yang dilakukan oleh lembaga pembiayaan, seperti bank syariah kepada nasabah.
Zainul Arifin 2006:200 berpendapat bahwa kegiatan pembiayaan merupakan tugas pokok bank yaitu pemberian fasilitas penyediaan dana
untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang merupakan defisit unit. Dari berbagai pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pembiayaan
dapat diartikan sebagai suatu aktivitas pendanaan yang dilakukan oleh bank syari’ah kepada pihak-pihak yang mengalami kekurangan dana deficit unit
dengan tujuan untuk menghasilkan keuntungan yang maksimal.
2. Tujuan Pembiayaan
Tujuan dari pembiayaan menurut Zainul Arifin 2006:52 adalah untuk mencapai tingkat profitabilitas yang cukup dan tingkat resiko yang
rendah, dan mempertahankan kepercayaan masyarakat dengan menjaga agar posisi liquiditas tetap aman.
Menurut Rose-Kolari seperti yang dikutip oleh Priatin dan Adnan 2005:37 tujuan dari investasi pembiayaan adalah sebagai berikut:
a. Untuk memperoleh pendapatan utama dalam jenis pendapatan bunga
markup murabahah b. Memaksimalkan keuntungan
c. Penetrasi pasar d. Mengembangkan jasa bank lainnya
e. Mengembangkan aktivitas ekonomi f. Melakukan fungsi moneter.
Menurut Muhammad 2005:17-18 tujuan dari pembiayaan dibagi menjadi dua kelompok yaitu:
a. Secara makro Secara makro tujuan dari pembiayaan adalah adanya peningkatan
ekonomi umat atau masyarakat, tersedianya dana bagi peningkatan usaha atau ekspansi perusahaan, meningkatkan produktivitas usaha
yang dijalani, membuka lapangan kerja baru, serta terjadinya distribusi pendapatan sebagai hasil dari usaha yang mereka jalankan
b. Secara makro Secara mikro tujuan dari pembiayaan adalah adanya upaya
memaksimalkan laba, upaya meminimalkan resiko, pendayagunaan sumber ekonomi, serta penyaluran kelebihan dana.
3. Fungsi Pembiayaan
Ada beberapa fungsi dari pembiayaan Muhammad:2004:184-186 diantaranya meningkatkan daya guna uang, meningkatkan daya guna
barang, meningkatkan peredaran uang, menimbulkan kegairahan berusaha, meningkatkan stabilitas ekonomi secara makro, sebagai jembatan untuk
meningkatkan pendapatan nasional, sebagai alat hubungan ekonomi internasional.
4. Jenis Pembiayaan
Menurut Karim 2006:231-254 jenis-jenis pembiayaan yang ada pada bank syari’ah adalah sebagai berikut:
a. Pembiayaan modal kerja syariah Pembiayaan modal kerja syari’ah adalah pembiayaan jangka
pendek yang diberikan kepada perusahaan untuk membiayai kebutuhan modal kerja usahanya berdasarkan prinsip-prinsip syari’ah. Jangka
waktu pembiayaan modal kerja maksimum satu tahun dan dapat diperpanjang
sesuai dengan
kebutuhan. Pemberian
fasilitas pembiayaan modal kerja kepada debitur atau calon debitur dengan
tujuan untuk mengeliminasi risiko dan mengoptimalkan keuntungan bank.
b. Pembiayaan investasi syariah Pembiayaan investasi syariah pembiayaan jangka menengah atau
jangka panjang utnuk pembelian barang-barang modal yang diperlukan pendirian proyek baru, rehabilitasi, moderinisasi, ekspansi, dan
relokasi proyek yang sudah ada. Pembiayaan investasi menurut Zainul Arifin 2006:207 merupakan pembiayaan yang digunakan nasbah
untuk keperluan penambahan modal guna mengadakan rehabilitasi, perluasan usaha ataupun pendirian proyek baru.
c. Pembiayaan konsumtif syariah Pembiayaan konsumtif adalah jenis pembiayaan yang diberikan
diluar usaha dan umumnya bersifat perorangan. d. Pembiayaan sindikasi
Pembiayaan sindikasi adalah pembiayaan yang diberikan oleh lebih dari satu lembaga keuangan bank untuk satu objek pembiayaan
tertentu. Pembiayaan sindikasi ini mempunyai tiga bentuk yaitu lead syndication
, club deal, dan sub syndication. e. Pembiayaan berdasarkan take over
Pembiayaan berdasarkan take over adalah pembiayaan yang timbul sebagai akibat dari take over terhadap transaksi nonsyariah yang telah
berjalan yang dilakukan oleh bank syariah atas permintaan nasabah. f. Pembiayaan Letter of Credit LC
Pembiayaan Letter of Credit LC adalah pembiayaan yang diberikan dalam rangka memfasilitasi transaksi impor atau ekspor
nasabah. Menurut tujuan penggunaannya, produk pembiayaan syariah
terbagi kedalam empat kategori sebagai berikut yaitu Karim:2006:97, pembiayaan dengan prinsip jual beli, pembiayaan dengan prinsip sewa,
pembiayaan dengan prinsip bagi hasil. a. Pembiayaan dengan prinsip jual beli
Pembiayaan ini dibagi menjadi tiga bagian yaitu: pembiayaan murabahah
, salam dan istishna. Menurut Zainul Arifin 2006:18 musyarakah adalah suatu
kontrak antara kedua belah pihak atau lebih yang masing-masing pihak mengumpulkan modal untuk membentuk sebuah perusahaan
sebagai badan hukum legal identity dengan pembagian
keuntuangan secara proporsional sesuai dengan kontribusi modal masing-masing. Bila terjadi kerugian, maka kerugian tersebut
dibebankan secara proporsional kepada masing-masing pemberi modal.
Karim 2004:103
berpendapat bahwa
pembiayaan murabahah adalah akad jual beli barang dengan menyatakan harga
perolehan dan keuntungan margin yang disepakati oleh penjual dan pembeli. Akad ini termasuk dalam bentuk natural centatinty
contracts, karena dalam murabahah ditentukan berapa required rate of return keuntungan yang ingin diperoleh. Pembayaran murabah
dapat dilakukan secara cicilan muajjal atau secara sekaligus lump sum.
Menurut Zainul Arifin 2006:23 secara etimologis salam berarti salaf pendahuluan. Bai’ as salam adalah akad jual beli
suatu barang dimana harganya dibayar dengan segera, sedangkan barangnya akan diserahkan kemudian dalam jangka waktu yang
disepakati. Menurut Zainul Arifin 2006:24 bai’ al ishtishna adalah
akad jual beli antara pemesan atau pembeli mustashni’ dengan produsen atau penjual shani’ dimana barang yang akan
diperjualbelikan harus dibuat terlebih dahulu dengan kriteria yang jelas. Ishtishna memiliki perbedaan dengan salam. Pada salam
pembayarannya harus dimuka dan segera, sedangkan pada ishtishna
pembayarannya boleh diawal, ditengah atau diakhir, baik sekaligus lump sum ataupun secara bertahap muajjal.
b. Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil Pembiayaan dengan prinsip ini dibagi menjadi dua yaitu:
pembiayaan mudharabah dan musyarakah. Menurut Zainul Arifin 2006:19 mudharabah adalah
hubungan kontrak antara penyedia dana shahibul maal dengan enterpreuneur mudharib dimana mudharib akan mengembalikan
modal tersebut kepada shahibul maal berikut porsi keuntungan yang telah disetujui sebelumnya. Bila terjadi kerugian maka
seluruh kerugian dipikul oleh shahibul maal, sedangkan mudharib kehilangan keuntungan atau mbalan bagi hasil atas kerja yang telah
dilakukannya. Mudharabah
terbagi menjadi dua bagian Karim 2004:200- 201, pertama mudharabah mutlaqah Unrestricted Investment
Account dan
kedua mudharabah
muqayyadah Restricted
Investment Account
. Mudharabah
mutlaqah Unrestricted
Investment Account adalah mudharabah yang sifatnya mutlaq
dimana shahibul maal tidak menetapkan restriksi atau syarat-syarat tertentu kepada mudharib. Mudharabah muqayyadah Restricted
Investment Account terbagi menjadi dua bentuk, yakni on balance
sheet dan off balance sheet. Dalam mudharabah muqayyadah on
balance sheet , aliran dana terjadi dari satu nasabah investor kepada
pelaksana usaha dalam beberapa sektor terbatas, misalnya pertanian, manufaktur dan jasa. Dalam mudharabah muqayyadah
off balance sheet , aliran dana berasal dari satu nasabah investor
kepada satu nasabah pembiayaan dan bank syari’ah hanya bertindak sebagai perantara saja.
c. Pembiayaan dengan prinsip jual beli Pembiayaan ini dibagi menjadi tiga bagian yaitu: pembiayaan
murabahah , salam dan istishna.
Menurut Zainul Arifin 2006:18 musyarakah adalah suatu kontrak antara kedua belah pihak atau lebih yang masing-masing
pihak mengumpulkan modal untuk membentuk sebuah perusahaan sebagai
badan hukum legal identity dengan pembagian keuntuangan secara proporsional sesuai dengan kontribusi modal
masing-masing. Bila terjadi kerugian, maka kerugian tersebut dibebankan secara proporsional kepada masing-masing pemberi
modal. Karim
2004:103 berpendapat
bahwa pembiayaan
murabahah adalah akad jual beli barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan margin yang disepakati oleh penjual
dan pembeli. Akad ini termasuk dalam bentuk natural centatinty contracts, karena dalam murabahah ditentukan berapa required rate
of return keuntungan yang ingin diperoleh. Pembayaran murabah dapat dilakukan secara cicilan muajjal atau secara sekaligus
lump sum.
Menurut Zainul Arifin 2006:23 secara etimologis salam berarti salaf pendahuluan. Bai’ as salam adalah akad jual beli
suatu barang dimana harganya dibayar dengan segera, sedangkan barangnya akan diserahkan kemudian dalam jangka waktu yang
disepakati. Menurut Zainul Arifin 2006:24 bai’ al ishtishna adalah
akad jual beli antara pemesan atau pembeli mustashni’ dengan produsen atau penjual shani’ dimana barang yang akan
diperjualbelikan harus dibuat terlebih dahulu dengan kriteria yang jelas. Ishtishna memiliki perbedaan dengan salam. Pada salam
pembayarannya harus dimuka dan segera, sedangkan pada ishtishna
pembayarannya boleh diawal, ditengah atau diakhir, baik sekaligus lump sum ataupun secara bertahap muajjal.
d. Pembiayaan dengan prinsip sewa Pembiayaan dengan prinsip sewa dibagi menjadi dua yaitu:
pembiayaan ijarah dan ijarah muntahiya biltamlikwa iqtina. Menurut
fatwa Dewan
Syari’ah Nasional
No:9DSNMUIIV2000 bahwa ijarah adalah akad pemindahan hak guna atau manfaat atas serta barang atau jasa dalam waktu
tertentu melalui pembayaran sewa atau upah tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan barang itu sendiri.
Ijarah muntahia bittamlik merupakan kombinasi antara sewa-
menyewa ijarah dan jual beli atau hibah diakhir masa sewa.
Dalam ijarah muntahia bittamlik, pemindahan hak milik barang terjadi dengan salah satu cara berikut Karim 2004:139:
1. Pihak yang menyewakan berjanji akan menjual barang yang akan disewakan tersebut pada akhir masa sewa
2. Pihak yang menyewakan berjanji akan menghibahkan barang yang disewakan tersebut pada akhir masa sewa.
C. Simpanan Dana Pihak Ketiga