Syari’at Islam membenarkan pelaksanaan walimah ini yang sesuai dengan kemampuan atau kesanggupan keluarga yang mempunyai hajat.
B. Waktu Pelaksanaan Walimatul ‘Urs
Waktu pelaksanaan walimah adalah waktu kapan dilaksanakan walimah atau saat melaksanakan walimah, sebelum akad nikah atau sesudahnya, ketika hari
pernikahan atau sesudahnya, hal ini tergantung pada adat dan kebiasaan.
18
Ulama mazhab Maliki menyatakan bahwa penyelenggaraan dianjurkan sunnah setelah terjadi hubungan antara kedua mempelai, alasan mereka adalah
riwayat Bukhari disebutkan bahwa Rasulullah SAW mengundang orang-orang untuk walimah setelah beliau bercampur dengan Zainab. Ulama Mazhab Hambali bahwa
waktu pelaksanaan walimah tersebut disunahkan setelah akad nikah berlangsung. Menurut Ulama mazhab Hanafi tidak menentukan waktu yang jelas, karena menurut
mereka diserahkan kepada adat istiadat setempat.
19
Dari beberapa pendapat ulama fiqih, waktu pelaksanaan walimah disunahkan ketika akad nikah atau sesudahnya atau ketika hari perkawinan atau sesudahnya,
tergantung pada adat istiadat setempat. Sedangkan masa pelaksanaan walimah adalah lamanya mengadakan walimah.
Berbeda denga waktu pelaksaaan yaitu kapan dilksanakan walimah. Mengenai masa pelaksanaan walimah terdapat hadist Nabi SAW:
18
Sayid Sabiq, Fiqh as-Sunah, h. 185-186
19
Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam, h. 1918
22
لﺎ دﻮ ا
: ﷲا لﻮ ر لﺎ
لوأ مﺎ و ﷲا ﻰ
مﻮ ﷲا
و ﺔ ﺎ ا مﻮ مﺎ و ﺔ ﺎ ا مﻮ مﺎ و
ىﺬ ﺮ ا ور
Artinya Dari Ibnu Mas’ud r.a ia berkata: Bersabda Rasulullah SAW: “Menghidangkan pada hari pertama itu hak wajibsunah, pada hari kedua adalah
sunah dan pada hari ketiga adalah sum’ah melakukan sesuatu ingin didengar orang banyak. Barangsiapa yang melakukan sum’ah, maka Allah memperdengarkannya”.
H.R. Tirmidzi. Hadist di atas mengandung dalil yang menunjukkan atas disyari’atkannya
walimah pada hari pertama, dan inilah yang dijadikan pegangan oleh orang-orang yang mengatakan bahwa walimah itu wajib sebagaimana yang telah dibahas
sebelumnya. Walimah yang diselenggarakan pada hari kedua ini bukan makruh hukumnya mengingat ia masih bisa dikenal, adapun yang hukumnya makruh ialah
jika walimah tersebut diselenggarakan pada hari ketiga. Mengenai hal di atas sesuai dengan pendapat mayoritas ulama yang
mengatakan bahwa walimah pada hari pertama wajib, pada hari kedua adalah sunah sedangkan pada hari ketiga adalah termasuk riya dan sum’ah. Oleh karena itu
perbuatannya menjadi haram, memenuhi undangannya pun menjadi haram. Menurut Imam Nawawi mengatakan bahwa apabila diadakan walimah tiga
hari, maka pemenuhan undangan pada hari ketiga dalah makruh, tidak wajib secara mutlak. Sekelompok ulama yang lain mengatakan bahwa sesungguhnya tidak makruh
pemenuhan pada hari ketiga itu bagi orang yang tidak dundang pada hari pertama dan
23
kedua. Imam bukhari sependapat dengan kelompok ulama ini, menurutnya tidak mengapa menjamu tamu walaupun hingga tujuh hari.
20
Dari hadist dan pendapat ulama di atas maka dapat dipahami bahwa masa pelaksanaan walimah sebaiknya dilakukan dua hari berturut-turut, jika terpaksa lebih
dari masa tersebut, maka tidak boleh berniat pamer karena hal tersebut merupakan perbuatan yang dilarang.
C. Bentuk Pelaksanaan Walimatul ‘Urs