Good Corporate Governance TINJAUAN PUSTAKA
26 pengendali yang sangat terpusat, dan persentase manajer yang termasuk
dalam kelompok pengendali juga sangat tinggi, hal ini sebenarnya merupakan ciri khas suatu sektor usahanya yang sangat berkembang.
Mekanisme pengelolahan good corporate governance. memastikan bahwa tindakan manajemen akan selalu diarahkan pada peningkatan nilai
perusahaan. Sekaligus sebagai bentuk perhatian kepada stakeholders, karyawan, kreditor dan masyarakat sekitar.
1. Prinsip Good Corporate Governance Sebagai lembaga intermediasi dan lembaga kepercayaan, dalam
melaksanakan kegiatan usahanya bank harus menganut prinsip keterbukaan, memiliki ukuran kinerja dari semua jajaran bank
berdasarkan ukuran-ukuran yang konsisten dengan corporate values, sasaran usaha dan strategi sebagai pencerminan akuntabilitas bank,
berpegang pada prudential banking practicea dan menjamin dilaksanakan ketentuan yang berlaku sebagai wujud tanggung jawab
bank, objektif dan bebas dari tekanan pihak manapun dalam pengambilan keputusan, serta senantiasa memperhatikan kepentingan
stakeholders berdasarkan asas kesetaraan dan kewajaran. Dalam
hubungan dengan
prinsip tersebut
bank perlu
memperhatikan hal-hal sebagai berikut : a Transparency Ketebukaan Informasi
27 Transparansi, yaitu keterbukaan dalam melaksanakan proses
pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan informasi materiil dan relevan mengenai perusahaan.
Prinsip ini merupakan prinsip yang sangat penting dalam penerapan
good corporate
governance .
Keterbukaan dalam
pengambilan keputusan berarti seluruh pihak yang terlibat dalam pengambilan keputusan mengetahui dengan jelas pertimbangan dan
alasan-alasan untuk pengambilan keputusan dan untuk apa keputusan akan diambil.
Mereka juga mendapatkan kesempatan untuk melakukan keberatan ataupun pertimbangan lain sebelum proses tersebut
dilaksanakan. Begitu pula dampak positif maupun negatif dari pengambilan keputusan tersebut terinformasikan dengan jelas kepada
pihak-pihak yang terlibat. Transparansi merupakan landasan terciptanya kondisi fairness dalam bertransaksi. Aplikasi dari prinsip
ini terutama dalam proses pengadaan barang dan jasa, hubungan industrial dan transaksi bisnis dengan pelanggan, seperti pembelian
surat berharga, ketentuan penempatan deposito berjangka, dan lain sebagainya. Keterbukaan dalam mengemukakan informasi yamg
materiil dan relevan tentang perusahaan merupakan akuntabilitas perusahaan terhadap publik dan para pemangku kepentingan. Dengan
adanya keterbukaan ini para pemangku kepentingan dapat menimbang
28 manfaat dan resiko dalam berhubungan dengan perusahaan. Praktek
keterbukaan informasi ini dilakukan secara optimal dalam publikasi laporan tahunan dan publikasi rencana bisnis perseroan, serta publikasi
berkala perusahaan lainnya. Dalam menghadapi persaingan atau kompetisi usaha antar bank, Bank Indonesia menyadari diperlukannya
suatu peraturan yang nantinya akan digunakan sebagai tolak ukur atau alat untuk menilai suatu keadaan bank. Achmad Daniri, 2005: 4
b Accountability Akuntabilitas Merupakan
kejelasan fungsi,
stuktur, system
dan pertanggungjawaban
organ perusahaan
sehinga pengelolahan
perusahaan terlaksana secara efektif. Berarti, bank harus menetapkan tanggungjawab yang jelas dari setiap komponen organisasi selaras
dengan visi, misi, sasaran usaha, dan strategi perusahaan. Setiap komponen organisasi mempunyai kompetensi sesuai dengan
tanggungjawab masing-masing. Mereka harus dapat memahami perannya dalam pelaksanaan good corporate governance. Selain itu,
bank harus memastikan ada tidaknya check and balance dalam pengelolahan bank.
Prinsip ini juga merupakan prinsip yang sangat penting dalam penerapan good corporate governance. Dari arti kata accountability
yang mempunyai makna answerability, liability dan responsibility maka, prinsip ini menunjukkan adanya tuntutan untuk dapat menjawab
29 segala pertanyaan atas pelaksanaan tugas yang dibebankan pada suatu
fungsi. Mulai dari apa sajakah tugas pokok dan fungsi dari jabatan tersebut, apa sajakah hasil-hasil yang diharapkan dan bagaimana hasil
pelaksanaanya. c Responsibility Pertanggung-jawaban
Adanya kesesuaian didalam pengelolahan perusahaan terhadap prinsip korporasi yang sehat serta peraturan perundangan yang berlaku.
Bank harus memegang prinsip prudential banking practices. Prinsip tersebut harus dijalankan sesuai dengan ketentuan yang berlaku agar
tetap terjaga kelangsungannya usahanya. Bank pun harus mampu bertindak sebagai good corporate citizen.
Sebagaimana diuraikan diatas, prinsip pertanggungjawaban ini sangat erat terkait dengan prinsip akuntabilitas, karena akuntabilitas
merupakan ekspresi dari prinsip pertanggungjawaban. Apabila suatu fungsi dan tugas dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan dan norma-norma etika, hasil kerja tersebut dengan mudah dipertangung jawabkan hasilnya.
d Indepedency Kemandirian Merupakan suatu keadaan dimana perusahaan dikelola secara
professional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh atau tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundangan.
Bank harus mampu menghindari terjadinya dominasi yang tidak wajar
30 oleh stakeholders. Pengelolahan bank tidak boleh terpengaruh oleh
kepentingan sepihak, ia harus bisa menghindari segala bentuk benturan kepentingan Conflict of Interst.
Sebagaimana telah dikemukakan di atas penerapan prinsip ini erat kaitannya dengan prinsip akuntabilitas. Dapat dikatakan prinsip
akuntabilitas adalah muara dari penerapan prinsip pertanggungjawaban dan prinsip kemandirian. Melalui prinsip kemandirian, maka prinsip
pertanggungjawaban dapat dilaksanakan dengan baik, terbebas dari benturan kepentingan yang mungkin ada, baik karena kepentingan diri
sendiri, kepentingan golongan ataupu kepentingan karena “balas budi”.
Penerapan prinsip kemandirian ini sebetulnya menegaskan kembali bahwa direksi dan komisaris dalamn menjalankan tugasnya haruslah
mendahulukan kepentingan dan usaha perseroan, sebagaimana tel;ah diatur dalam UUPT. Dalam hal ini terjadi benturan kepentingan,
anggota direksiuang terkait tidak berhak lagi untuk bertindak mewakili perseroan. Dalam pengertian yang sama hal ini diperluas kepada
seluruh pejabat stuktural dalam perseroan. e Fairnes kesetaran dan kewajaran
Suatu bentuk perlakuan yang adil dan setara didalam memenuhi hak hak stakeholders yang timbul berdasarkan perjanjian secara
peraturan perundangan yang berlaku. Bank harus memperhatikan kepentingan stakeholders berdasarkan asas kesetaraan dan kewajaran
31 Equal Treatment. Namun, bank juga perlu memberikan kesempatan
kepada stakeholders untuk memberikan masukan bagi kepentingan bank sendiri memiliki akses terhadap informasi sesuai dengan prinsip
keterbukaan. Penerapan prinsip kewajaran ini erat kaitannya dengan prinsip
transparansi. Tanpa transparansi akan sulit bahkan hampir tidak mungkin diperoleh fairness. Secara filosofis Jeremy Bentham, seorang
filsuf dan ahli hukum Inggris menyatakan “Dalam gelapnya ketertutupan, segala jenis kepentingan jahat berada dipuncak
kekuasaannya. Hanya dengan keterbukaanlah pengawasan terhadap segala ketidakadilan dilembaga peradilan dapat dilakukan. Selama
tidak ada keterbukaan, tidak akan ada keadilan. Keterbukaan adalah alat untuk melawan serta penjaga utama ketidakjujuran. Keterbukaan
membuat haki m „ diadili‟ saat ia mengadili”.
Hal lain yang perlu mendapatkan perhatian adalah pewnyelarasan dari prinsip-prinsip yang dituangkan dalam pedoman-pedoman Good
Corporate Gocernance dengan kebijakan manajemen dan pedoman
operasional lain, sehingga spirit dari prinsip-prinsip Good Corporate Governance
memang tercemin dalm setiap proses bisnis. Melalui penyelarasan ini maka keterlibatan seluruh jajaran dalam penerapan
Good Corporate Governance , menjadi lebih terarah dan terpadu.
32 2. Tujuan Good Corporate Governance
Tujuan good corporate governance ialah untuk menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan Stakeholders sebagai
bentuk pelaksanaan dalam mewujudkan perbankan yang sehat, pemerintah menerapkan blue print berbentuk arsitektur perbankan
Indonesia yang merupakan perwujudan visi perbankan nasional. Adapun untuk mewujudkan program tersebut pemerintah telah
membuat fondasi yang berlandaskan pada 6 pilar, antara lain : a Menciptakan stuktur perbankan domestik yang sehat yang mampu
memenuhi kebutuhan masyarakat dan mendorong pembangunan ekonomi nasional yang berkesinambungan.
b Menciptakan sistem pengaturan dan pengawasan bank yang efektif dan mengacu pada standar internasional.
c Menciptakan industri perbankan yang kuat memiliki daya saing yang tinggi serta memiliki ketahanan dalam menghadapi resiko.
d Menciptakan good
corporate governance
dalam rangka
memperkuat kondisi internal perbankan internasional e Mewujudkan infrasuktur yang lengkap untuk mendukung
terciptanya industri perbankan yang sehat. f Mewujudkan pemberdayaan dan perlindungan konsumen jasa
perbankan
33 Dalam menindak lanjuti pelaksanaan arsitektur perbankan
Indonesia, salah satu pilar yang mendapat perhatian adalah pilar ke 4 Empat tentang
: “Menciptakan Good Corporate Governance dalam rangka memperkuat kondisi internal perbankan nasional”. Untuk itu
tanggal 30 Januari 2006 Bank Indonesia mengeluarkan paket kebijakan perbankan yang dikenal dengan istilah pakjen 2006, isinya mengenai
peraturan baru bidang prudential banking, yang isi dari kebijakan berupa peraturan Indonesia Nomer 842006 tentang pelaksanaan good
corporate governance bagi bank umum dalam program peningkatan
kualitas manajemen dan operasional yang baik. 3 Manfaat Penerapan Good Corporate Governance
Pelaksanaan good corporate governance diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat berikut ini FCGI, 2001: 7
a. Meningkatkan kinerja perusahaan melalui terciptanya proses pengambilan keputusan yang lebih baik, meningkatkan efisiensi
operasional perusahaan serta lebih meningkatkan pelayanan kepada stakeholders.
b. Mempermudah diperolehnya dana pembiayaan yang lebih murah sehingga dapat lebih meningkatkan corporate value.
c Mengembalikan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia.
34 d. Pemegang saham akan merasa puas dengan kinerja perusahaan
karena sekaligus akan meningkatkan shareholders value dan dividen. Pelaksanaan good corporate governance dilakukan
dengan menggunakan prinsip-prinsip yang berlaku secara internasional FCGI, 2001: 5
1 Hak-hak para pemegang saham, yang harus diberi informasi dengan benar dan tepat pada waktunya mengenai
perusahaan, dapat ikut berperan serta dalam pengambilan keputusan atas perusahaan, dan turut memperoleh bagian
dari keuntungan perusahaan, 2 Perlakuan sama terhadap pemegang saham, terutama kepada
pemegang saham minoritas dan pemegang saham asing, dengan keterbukaan informasi yang penting serta melarang
pembagian untuk pihak sendiri dan perdagangan saham oleh orang dalam
3 Peranan pemegang saham harus diakui sebagaimana ditetapkan oleh hukum dan kerjasama yang aktif antara
perusahaan serta para pemegang kepentingan dalam menciptakan kesejahteraan, lapangan kerja dan perusahaan
yang sehat dari aspek keuangan 4 Pengungkapan yang akurat dan tepat pada waktunya serta
transparasi mengenai semua hal yang penting bagi kinerja
35 perusahaan, kepemilikan, serta para pemegang kepentingan
stakeholders, 5 Tanggungjawab pengurus dalam manajemen, pengawasan
manajemen serta pertanggungjawaban kepada perusahaan dan para pemegang saham.
4. Agenda Bank Indonesia untuk memperkuat praktek Good Corporate Governance
pada Industri Perbankan Indonesia Agenda terciptanya kondisi yang mendukung implementasi good
corporate governance , salah satu tugas yang menjadi tanggung
jawab pemerintah dan otoritas terkait adalah penerbitan peraturan perundang-undangan yang memungkinkan dilaksanakannya good
corporate governance secara efektif. Selain itu, pemerintahan dan
otoritas terkait harus mampu menjamin dan membuktikan bahwa penegakan hukum law enforcement dilakukan secara serius. Disisi
lain, sebagai subjek good corporate governance, bank perlu menerapkan standar akuntansi dan standar audit yang sama dengan
yang berlaku umum. Bank Indonesia menetapkan Peraturan Bank Indonesia mengenai penerapan prinsip-prinsip good corporate
governance , bagi bank umum, yang mengatur ketentuan-ketentuan
dan prosedur yang harus dilakukan bank umum, serta tanggung jawab dari dewan komisaris dan dewan direksi.
36 Terdapat dua faktor yang mendorong kesuksesan pelaksanaan
good corporate governance :
1 Faktor Internal. Faktor pendorong keberhasilan good corporate governance yang
berasal dari dalam perusahaan, antara lain adanya budaya dan nilai perusahaan yang mendukung penerapan good corporate
governance . Kultur dan nilai-nilai yang nyaman ini akan
memberikan ruang gerak yang besar dan positif bagi direksi dan karyawan bank untuk memenej bank dengan tata kelola yang
benar. Jika implementasinya selaras maka akan memberikan andil terbaik bagi bank yang dikelolanya.
2 Faktor eksternal. Faktor-faktor yang berasal dari luar perusahaan yang memiliki
pengaruh yang besar bagi perusahaan, antara lain sistem hukum yang baik, adanya dukungan dari sektor publik, lembaga,
pemerintah, dukungan dari masyarakat, semangat anti korupsi pada lingkungan publik. Berbagai variabel eksternal ini tidak
dapat dikendalikan uncontrollable sehingga yang perlu dilakukan adalah mendorong pemerintah Bank Indonesia
menelurkan kebijakan yang pro bank. Sementara lembaga- lembaga semacam komisi pemberantasan korupsi diharapkan
37 dapat terus membantu operasional bank dalam mengunakan
prinsip transparansi. 5. Dewan Direksi
Menurut Nation Committee For Corporate Governance NCGG, kriteria kerangka kerja good corporate governance salah
satunya adalah dewan direksi, yang dalam pemenuhan fungsinya ditugaskan dengan seluruh manajemen perusahaan. Untuk
membantunya, dewan direksi dapat mengunakan prosedur yang telah digunakan, mengunakan professional independen atau komite khusus
yang ada. Komposisi dewan direksi harus mempertimbangkan efektivitas
dan kecepatan dalam pengambilan keputusan. Paling sedikit 20 anggota direksi harus direktur dari luar agar meningkatkan efektivitas
peranan manajemen dan transparansi keputusan yang diambil jumlah direksi dari luar harus dapat menjamin bahwa suara mereka akan ikut
menentukan keputusan penting dalam rapat direksi. Allen dan Galce 2000 dalam beiner et al 2003:4 mengatakan
bahwa dewan direksi merupakan mekanisme corporate governance yang penting karena dewan direksi dapat memastikan bahwa manajer
mengikuti kepentingan dewan mereka juga menyarankan bahwa dewan direksi yang jumlahnya besar kurang efektif dari pada dewan
yang jumlahnya. Hal ini karena jumlah dewan direksi yang besar
38 akan memperbesar permasalahan agensi. Perusahaan dengan jumlah
dewan direksi yang besar akan membuat kinerja perusahaan semakin rendah. Mahmoud 2006:106 menyatakan bahwa dewan direksi
perusahaan yang melakukan pemantauan perusahaan pada akhirnya aliran meningkatkan perusahaan.
Direksi sebagai organ perusahaan bertugas dan bertanggung jawab secara kolegial dalam mengelola perusahaan. Masing-masing
anggota direksi dapat melaksanakan tugas dan mengambil keputusan sesuai dengan pembagian tugas dan wewenangnya. Namun,
pelaksanaan tugas oleh masing-masing anggota direksi tetap merupakan tanggung jawab bersama. Kedudukan masing-masing
anggota direksi termasuk direktur utama adalah setara. Dalam kapasitas ini maka tugas pelaksanaan kepengurusan
direksi adalah: a Melaksanakan kepatuhan bank terhadap peraturan perundang-
undang yang berlaku bagi bank b Melaksanakan prinsip-prinsip
good corporate governance pada semua lini organisasi bank
c Melaksanakan penerapan prinsip mengenal nasabah sebagai tindakan untuk mencegah terjadinya tindak pidana pencucian
uang.
39 Agar pelaksanaan tugas direksi dapat berjalan secara efektif,
perlu dipenuhi prinsip-prinsip berikut: a Komposisi direksi harus sedemikian rupa sehingga
memungkinkan pengambilan keputusan secara efektif, tepat dan cepat, serta dapat bertindak independen.
b Direksi harus profesional yaitu berintegritas dan memiliki pengalaman yang diperlukan untuk menjalankan tugasnya.
c Direksi bertanggung jawab terhadap pengelolaan perusahaan agar dapat menghasilkan keuntungan profitability dan
memastikan kesinambungan usaha perusahaan. d Direksi mempertanggung jawabkan kepengurusannya dalam
Rapat Umum Pemegang Saham sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
6. Dewan Komisaris Dewan komisaris memegang peranan penting dalam implementasi
good corporate governance . Karena dewan komisaris merupakan inti
dari corporate governance yang bertugas untuk menjamin pelaksanaan strategi perusahaan, mengawasi manajemen dalam mengelola
perusahaan, serta mewajibkan terlaksananya akuntabilitas. Dalam prakteknya, di Indonesia sering terjadi anggota dewan komisaris sama
sekali tidak menjalankan peran pengawasannya yang sangat mendasar terhadap dewan direksi. Dewan komisaris seringkali dianggap tidak
40 memiliki manfaat, hal ini dapat dilihat dalam fakta bahwa banyak
anggota dewan komisaris tidak memiliki kemampuan dan tidak menunjukan indepedensinya. Dalam banyak kasus komisaris juga
gagal untuk mewakili kepentingan stakeholders lainnya selain daripada kepentingan pemegang saham mayoritas Moh Wahyudin Zarkasih,
2008: 115. Komisaris adalah wakil pemegang saham yang diangkat oleh
pemegang saham melalui Rapat Umum Pemegang Saham. Dewan komisaris sebagai organ perusahaan bertugas dan bertanggungjawab
secara kolektif untuk melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada direksi serta memastikan bahwa perusahaan melaksanakan
good corporate governance . Namun demikian, dewan komisaris tidak
boleh turut serta dalam mengambil keputusan operasional. Pelaksanaan good corporate governance sangat dipengaruhi oleh
dewan komisaris. Dewan komisaris merupakan inti dari corporate governance
yang ditugaskan untuk menjamin pelaksanaan strategi perusahaan, mengawasi manajemen dalam mengelola perusahaan,
serta mewajibkan terlaksananya akuntabilitas. Pada intinya, dewan komisaris merupakan suatu mekanisme untuk memberikan petunjuk
dan arahan pada pengelola perusahaan. Manajemen bertanggungjawab untuk meningkatkan efesiensi dan daya saing perusahaan sedangkan
dewan komisaris bertanggungjawab untuk mengawasi manajemen
41 maka dewan komisaris merupakan pusat ketahanan dan kesuksesan
perusahaan. Moh Wahyudin Zarkasih, 2008: 116 Dewan komisaris memantau dan mengamati pengelolaan bank
agar sejalan dengan strategi, tujuan serta kode etik dan pedoman tingkah laku. Selain mengevaluasi rencana kerja tahunan dan
memandingkan kinerja bank dengan rencana kerja tersebut, dewan komisaris
menelaah kebijakan-kebijakan,
standar prosedur
operasional produk-produk derivatif dan produk struktur serta perusahaan struktur organisasi bank. Dewan komisaris juga
bertanggungjawab kepada seluruh pemegang saham atas cakupan dan aktivitas komite audit dalam mengevaluasi auditor independen.
Dewan komisaris memiliki perwakilan pada beberapa komite internal dan empat anggotanya adalah komisaris independen yang bertugas
memastikan diperhatikannya kepentingan seluruh pemegang saham. Kedudukan masing-masing anggota dewan komisaris termasuk
komisaris utama adalah setara. Tugas komisaris utama sebagai primus inter pares
adalah mengkoordinasikan kegiatan dewan komisaris. Agar pelaksanaan tugas dewan komisaris dapat berjalan
secara efektif, perlu dipenuhi prinsip-prinsip yaitu Komposisi dewan komisaris harus memungkinkan keputusan secara efektif, tepat dan
cepat, serta dapat bertindak independen
42 Tugas-tugas utama dewan komisaris OECD Principle of
Corporate Governance a. Menilai dan mengarahkan strategi perusahaan, garis-garis
besar rencana kerja kebijakan penggendalian risiko, anggaran tahunan dan rencana usaha, menetapkan sasaran
kerja, mengawasi pelaksanaan dan kinerja perusahaan, serta memonitor penggunaan modal perusahaaan,
investasi dan penjualan asset. b. Menilai sistem penetapan penggajian pejabat pada posisi
kunci dan pengkajian anggota dewan direksi c. Memonitor dan mengatasi masalah benturan kepentingan
pada tingkat manajemen, anggota dewan direksi dan anggota dewan komisaris termasuk penyalahgunaan asset
perusahaan dan memanipulasi transaksi perusahaan. d. Memonitor pelaksanaan governance dan mengadakan
perubahan dimana yang dianggap perlu. e. Memantau proses keterbukaan dan efektivitas komunikasi
dalam perusaahaan. 7. Komisaris Independen
Menurut Indonesian Society of Independent Commissioner ISICOM komisaris independen merupakan anggota dewan
komisaris yang tidak terafiliasi dengan direksi, anggota dewan
43 komisaris lainnya lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuannya
untuk bertindak independen atau bertindak semata-mata demi kepentingan perusahaan.
Di Indonesia saat ini, keberadaan komisaris independen sudah diatur dalam Code of Good Corporate Governance KNKCG.
Komisaris menurut kode tersebut, bertanggung jawab dan mempunyai kewenangan untuk mengawasi kebijakan dan kegiatan
yang dilakukan direksi, dan memberikan nasehat bilamana diperlukan. Anggota komisaris harus merupakan orang berkarakter
baik dan mempunyai pengalaman yang relevan. Setiap anggota komisaris dan dewan komisaris harus menjalankan kewajibannya
untuk kepentingan perusahaan dan pemegang saham. Komisaris juga harus memastikan bahwa perusahaan menjalankan tanggungjawab
sosialnya dan mempertimbangkan kepentingan berbagai stakeholders Sedangkan komposisi komisaris haruslah sedemikian rupa guna
mencapai pengambilan keputusan yang cepat dan efektif, setidaknya 20 dari anggota komisaris harus merupakan komisaris independen
dalam rangka
meningkatkan efektivitas
dan transparansi
pertimbangan-pertimbangan komisaris. Komisaris independen harus independen dari direksi dan pemegang saham pengendali dan tidak
mempunyai kepentingan yang dapat mempengaruhi kemampuan
44 mereka untuk menjalankan kewajiban secara adil atas nama
perusahaan. Keberadaan komisaris independen diatur dalam ketentuan
peraturan pencatatan Bursa Efek Indonesia Nomor 1 tentang ketentuan Umum pencatatan Efek bersifat ekuitas di bursa yang
berlaku sejak tanggal 1 Juli 2000. Bank yang tercatat di Bursa Efek Indonesia wajib memiliki komisaris independen yang jumlahnya
secara proporsional sebanding dengan jumlah saham yang dimiliki oleh bukan pemegang saham pengendali dengan ketentuan jumlah
komisaris sekurang kurangnya 30 dari jumlah seluruh anggota komisaris.
Fama dan Jensen 1983 dalam Arif dkk 200:7-8 menyatakan komisaris indpenden dapat bertindak sebagai penengah dalam
perselisihan yang terjadi diantara para manajer internal dan mengawali kebijakan manajemen serta memberikan nasihat kepada
manajemen. Komisaris independen merupakan posisi terbaik untuk melaksanakan fungsi monitoring agar terciptanya perusahaan yang
Good Corporate Governance .
Hal ini diperkuat dengan pernyataan Boediono 2005 dalam Darwis 2009:423 yang menyatakan komposisi dewan komisaris
dalam membersihkan kontribusi yang efektif terhadap hasil dari penyusunan laporan keuangan yang berkualitas atau kemungkinan
45 terhindar dari kekurangan laporan kekayaan, melalui peranan dewan
komisaris dalam melakukan pengawasan terhadap operasional perusahaan. Sehingga diharapkan para eksekutif akan bertindak
untuk kepentingan pemilik dan mendapatkan reaksi positif oleh pasar investor, karena kepentingan investor akan dapat dilindungi.
Adapun persyaratan menjadi komisaris independen adalah sebagai berikut:
a Tidak mempunyai hubungan afiliasi dengan pemegang saham pengendali perusahaan tercatat yang bersangkutan
b Tidak mempunyai hubungan afiliasi dengan direktur dan komisaris lainnya perusahaan tercatat yang bersangkutan
c Tidak bekerja rangkap sebagai direktur di perusahaan lain yang afiliasi
dengan perusahaan tercatat yang bersangkutan d Memahami peraturan perundang undangan di bidang pasar modal
e Diusulkan oleh pemegang saham dan dipilih oleh pemegang saham yang bukan merupakan pemegang saham pengendali
dalam rapat umum pemegang saham. Komisaris independen memiliki tanggung jawab pokok untuk
mendorong diterapkannya prinsip tata kelola perusahaan yang baik didalam perusahaan melalui pemberdayaan dewan komisaris agar
dapat melakukan tugas pengawasan dan pemberian nasihat kepada
46 direksi secara efektif dan lebih memberikan nilai tambah bagi
perusahaan. Ndaruningpur Wulandari, 2006:5.
8. Kepemilikan Manajerial Kepemilikan manajerial merupakan perwujudan atas prinsip
transparansi Juniarti dan Agnos, 2009:89. Kepemilikan manajerial dapat diartikan sebagai proporsi pemegang saham dari pihak
manajemen yang setara aktif ikut dalam pengambilan keputusan perusahaan Pujianti dan Erman,2009:2. Teori keagenan
memunculkan argumentasi terhadap adanya konflik antara pemilik dan manajer sebagai akibat perbedaan kepentingan diantara keduanya dan
kepemilikan manajerial insider dianggap sebagai mekanisme kontrol yang tepat untuk mengurangi konflik tersebut.
Kewajiban pemegang saham sebagai pendiri bank umum terkait dengan good corporate governance meliputi hal-hak sebagai berikut :
a Perizinan Usaha Pemegang saham pendiri dalam mendirikan bank harus
terlebih dahulu mendapatkan izin dari dewan Gubernur Bank Indonesia sebagaimana diatur dalam pasal 3 peraturan Bank
Indonesia. Untuk memperoleh persetujuan prinsip pendirian bank, permohonan harus diajukan sekurang-kurangnya oleh satu calon
pemilik atau pemegang saham bank kepada Dewan Gubernur
47 Bank Indonesia Setelah diperoleh persetujuan prinsip, bank
mengajukan permohonan izin usaha kepada Dewan Gubernur Bank Indonesia yang dilengkapi dengan persyaratan-persyaratan
yang ditetapkan oleh bank Indonesia. b Penyediaan modal
Bagi bank yang baru, sesuai dengan pasal 4 peraturan Bank Indonesia No 27PBI2000 modal minimum dalam mendirikan
bank umum yamg harus disetorkan oleh pemegang saham sendiri ditetapkan sekurang-kurangnya sebesar Rp 3.000.000.000,00 tiga
triliyun rupiah dan setoran modal ini dalam bentuk setoran tunai diluar setoran dalam lain yang dimungkinkan oleh peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Bagi bank umum yang sudah beroperasi dan modal yang disetorkan belum mencapai ketenuan
Pelangaran terhadap ketentuan tentang permodalan bank ini akan dikenakan saksi administratif oleh Bank Indonesia. Pada saat bank
sudah beroperasi, maka perlu diperhatikan rasio kecukupan modal terhadap dan pihak ketiga. Bank Indonesia akan selalu
mengadakan pemantauan secara berkala terhadap tingkat Current Asset Ratio
dari setiap bank. Pelanggaran terhadap ketentuan tingkat minimum Current Asset Ratio yang diijinkan juga diancam
dengan sanksi administratif.
48 Dalam rangka panjang, pilar kesatu Arsitektur Perbankan
Indonesia memuat program penguatan stuktur perbankan nasional yang menetapkan suatu blue print penguatan stuktur permodalan
bank Indonesia, sehingga dalam sepuluh sampai lima belas tahun mendatang akan mengarah pada terciptanya stuktur perbankan
yang lebih optimal, yaitu terdapatnya: 1 2 sampai 3 bank yang mengarah kepada bank internasional
dengan kapasitas dan kemampuan untuk beroperasi diwilayah internasional serata memiliki modal di atas Rp 50 Triliyun;
2 3 sampai 5 bank nasional yang memiliki cakupan luas dan beroperasi secara nasional serta memiliki modal antara Rp 10
Triliyun sampai dengan Rp 50 Triliyun; 3 30 sampai 50 bank yang kegiatan usahanya terfokus pada
segmen usaha tertentu sesuai dengan kapabilitas dan kompetensi masing-masing bank. Bank-bank tersebut memiliki
modal antara Rp 100 Milyar sampai dengan Rp 10 Triliyun; 4 Bank perkreditan Rakyat dan bank dengan kegiatan usaha
terbatas yamg memiliki modal dibawah Rp 100 Milyar.
c Penunjukan Komisaris dan Direksi Disamping permodalan yang kuat, bank perlu didukung oleh
pengurus yang layak dan patut untuk mengelola bank secara sehat.
49 Oleh karena itu proses seleksi direksi dan komisaris bank dilakukan
dengan penilaian kemampuan Faktor-faktor yang dinilai, tata cara penilaian dan hasil penilaian juga diatur dalam peraturan bank
Indonesia ini. Secara umum persyaratan untuk mengikuti uji kemampuan dan
kepatuhan bagi calon direksi dan komisaris bank adalah integritas ynag baik, mempunyai kemampuan dibidang perbankan dan tidak pernah
dinyatakan pailit atau terlibat kredit macet. Selain itu pemegang saham haruslah mengajukan minimum dua orang calon yang akan diuji untuk
tiap jabatan . Dari jumlah komisaris yang diangkat sekurang-kurangnya 50
anggota komisaris adalah komisaris independen. Anggota komisaris hanya diperkenankan merangkap jabatan sebagai anggota dewan
komisaris direksi atau pejabat eksekutif pada satu lembaga perusahaan bukan lembaga keuangan. Selain itu anggota dewan komisaris dilarang
saling memiliki hubungan keluarga sampai derajat kedua dengan sama anggota dewan komisaris atau anggota direksi.
Direktur utama atau presiden direktur wajib berasal dari pihak dari yang independen terhadap pemegang saham pengendali. Dengan itu
direksi dilarang mempunyai jabatan rangkap sebagai sebagai aggota komisaris, direksi atau pejabat eksekutif pada bank atau lembaga
lainnya. Apabila pemegang saham juga merangkap jabatan sebagai
50 direksi, maka secara sendiri-sendiri atau bersama-sama jumlah
kepemilikan saham tersebut tidak oleh melebihi 25 dari jumlah modal yang disetor. Anggota direksi juga dilarang saling memiliki
hubungan keluarga sampai derajat kedua dengan anggota direksi lainnya, maupun dengan anggota dewan komisaris.