut Sofyan Syafri harahap 1999 : 304 adalah kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan sumber yang ada seperti kas, penjualan, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang dan sebagainya. Menurut Husnan dan Pudjiastuti 2002 : 73 “Rasio profitabilitas dimaksudnya untuk mengukur efisiensi pengunaan aktiva penggunaan aktiva perusahaan atau mungkin sekelompok aktiva perusahaan. 53 Informasi kinerja perusahaan, terutama profitabilitas diperlukan untuk menilai perubahan potensional sumber daya ekonomi yang mungkin dikendalikan dimasa depan. Profitabilitas bermanfaat untuk memprediksi kapasitas perusahaan dalam menghasilkan arus kas dari sumber daya yang ada. Perhatian pada profitabilitas perlu ditekankan, karena untuk dapat melangsungkan hidupnya suatu perusahaan haruslah berada dalam keadaan menguntungkan. Tanpa adanya keuntungan akan sangat sulit bagi para kreditur, pemilik perusahaan dan terutama sekali pihak manajemen perusahaan akan berusaha meningkatkan keuntungan ini, karena disadari betul betapa pentingnya arti keuntungan bagi masa depan perusahan Lukman Syamsudin, 2002 : 19 Rasio ini mengambarkan kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan neto. Bentuk paling mudah dari analisis profitabilitas adalah menghubungkan laba bersih Pendapatan Bersih dengan aktiva total dineraca Erich A Helfert, 1993:30 Return Of Asset adalah satu bentuk profitabilitas yang dimaksudkan untuk dapat mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan dalam operasi perusahaan untuk menghasilkan keuntungan. 54 Return Of Asset yang tinggi berarti perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasinya dengan efesien dan efektif sehingga menghasilkan profit yang tinggi. Hasil analisa dapat digunakan investor untuk mengambil keputusan investasi yang menguntungkan. Analisa Return Of Asset dalam analisa keuangan merupakan salah satu teknik yang bersifat menyeluruh untuk mengukur efektivitas dari keseluruhan operasi perusahaan. Rasio ini digunakan untuk mengukur : 1 Kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva perusahaan guna memperoleh keuntungan 2 Efektifitas dari keseluruhan operasi perusahaan terutama dalam pengunaan biaya produksi, penjualam dan administrasi yang efesien. 3 Efesien dari masing-masing bagian dalam perusahaan

D. Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan oleh Boediono 2005 menyatakan mekanisme corporate governance mampu mengendalikan pihak-pihak yang terlibat dalam pengelolahan perusahaan, sehingga dapat menselaraskan perbedaan kepentingan atau tujuan antara pihak agen