Desain Penelitian Waktu dan Tempat Penelitian

Sebelum dimasukkan kedalam labu erlenmeyer garamnya dilarutkan dengan 100 ml air. Kemudian masukkan asam fosfat 85 sebanyak 2 ml dengan menggunakan gelas ukur yang 5 ml, tidak terjadi perubahan warna. Sebelum dilanjutkan pemeriksaannya, kita harus memastikan jika buret 25 ml yang berisi larutan baku natrium tiosulfat sudah dititik 0 agar lebih mudah untuk menghitung volume titrasinya. Sesudah memastikan buret di titik 0, memasukkan kalium iodida sebanyak 0,1 gram lalu digoyang-goyangkan sedikit labunya akan terjadi perubahan warna dari jernih menjadi kuning pekat. Dititrasi sampai warna menjadi kuning pucat. Setelah itu, ditambahkan larutan kanji 1 sebanyak 2 ml. Digoyangkan sedikit setelah itu akan terjadi perubahan warna menjadi warna ungu kehitaman. Kemudian, dilanjutkan lagi titrasi hingga terjadi perubahan warna dari ungu kehitaman menjadi bening atau jernih. Setelah itu, hitung volume titrasi ketika warna ungu kehitaman tepat hilang. Satu sampel dilakukan 2 kali atau duplo agar meminimalisir kesalahan. Semua sampel garam akan menghasilkan warna yang sama. Jika diberi asam fosfat 85 tidak berwarna, diberi kalium iodida akan berwarna kuning pekat dan jika diberi kanji 1 akan berwarna ungu kehitaman. Yang membedakan semua sampel hanya volume titrasi atau seberapa cepat larutannya yang tadinya ungu kehitaman diberi larutan baku natrium tiosulfat 0,005 N menjadi jernih atau bening kembali. c. Cara Kerja Penetapan Kadar Air Dalam Garam Jika menggunakan teknik titrasi kita harus mengetahui kadar air dalam garam. Siapkan alat dan bahan terlebih dahulu. Untuk menentukan kadar air dalam garam, pertama haluskan garam dengan menggunakan lumpang supaya garamnya homogen. Setelah dihaluskan dan sudah homogen masukkan garam kedalam etiket lalu diberi nama agar tidak tercampur dengan garam yang lainnya.