PENENTUAN IBNU MÂLIK BERKENAAN DENGAN HUKUM
kemampuannya dalam berkomunikasi dengan ragam bahasa yang ada di Arab.
211
Dan Nabi SAW menjawabnya, bahwa sewaktu kecil Nabi SAW dibesarkan dilingkungan
bani Sa’ad yang memiliki kefashihan bahasa yang paling baik dari suku-suku lainnya. Maka itu pernyataan al-Sakhâwi di atas boleh jadi benar, ketika Nabi SAW
menyampaikan Hadîts tersebut, lawan bicaranya adalah merupakan pengguna bahasa yang mengganti huruf lam menjadi mim.
Kedua; al-Sakhâwi meragukan kedhabitan periwayat. Dalam ilmu Hadits,
disebutkan bahwa setiap periwayat memiliki kualitas kedhabitan yang berbeda-beda. Dan kualitas itu mempengaruhi pada otentisitas Hadits Nabi SAW. Artinya suatu
Hadits dapat menurun derajat keshahihannya, bila kedhabitan periwayat juga menurun. Kendati demikian, kualitas Hadîts tidaklah mempengaruhi sikap Ibnu
Malik dalam menjadikannya sebagai dalil bahasa. Karena dalam pandangan Ibnu Malik setiap Hadîts yang termuat dalam kitab-kitab Hadîts yang populer atau yang
tergabung dalam al-Kutub al-Tis’ah, maka ia layak untuk dijadikan dalil nahwu.