Tinjauan Hukum Islam terhadap hak-hak politik

Ini jelas menunjukkan bahwa apabila masyarakat semuanya mulai melalaikan kewajiban-kewajibannya, maka mutlak penting di sana ada paling tidak sekelompok masyarakat yang bersedia melakukannya. Agama Islam telah menganugerahkan kepada rakyat hak untuk membentuk perkumpulan dan partai atau organisasi. 3 Sebagai mana telah dinyatakan dalam ayat di atas, hak ini bukan merupakan sebuah hak yang mutlak, namun harus dijalankan menurut pembatasan-pembatasan umum tertentu. Yakni hak ini harus dilaksanakan untuk tujuan propaganda dakwah amal-amal kebaikan dan kesolehan, serta harus dipergunakan untuk menumpas kejahatan dan kesesatan. Rakyat dapat bebas mengadakan dan mengorganisasikan pertemuan-pertemuan, serta sebuah negara Islam tidak boleh melarang hak ini kecuali kalau mengadakan pelanggaran yang nyata. 4 Oleh sebab itu setiap orang berhak untuk turut serta bersama-sama dalam kehidupan keagamaan, sosial budaya dan politik dari masyarakatnya dan mendirikan lembaga- lembaga di mana berdasarkan ini ia menikmati hak-haknya dan mengembangkan sepenuhnya diri kepribadiannya. Allah berfirman :              ر شلا : ٨ 3 Abul A’la Maududi, Hak-hak Asasi Manusia dalam Islam terjemahan, Jakarta: Bumi Aksara, 2005, Cet. III, h. 32 4 Syekh Syaukat Hussain, Hak Asasi Manusia Dalam Islam, Jakarta: Ge ma Insani Press, 1996, Cet.I , h. 84 Artinya: “Dan bagi orang yang menerima mematuhi suruhan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedangkan urusan mereka diputuskan dengan musyawarah antara mereka dan mereka menafkahkan sebagian dari rizki yang Kami berikan kepada mereka” AS-Syura 4238: Ayat ini dapat menjadi pengangan untuk berkumpul atau berserikat serta berpendapat. Bahkan menjadi konsep dasar untuk bermasyarakat dan bernegara yang menghendaki pendapat. Jelasnya “syura atau bermusyawarah jadi pokok dalam pembangun masyarakat dan bernegara dalam Islam. Inilah dasar politik pemerintah dan pemimpin negara, masyarakat dalam perang da n damai, ketika aman dan ketika terancam bahaya”. 5 Pada dasarnya agama Islam adalah agama yang menghendaki pergaulan atau diistilahkan dengan jama’ah bahwa setiap muslim selalu menyediakan diri untuk menjunjung tinggi panggilan Tuhan dengan mengerjakan sha lat berjema’ah. Akan mengerjakan shalat saja sudah ada jema’ah dan mulai bermusyawarah untuk memilih imam shalat yang akan memimpin jama’ah. Dari musyawarah itu sudah menghendaki pemikiran dan pendapat. Menurut ajaran Islam dengan melalui lembaga perserikatan dan perkumpulan dan mengadakan hubungan-hubungan musyawarah konslultasi dan sebagainya suatu kekuatan untuk memperjuangkan hak- hak manusia dalam suasana persaudaraan. Jelasnya bahwa Islam menjamin kebebasan berkumpul dan 5 Dalizar Putra, Hak Asasi Manusia Menurut Al-Quran, Jakarta: Al-Husna Zikra, 1995, Cet. II, h. 57 berserikat bagi setiap orang. Hal ini tidak hanya sekedar jaminan melainkan dituntut untuk mewujudnya dalam kehidupan sehari-hari. B. Hak Mengeluarkan Pendapat Hak mengeluarkan pendapat pada dasarnya merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan hak berkumpul dan berserikat. Syariat memiliki pijakan yang kuat pada hak-hak ini, bukti dasarnya tercakup dalam prinsip-prinsip al-Quran dan al-Sunnah yang mengatur kebebasan berbicara dan berekspresi. Oleh karena itu prinsip-prinsip Islam tentang hisbah, yang menyeru untuk berbuat baik dan melarang kejahatan amar ma’ruf nahi mungkar, saling menasihati nashîhah, dan musyawarah syura dapat sama-sama dikutip, kemudian doktrin ijtihad penalaran pribadi para ahli hukum yang memenuhi syarat, di samping hak- hak warga negara untuk melontarkan kritik membangun terhadap pemerintah hak al- mu’âradhah semuanya termaktub dalam pengakuan syariat atas kebebasan mendasar untuk berbicara, berekspresi dan berserikat. 6 Dalam Islam kebebasan berpendapat adalah hak individu yang mengantarkannya kepada kepentingan dan nuraninya yang tidak boleh dikurangi negara atau ditanggalkan oleh individu. Sungguh, hal ini penting bagi kondisi pemikiran dan kemanusiaan setiap individu dan diperlakukan agar seorang muslim melakukan kewajiban-kewajiban Islam. Amar ma’ruf nahi mungkar adalah 6 M. Hashim Ka mali, Freedom o f Expression in Islam, d iterje mahkan oleh Eva Y. Nukman dan Fatiah Basri, Kebebasan Berpendapat dalam Islam, Ja karta: M izan, 1996, cet.I, h. 104 kewajiban dalam Islam yang terpenting dan untuk merealisasikannya dituntut kecekatan mengutarakan pendapat dengan bebas. Umat dan individu memiliki hak mengawasi kepala negara dan seluruh pejabat dalam pekerjaan dan tingkah laku mereka yang menyangkut urusan negara. Hak pengawasan ini dimaksudkan untuk meluruskan Kepala Negara jika dia menyimpang dari jalan yang lurus jalan Islam dalam memerintah. Tahap pertama untuk meluruskannya ialah memberi nasihat dengan ikhlas. Dalam hadis yang diriwayatkan Imam Muslim dalam kitab shahihnya: ِ اَّ ا ْ ع ق َس ْ ع َ ا َص َ بَ ا َ أ : حْصَ ا ِّْ ا . ق ْ ْق : ْ س ب َ ع ْ ْس ا َ ئأ س ا 7 Artinya: Diriwayatkan dari Tamin al-Dari r.a., bahwa Nabi SAW pernah bersabda:“Agama itu nasihat, kami berkata untuk siapa? Nabi berkata, untuk Allah, Kitab-Nya, Rasul- Nya, bagi para pemimpin umat Islam dan orang awam”. HR. Muslim Jika nasihat sudah tidak berguna, maka hak umat menggunakan kekuatan yang diperlukan guna meluruskan dan menariknya dari kesesatan dan semua bentuk penyelewengan. Nabi SAW bersabda: بأ ْ ع ح بأ ْب ْق ْ ع ّ خ بأ ْب ع ْسإ بْخأ ْب ّ ثَّح ع ْب ّ ْحأ ثَّح ق َس ْ ع َ ا َص َ ا س ْع س ِِّص ا ْ ب : ع اْ خ ْأ ْ ف َّ ا اْ أ اذا س َ ا َ ا ْ قعب ها َ ع ْ أ كشْ أ ّْ ا ا 8 7 Muslim b in al-Haj Abu al-Husin al-Qusairi a l-Nisaburi, Sahîh Muslim, Juz 1, h. 181, hadits no. 82 8 Muhammad b in Isâ Abu Isâ al-Tirmizi a l-Sâlimi a l- Jâmi’, al-Sahîh Sunan al-Tirmidzi, Beirut: Dâr Ihyâ’ al-Tharashi al-Arabi, t.th, Juz. VIII, h. 73, hadits no. 2094 Artinya: Diceritakan kepada kami Ahmad bin Mani’ diceritakan kepada kami Yazid bin Harun dikhabarkan kepada kami Ismail bin Abi Khalid daripada Koisi bin Abi Hazim daripada Abi BakarAs-Siddiq beliau mendengar Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya jika manusia melihat seseorang zhalim dan mereka tidak menarik tangannya menarik dari perbuatan zalim, maka dikhwatirkan Allah akan meratakan siksaan kepada mereka” HR. At-Tarmizi بأ ق ش ْب ط ْ ع ْس ْب ْق ْ ع ْس ثَّح ْحَ ا ّْبع ثَّح َّب ْب َّ ح بْخأ ّ عس ق َس ْ ع َ ا َص َ ا س ْع س : ْعط ْس ْ ْ ف ّ ب ْ ِغ ْفاً ْ ْ ْ ا ْ ْ ْ ف س بف ْعط ْس ْاا فعْضا ك ذ بْقبف ئ س ا ا 9 Artinya: Diceritakan kepada kami Muhammad bin Basyir diceritakan kepada kami Abdul Rahman diceritakan kepada kami Sufyan dari Qaisi bin Muslim dari Tharik bin Syihab telah berkata Abu Said beliau mendengar Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa di antara kalian melihat kemungkaran, hendaklah dia ubah dengan tangannya. Jika tidak mampu, hendaklah di ubah dengan lidahnya. Jika tidak mampu, hendaklah di ubah dengan hatinya dan itu adalah iman yang paling rendah” HR. An-Nasâi. Hak individu untuk mengawasi para pejabat dan memberi nasihat kepada mereka serta menilai tingkah laku mereka, semuanya menuntut pentingnya setiap individu untuk menikmati kebebasan berpendapat. Diakuinya prinsip musywarah dan diskusi-diskusi yang menyertainya serta hak memilih, juga menuntut hak kebebasan berpendapat karena perlaksanaan musyawarah tidak mungkin tanpa kebebasan seperti itu. Adalah ketololan yang berlebihan manakala negara 9 Ahmad bin Syuib Abu Abd al-Rah mân al- Nasâ’i, Sunan al-Nasâ’i, Beirut: Dar al- Kutub al-Ilmiyyah, 2005, Cet. II, Ju z XV, h. 204, hadits no. 4922 menetapkan untuk memegang prinsip musyawarah dan mendorong kebebasan berpendapat, kemudian negara mencabut kebebasan itu dari individu. 10 Islam memberikan hak kebebasan berfikir dan mengemukakan pendapat bagi seluruh warganegara Islam, sepanjang kebebasan tersebut digunakan untuk menyebarluaskan kebenaran dan kebajikan , bukannya untuk menyebarkan kejahatan dan kekejian. 11 Islam juga telah memberi hak kepada umat untuk memecat atau memberhentikan seseorang Khalifah Kepala Negara, jika dia keluar dari pensyaratan seorang Khalifah atau tidak melaksanakan tugas dengan baik, atau karena ketidak mampuan. Hal ini ditegaskan para ahli fiqih, di antaranya Imam Ibnu Hazm al- Dzahiri dan Ibnu Rajjab al- Hambali. 12 Orang yang memiliki hak menetapkan, memiliki juga hak memecat. Umatlah yang memilih Kepala Negara, maka Umat pun memiliki hak menggesernya. Pelaksanaan langsung hak ini memerlukan pengesahan dari syara’, yaitu melanggar peraturan tentang perwakilan atau tidak mampu melakukan kewajibannya. 13 10 Abdul Karim Za idan, Masalah Kenegaraan dalam Pandangan Islam, Jakarta: Yayasan Al-Amin, 1984cet.I, h. 71 11 Abul A’la Maududi, Hak-hak Asasi Manusia dalam Islam terjemahan, Jakarta: Bu mi Aksara, 2005, Cet. III, h. 31 12 A. M. Saefuddin, Ijtihad Politik Cendekiawan Muslim, Jakarta : Ge ma Insani Press, 1996, Cet. I, h. 19 13 Abdul Karim Za idan, Masalah Kenegaraan dalam Pandangan Islam, Jakarta: Yayasan Al-Amin, 1984, h.43 C. Hak Memilih dan Dipilih Semua individu memiliki hak memilih Kepada Negara dan anggota- anggota majelis syuro’ wakil-wakil rakyat. Siapa yang terpilih untuk jabatan ini, maka ia adalah Kepala Negara, dalam syara’ disebut bai’ah, dan hak bai’ah ini adalah hak tiap Muslim baik laki- laki atau perempuan. Sabda Rasulullah SAW: ق ع ْ ع ح ص بأ ْ ع ص ع ْ ع ْ ب بأ بْخأ ع ْب د ْسأ ثَّح ْ ع َ ا َص َ ا س َس ق : ً َ ج ً ْ إ ْغب ْ ع ع ا بط ا ّ حا ا 14 Artinya: Diceritakan kepada kami Aswad bin Amir dikhabarkan kepada kami Abu Bakar daripada ‘Asim daripada Abi Salleh daripada Muawiyyah berkata Rasulullah SAW telah bersabda: “Barang siapa yang mati tanpa adanya imam, maka matinya seperti mati jahiliyyah”HR. Imam Ahmad dan Tabrani dari Muawiyah. Para ahli fiqh berpendapat bahwa “siapa saja yang kepimpinan dan prasetianya disepakati kaum Muslimin, maka kepimpinan itu sah dan wajib membelanya”. Juga pendapat mereka: “Imamah -yaitu kepemimpinan negara- dikukuhkan melalui bai’at prasetia semua orang baginya, bukan dengan penunjukan pendahulunya”. Jadi Kepala Negara adalah seorang yang dipilih dan disetujui oleh masyarakat dan kekuasaannya berasal dari kerelaan dan pemilihan ini. 15 Di negara-negara moderen sekarang, hak memilih biasanya diwujudkan dalam pemilihan umum pemilu, yaitu bahwa setiap warga negara yang telah 14 Abu Abdillah Ah mad bin Hanbâl, Musnad Ahmad bin Hanbâl, Be irut: Maktab a l- Islâ mi 1398 H 1978 M, Juz XXXIV, h. 234, hadits no. 16271 15 Abdul Karim Za idan, Masalah Kenegaraan dalam Pandangan Islam, Jakarta: Yayasan Al-Amin, 1984, h.17-18 memiliki syarat-syarat tertentu mempunyai hak untuk memilih Kepa la Negara atau kepala pemerintahan dan wakil-wakilnya yang akan duduk di lembaga perwakilan rakyat. Sedangkan hak untuk dipilih adalah hak seseorang untuk mencalonkan dirinya menduduki salah satu jabatan pemerintahan atau fungsi umum. Akan tetapi tidak semua individu memiliki hak untuk dipilih, karena hak ini dibatasi oleh suatu aturan. Misalnya hak untuk dipilih menjadi pemimpin rakyat Kepala Negara demikian juga hak untuk dipilih menjadi wakil rakyat, harus memiliki syarat-syarat tertentu yang telah dit etapkan baik oleh syara’ maupun undang- undang. Selain hak memilih dan dipilih, terdapat juga hak untuk memegang suatu jabatan. Menurut syariat Islam hak untuk memegang suatu jabatan bukan hanya hak individu, melainkan kewajiban atasnya dari negara. Dalam hal ini, kewajiban Kepala Negara khalifah dan seluruh perangkatnya memilih orang yang paling cocok bagi tiap pekerjaan dalam pemerintahan.

B. Kedudukan akta Hasutan dalam pandangan hukum Islam.

Penulis dapat menemukan beberapa pertentangan anta ra akta Hasutan dan hukum Islam. Akta Hasutan pada pokok dasarnya adalah untuk menghalangi kekritisan terhadap kesalahan yang dilakukan oleh pemerintah. Hal ini sangat jelas bertentangan dengan konsep amar makruf yang dianjurkan oleh Islam.Tidak bisa dipisah- pisahkan, seperti hanya beramar ma’ruf dan mengabaikan nahi munkar, atau sebaliknya, hanya menjalankan nahi munkar dan meninggalkan amar ma’ruf. 16 Ayat al-quran yang dapat menjadi landasan berlakunya perintah tersebut di antaranya adalah surah ali imron ayat 104;                 لا ار ع : 104. Dan hendaklah ada di antara kamu satu kaum yang menyeru berdakwah kepada kebajikan mengembangkan Islam, dan menyuruh berbuat segala perkara yang baik, serta melarang daripada segala yang salah buruk dan keji. dan mereka yang bersifat demikian ialah orang-orang yang berjaya. َ Q.s: ali Imron 3: 104. Perintah tersebut meliputi berbagai permasalahan yang yang beraneka ragam bentuk dan jenisnya, yaitu menyeru setiap individu. Kewajiban di atas dalam bahasa sekarang dinamakan kebebasan menyampaikan pendapat. Undang- undang adalah yang mempunyai kekuatan yang dipatuhi secara umum dengan secara suka rela atau terpaksa. Di dalam Islam juga terdapat beberapa ayat yang menerangkan kewajiban mentaati pemerintah;                                ء س ا : ٨ Artinya: Wahai orang-orang Yang beriman, Taatlah kamu kepada Allah dan Taatlah kamu kepada Rasulullah dan kepada Ulil-Amri orang-orang Yang 16 http:riza rah man.staff.u mm.ac .id2010 01 10urgensi-a mar-ma ruf-nahi-munkar dia kses pada tanggal 23 52011 ja m 12:45 WIB berkuasa dari kalangan kamu. kemudian jika kamu berbantah-bantah berselisihan Dalam sesuatu perkara, maka hendaklah kamu mengembalikannya kepada Kitab Allah Al-Quran dan Sunnah RasulNya - jika kamu benar beriman kepada Allah dan hari akhirat. Yang demikian adalah lebih baik bagi kamu, dan lebih elok pula kesudahannya. . Qs. An- Nisa’ 4: 58. Dalam ayat ini Allah menjadikan ketaatan kepada pemimpin pada urutan ketiga setelah ketaatan pada Allah dan Rasul-Nya. Namun, untuk pemimpin di sini tidaklah datang dengan lafazh „ta’atilah’ karena ketaatan kepada pemimpin merupakan i kutan taabi’ dari ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya shallallahu „alaihi wa sallam. Oleh karena itu, apabila seorang pemimpin memerintahkan untuk berbuat maksiat kepada Allah, maka tidak ada lagi kewajiban dengar dan ta’at. 17 Rasullah juga pernah bersabda; بأ ق ش ْب ط ْ ع ْس ْب ْق ْ ع ْس ثَّح ْحَ ا ّْبع ثَّح َّب ْب َّ ح بْخأ ّ عس ق َس ْ ع َ ا َص َ ا س ْع س : ْعط ْس ْ ْ ف ّ ب ْ ِغ ْفاً ْ ْ ْ ا ْ ْ ْ ف س بف ْعط ْس ْاا فعْضا ك ذ بْقبف ئ س ا ا 18 Artinya: Diceritakan kepada kami Muhammad bin Basyir diceritakan kepada kami Abdul Rahman diceritakan kepada kami Sufyan dari Qaisi bin Muslim dari Tharik bin Syihab telah berkata Abu Said beliau mendengar Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa di antara kalian melihat kemungkaran, hendaklah dia ubah dengan tangannya. Jika tidak mampu, hendaklah di ubah dengan lidahnya. Jika tidak mampu, hendaklah di ubah dengan hatinya dan itu adalah iman yang paling rendah” HR. An-Nasâi 17 http:rumaysho.wordpress.com20090131harus -tetap-taat-pada-pemimp in diakses pada tanggal 235 2011 ja m 12:45 WIB 18 Ahmad bin Syuib Abu Abd al-Rah mân al-Nasâ ’i, Sunan al-Nasâ’i, Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 2005, Cet. II, Juz XV, h . 204, hadits no. 4922