Sekilas Kondisi Lembaga Pemasyarakatan Wanita Dewasa Kelas II A

62 pengganti apabila salah satu da’inya berhalangan hadir. Seperti yang diungkapkan warga binaan saat wawancara dengan peneliti. “Dari kita yang cuma baca doang, kan kadang orang cuma bisa bisa baca Al- Qur’an doang kan ga tau isinya ini jadi tau. Cuma kalo yang dari sini pengajarnya kurang banyak cuma satu orang kalo dari Oki biasanya lima orang.” 17 Upaya-upaya yang dilakukan LAZ DD untuk me ningkatkan jumlah da’i telah dilakukan dengan berbagai cara, mulai dari membuat program Korps Da’i yaitu melatih kader- kader da’i dari masyarakat umum hingga rencana melatih warga binaan agar nantinya bisa menjadi da’i di Lapas yang dihuninya namun hingga kini tetap saja hanya empat orang da’i ini yang masih melaksanakan program Bina Santri Lapas. b Metode dakwah da’i LAZ DD yang kurang variatif Dalam berdakwah tentunya ada metode yang digunakan. Metode merupakan hal yang penting peranannya dalam berdakwah karena merupakan salah satu faktor penentu akan keberhasilan dakwah, oleh karena itu metode dakwah harus disesuaikan dengan keadaan objek penerima dakwah mad’u agar dakwah yang dilakukan dapat diterima. Program Bina Santri Lapas merupakan program dakwah yang dilakukan oleh LAZ Dompet Dhuafa di dalam lembaga pemasyarakatan. Dalam program ini LAZ Dompet Dhuafa mendatangkan da’i untuk mengadakan 17 Wawancara pribadi dengan Dai, Warga Binaan, 15 April 2013, di Lapas wanita dewasa kelas II A, Tangerang. 63 pengajian didalam lapas dengan mad’u warga binaan lapas. program ini bertujuan untuk melakukan pembinaan agama Islam di lingkungan lapas. 18 Mad’u dalam kegiatan ini merupakan warga binaan yaitu mereka yang pernah melakukan kesalahan atau pelanggaran hukum. Berbagai kasus hukum yang dialami mulai dari kasus penyalah gunaan Narkoba, pembunuhan, penculikan, penipuan dan lain sebagainya membuat mereka harus menjalani masa hukuman dalam waktu yang relatif lama di lapas. Masa hukuman yang relatif lama itulah yang kemudian dimanfaatkan LAZ Dompet Dhuafa untuk melakukan pembinaan agar pada massa tersebut warga binaan dapat menyadari akan kesalahan yang pernah mereka perbuat dan dapat lebih mendekatkan diri kepada Allah swt. Berdakwah di masyarakat umum dengan di warga binaan lapas tentunya menggunakan metode yang berbeda. Bila masyarakat umum dapat dengan leluasa memil ih metode dahwah dan da’i sesuai yang mereka kehendaki baik itu mengikuti majelis, melalui media seperti televisi, radio dan lain sebagainya maka tidak halnya dengan warga binaan. Mereka hanya mendapatkan pembinan agama Islam dari kegiatan yang dilaksaakan dari pihak lapas. Menghadapi objek dakwah yang merupakan warga binaan tentunya memerlukan metode dakwah yang variatif namun sederhana agar mudah dimengerti oleh mereka yang rata-rata masih awam dengan agama Islam. Dalam penelitian ini penulis menggunakan tafsir surat An.Nahl ayat 125 mengenai metode dakwah menurut M. Munir dalam buku yang berjudul Metode Dakwah. Dalam bukunya terdapat penjelasan tentang metode dakwah 18 Kerangka Kerja Program Bina Santri Lapas LAZ Dompet Dhuafa, sumber: Manajer Program LAZ Dompet Dhuafa