Hasil penelitian penulis mereka yang menghadirkan penceramah adalah orang-orang yang merupakan tokoh-tokoh agama di Desa Pulau Legundi.
49
C. Makna Prosesi Arak Pengantin Bagi Masyarakat Tinjauan Antropologis
Masyarakat hukum adat Indonesia dapat dibedakan atas dua golongan menurut dasar susunannya, yaitu yang berdasarkan pertalian suatu keturunan
genealogi dan yang berdasarkan lingkungan daerah territorial. Menurut sejarah dan sifatnya, masyarakat Lampung mempunyai dasar genenalogis yang tegas , baru
kemudian faktor territorial menampakkan diri sebagai faktor yang penting juga. Jadi bisa kita ketahui bahwa sagala seuatu yang menyangkut tentang ritual
adat itu sudah tertanam turun temurun di masyarakat Desa Pulau Legundi, karena secara struktur sosial dan kebudayaan masyarakat Desa Pulau Legundi termasuk
dalam kategori masyarakat sederhana, adapun ciri masyarakat sederhana itu, yaitu: 1.
Kelompok kekerabatan dan kelompok atas dasar tempat tinggal. 2.
Nilai-nilai dan kaidah-kaidah tradisional tertanam dengan kuatnya. 3.
Lembaga sosial primer adalah kelompok kekerabatan dan masyarakat setempat community.
4. Sangat mementingkan kedudukan dan status
5. Kekuasaan dan wewenang bersifat informal dan tradisional.
50
49
Ibid
50
Soerjono Soekanto, Hukum Adat Indonesia, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003, Cet Ke-6, h.360.
62
Fortes pernah mengatakan, bahwa kebanyakan adat istiadat kekrabatan besifat khusus. Dalam berbagai situasi seremonial beberapa kategori kerabat berperilaku
menurut aturan-aturan yang dianggap pantas, yang mana mengakibatkan terjadinya perbedaan yang tajam antara berbagai kategori kerabat tersebut. Aturan-aturan
tersebut merupakan pencerminan dari perilaku sehari-hari. Apabila ada yang melanggarnya, maka dianggap telah terjadinya suatu kesalahan yang besar.
51
Bisa dikatakan bahwa proses arak pengantin dalam masyarakat Desa Pulau Legundi merupakan interaksi sosial antara pribadi-pribadi, kadang-kadang juga
disebut sebagai hubungan interpersonal. Intinya adalah hubungan antara manusia dengan manusia, yang didasarkan pada kebutuhan-kebutuhan tertentu, seperti
kebutuhan interpersonal yakni untuk mengadakan hubungan dengan orang lain, yang apabila tidak terlaksana akan menghasilkan keadaan yang tidak menyenangkan bagi
pribadi yang bersangkutan. Pada setiap manusia, ada tiga kebutuhan interpersonal, yang mencakup
kebutuhan akan inklusi, kontrol dan afeksi. Kebutuhan akan inklusi merupakan suatu kebutuhan untuk mengadakan serta mempertahankan hubungan yang memuaskan
dengan pihak lain. Kebutuhan akan kontrol adalah suatu kebutuhan untuk mengadakan dan mempertahankan hubungan dengan pihak lain. Sedangkan,
kebutuhan akan afeksi adalah segala kebutuhan untuk mengadakan serta
51
Soerjono Soekanto, Antropologi Hukum Materi Pengembangan Ilmu Hukum Adat, Jakarta: CV. Rajawali, 1984, Cet Ke-4, h. 116.
63
mempertahankan hubungan dengan pihak lain, untuk memperoleh dan memberikan cinta, kasih sayang serta afeksi.
52
Masih teguhnya nilai upacara-upacara adat dilingkungan pribumi Lampung secara global dikarenakan beberapa faktor, diantaranya mereka masih menjunjung
tinggi adat istiadat setempat yang diwariskan para pendahulunya. Disamping itu, acara-acara adat yang ada dipandang baik, sehingga perkembangannya berjalan
sesuai dengan kebutuhan. Kalaupun ada acara adat yang langka, ini merupakan dampak lain dari perkembangannya sendiri.
Upacara-upacara adat yang paling banyak dilakukan pada umumnya nampak terlihat saat penyelenggaraan acara perkawinanpernikahan. Dimana
perkawinanpernikahan itu dilakukan menurut tata cara adat tradisional Lampung disamping kewajiban memenuhi hukum agama Islam yang dianut oleh sebagian besar
masyarakatnya. Sebagaimana perkawinan pada orang Lampung, umumnya merupakan suatu pranata yang tidak hanya melibatkan seorang laki-laki dengan
seorang perempuan saja, namun juga mengikat dalam suatu hubungan yang lebih luas, yakni kaum kerabat famili baik dari pihak laki-laki maupun kerabat pihak
perempuan dan hakekatnya menyangkut pula sejumlah masyarakat. Karena suatu perkawinan dalam adat akan menjadi pusat perhatian dari masyarakat. Kaitan ini
berarti peristiwa pernikahan harus diketahui pula oleh masyarakatnya.
52
Soerjono Soekanto, Hukum Adat Indoneia, h. 64
64
Jadi proses arak pengantin merupakan kebutuhan interpersonal yang menghasilkan perilaku rasa kebersamaan dan menjadi bagian dari suatu kelompok,
dan bagi masyarakat Pulau Legundi sendiri merupakan suatu pengumuman bagi masyarakat terdekat bahwa akan diadakannya pernikahan dua orang anak manusia,
dan dengan sendirinya masyarakat terdekat tetangga akan datang dan membantu, sehingga menimbulkan rasa persahabatan dan saling memiliki dalam masyarakat.
Menurut penulis inilah makna dan fungsi proses arak pengantin yang terjadi dalam masyarakat Desa Pulau Legundi, secara antropologis.
D. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Prosesi Arak Pengantin Sebelum Akad Nikah