Lafad-lafad Jarh dan Ta’dîl

27

BAB III ANALISA DATA DAN PENILAIAN ABÎ HÂTIM AL-RÂZÎ DAN AL-

DZAHABÎ

A. Lafad-lafad Jarh dan Ta’dîl

Menurut penelitian para ulama ahli kritik hadis bahwasannya keadaan pribadi para periwayat hadis itu bermacam-macam. Oleh karena itu, para ulama ahli kritik hadis menyusun peringkat para periwayat berdasarkan dari kualitas pribadi dan kapasitas intelektual mereka. Keadaan para periwayat yang bermacam-macam itu dibedakan dengan lafad-lafad tertentu dan yang dikenal dengan maratîb alfâz al-jarh wa ta‟dîl peringkat lafad-lafad ketercelaan dan keterpujian. Adapun lafad-lafad jarh dan ta‟dîl yang digunakan oleh para ulama ahli kritik hadis untuk menilai para periwayat hadis menurut pribadi para periwayat hadis itu sendiri adalah sebagai berikut: Sebutan yang paling rendah untuk menerangkan cacat seseorang ialah dajjâl, kadzdzâb pembohong, wadd â‟ pembuat hadis palsu, me-waham-kan hadis. Kemudian muttahamun bil kadzib orang yang tertuduh berdusta, atau muttafaq „ala tarkihi orang yang disepakati untuk ditinggalkan. Kemudian yang disebutkan matrûk orang yang ditinggalkan hadisnya, laisa bi tsiqah dia tidak terpercaya, sakatû „anhu mereka berdiam diri tentang halnya, dzâhib al-hadis yang tidak berharga hadisnya, fîhi nazar terhadapnya perlu diadakan penyelidikan, hâlik orang yang binasa, sâqith orang yang gugur. Di bawah itu perkataan wâhin bi marrah orang yang lemah sekali, laisa bi syai‟in orang yang tidak ada apa-apa, da‟îf jiddan orang yang lemah sekali, d a‟afuhu ulama melemahkannya, da’if, wâhin lemah, dan lain seperti itu. Setelah itu perkataan yud ‟afuhu dia dilemahkan, wa fîhi da‟fun padanya ada kelemahan. Wa laisa bi al-qawî dia bukanlah orang yang kuat, laisa bil hujjah dia bukan hujjah, laisa bi dzâka ia tidak dapat dinilai. Yu‟raf wa yunkar dia orang yang dikenal hadisnya dan yang tidak dikenal. Fîhi maqâl padanya ada kecacatan. Tukullima fîhi diperkatakan terhadap dirinya. Layyin orang yang lemah. Sayyiul hifzi lâ yuhtaju bihi orang yang buruk hafalan untuk dijadikan hujjah. Ukhtulifa fîhi diperselisihkan terhadap dirinya. Sadûq lakinnahu mubtadi‟ dia orang yang benar, tetapi dia menganut bid’ah. 1 Sedangkan sebutan yang terhormat terhadap para periwayat yang diterima riwayatnya adalah tsabat hujjah orang yang benar-benar dapat menjadi hujjah, tsabat hâfiz orang yang dapat dipegangi lagi hafal, tsiqah muttaqin orang yang terpercaya lagi amat pandaitaqwa, tsiqah tsiqah terpercaya terpercaya. Setelah itu perkataan jayyid tsiqah orang yang baik lagi terpercaya. Kemudian sadûq orang yang benar. Lâ basa tidak ada masalah, boleh dipakai. Laisa bihi basa tidak terdapat sesuatu yang menyebabkannya di tolak. Mahalluhu al-sidqu dia orang yang benar. Hasanul hadîts orang yang baik 1 Lihat: Mizan al- I‟tidal, j. I, h. 43 hadisnya. Syaikhun wasatun syaikh yang adilimbang keadaannya. Syaikhun hasanul hadîts syaikh yang baik hadisnya. Sadûq insya Allah orang yang benar insya Allah. Suwailih orang yang agak baik. Adapun peringkat kualitas periwayat yang berlaku tidak disepakati oleh para ulama ahli kritik hadis. Sebagian ulama ada yang membaginya untuk lafaz jarh dan ta‟dîl menjadi empat peringkat. Sebagian ulama ada yang membaginya menjadi lima peringkat, dan sebagian ulama lagi ada juga yang membaginya menjadi enam peringkat. 2 Sedangkan Ibn Abi hatim al-Razi tergolong ulama yang membagi lafaz-lafaz jarh dan ta‟dîl menjadi empat peringkat dan al-Dzahabi tergolong ulama yang membagi lafad-lafad jarh dan ta‟dîl menjadi lima peringkat. Lihat pada tabel 3.1 dan 3.2 di bawah ini yang menerangkan perbedaan lafad-lafad ta‟dîl dan jarh yang sebagian besar disifati dengan lafad-lafad yang sama antara Abu Hatim al-Razi dan al-Dzahabi untuk menilai para periwayat hadis. Tabel 1. 1 Perbedaan Lafaz-Lafaz Ta’dil Menurut Ibn Abî Hâtim al-Râzî dan al- Dzahabî Peringkat Ibn Abî Hâtim al-Râzî al-Dzahabî I II III IV 2 M. Syuhudi Ismail, Kaidah Kesahihan Sanad Hadis, Jakarta: PT. Bulan Bintang, 2005, c. 3, h. 206, 210. V Pada tabel 3.1 terlihat, peringkat keadilan bagi periwayat hadis dikemukakan oleh Ibn Abi Hatim al-Razi dan al-Dzahabi. Terdapat perbedaan pendapat dan dalam pembagian peringkat antara Ibn Abi Hatim al-Razi dengan al- Dzahabi dalam mengemukakan peringkat keadilan bagi periwayat. Ibn Abi Hatim al-Razi membagi peringkat keadilan dengan empat tingkatan, sedangkan al- Dzahabi membaginya dengan lebih detail yaitu lima tingkatan. Bisa kita lihat dalam tabel diatas, menurut Ibn Abi Hatim al-Razi dalam menilai keadilan para periwayat hadis pada peringkat pertama adalah nilai paling tinggi atau sempurna, peringkat kedua adalah sangat baik, peringkat ketiga adalah baik, peringkat keempat adalah cukup. Sedangkan menurut al-Dzahabi dalam menilai keadilan para periwayat hadis pada peringkat pertama adalah nilai paling tinggi atau sempurna, peringkat kedua adalah sangat baik, peringkat ketiga adalah baik, peringkat keempat adalah lebih dari cukup, peringkat kelima adalah cukup. Tabel 1. 2 Perbedaan Lafaz-Lafaz Jarh Menurut Ibn Abî Hâtim al-Râzî dan al-Dzahabî Peringkat Ibn Abî Hâtim al-Râzî al-Dzahabî I II III IV V Pada tabel 3.2 ini terlihat, peringkat ke-jarh-an bagi para periwayat yang dikemukan oleh Ibn Abi Hatim al-Razi dan al-Dzahabi. Dalam peringkat ke-jarh- an ini juga Ibn Abi Hatim dan al-Dzahabi berbeda pendapat dan pembagian peringkat. Ibn Abi Hatim al-Razi membagi ke-jarh-an bagi para periwayat hadis sama seperti dia membagi peringkat keadilan bagi periwayat hadis yaitu empat tingkatan. Dan al-Dzahabi juga membaginya sama seperti dia membagi dalam keadilan bagi periwayat hadis yaitu kedalam lima tingkatan. Bisa kita lihat dalam tabel diatas, menurut Ibn Abi Hatim al-Razi dalam menilai ke-jarh-an para periwayat hadis pada peringkat pertama adalah nilai paling buruk atau sangat buruk, peringkat kedua adalah buruk, peringkat ketiga adalah kurang, dan peringkat keempat adalah tidak begitu buruk. Sedangkan menurut al-Dzahabi dalam menilai ke-jarh-an para periwayat hadis pada peringkat pertama adalah nilai paling buruk, peringkat kedua adalah buruk, peringkat ketiga adalah kurang sekali, peringkat keempat adalah kurang, dan peringkat kelima adalah tidak begitu buruk.

B. Analisis Data dan Penilaian