Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
memberlakukannya dalam sistem hukum nasional maupun internasional.
2
Sekalipun tidak ada perlindungan dan jaminan konstitusional terhadap HAM, hak itu tetap eksis dalam setiap diri manusia. Namun terkadang adanya
penyalahgunaan kekuasaan yang berimplikasi terhadap perampasan, perkosaan, dan pemanipulasian HAM oleh manusia satu kepada manusia yang lain atau oleh
manusia kepada rakyatnya, sehingga HAM memerlukan yuridis untuk diberlakukan dalam mengatur kehidupan manusia.
Hak politik merupakan salah satu hak rakyat yang harus diberikan dan dijamin oleh negara. Misalnya hak rakyat untuk berkumpul atau berserikat,
berpendapat di muka umum dan turut serta dalam pemerintahan. Adanya pemenuhan dan jaminan hak-hak dasar rakyat termasuk hak politik- merupakan
suatu ciri sebuah negara yang menganut sistem demokrasi, yaitu suatu pemerintahan yang melibatkan peran rakyat dan tidak memasung kehendak rakyat
karena pada hakikatnya demokrasi itu adalah suatu pemerintahan yang berasal dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat.
Kebebasan bersuara dijamin oleh konstitusi Malaysia dalam pasal 10 1 a dan pasal 10 2 a dengan jelas memberikan garis panduan dalam soal
kebebasan bercakap dan mengeluarkan pendapat, yaitu pendapat yang disuarakan hendaklah mengambil kira kepentingan keselamatan negara, kepentingan dan
2
Ba mbang Sutiyoso, Ak tuarita Huk um dalam Era Reformasi, Jakarta : Ra jawa li Press, 2004, Cet. 1, h. 100
keistimewaan pihak-pihak tertentu.
3
Kebebasan bersuara ini merangkumi ucapan sama ada bersifat simbolik, dituturkan, bersifat penulisan, berbentuk politik,
kesenian ataupun komersil.
4
Dalam konteks Malaysia, kebebasan dan menyuarakan pendapat memberikan hak kepada pers-pers nasional memainkan
peranan yang cukup penting dalam menghebahkan maklumat dan berita yang tepat, sahih dan benar. Walau bagaimanapun, kebebasan yang diberikan ini tidak
bersifat mutlak tetapi boleh disekat seandainya melibatkan aspek kepentingan keselamatan persekutuan ketenteraman awam dan kemoralan. Kebebasan
bersuara berkebijakan undang-undang yang dibuat oleh manusia ini menunjukkan tidak bebas.
5
Perdana Menteri Tun Dr. Seri Maharthir mengatakan, hak kebebasan pers, coba menonjolkan bahwa pers bebas untuk mengkritik pemerintah ataupun
menyokong pemerintah. Katanya, sesebuah pers yang hanya mengecam pemerintah tidak pula berarti bebas. Katanya lagi :
“Kebebasan pers tidak bermakna jika sering menyiarkan pembohongan mengenai sesuatu perkara karena dikongkong oleh matlamat politik sesuatu
pihak yang menentang pemerintah. Pers yang bersifat demikian biasanya
3
http:bersih.blogspot.com2007 12 kebebasan-bersuara-telah-disalah-guna.html dia kses pada tanggal 15 122010 ja m11:10, wib.
4
Faridah Jalil, Kebebasan dan Jenayah Dalam Berk arya. Kuala Lu mpur, De wan Sastera. Oktober 2001 cet I, h. 23
5
Mohd. Safar Hasim. Pers di Malaysia Antara Kebebasan dengan TanggungJawab . Bangi. Penerbit Un iversiti Kebangsaan Malaysia, 2005 cet I, h. 5
dijejaskan oleh pemilik, pengarah serta pihak yang sanggup menolak kebenaran bagi memelihara kemasyuran dan kewangan mereka semata-
mata”.
6
Kebebasan bercakap bataskan kepada kata-kata yang tidak menjadi fitnah, kata-kata yang tidak mencerca mahkamah atau kata-kata yang melanggar hak
keutamaan parlemen dan dewan negeri. Sesiapa yang menyebut, menulis, mencetak, menjual atau menyiarkan perkataan yang membawa hasutan adalah
dianggap oleh undang-undang.
7
mereka dianggap melakukan kesalahan yang boleh dihukum hingga lima tahun penjara atau sanksi RM5000.
8
UU ini jelas membatasi kebebasan hak politik yang dibawa oleh warga negara Malaysia khususnya dari partai oposisi. Intelektual juga takut
menyampaikan pendapat yang bertentangan dengan pemerintah karena terdapat UU yang membatasi hak- hak tersebut. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis
terdorong untuk mengkaji hak- hak politik dan kaitan UU hasutan di Malaysia dan menjadikan sebagai tema skripsi deng
an judul “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Hak Politik Dalam Akta Hasutan1948
di Malaysia”.
6
Othman Muhammad, Erti Kebebasan Pers-Persekitaran Yang Membimbangk an. Kuala Lu mpur, Sasaran, Dese mber 1992cet, I, h.20-23
7
Akta Hasutan 1948
8
Mohd Salleh Abas, Prinsip Perlembagaan dan Pemerintahan di Malaysia , dewan bahasa dan pustaka kuala lu mpur 2006 cet, I, h. 301