BAB III PENARIKAN KEMBALI HARTA GONO-GINI YANG TELAH
DIHIBAHKAN ORANG TUA KEPADA ANAK A.
Fungsi Hibah Dalam Melindungi Kepentingan Anak Menurut Hukum Islam
Allah SWT mensyariatkan hibah itu kepada hambanya adalah pasti membawa kemaslahatan manfaat yang baik bagi manusia, khususnya memiliki fungsi dalam
memberikan perlindungan bagi kepentingan antara anak kandung. Beberapa fungsi tersebut antara lain:
1. Hibah Berfungsi Memberikan Pertolongan
Menolong orang-orang yang lemah adalah suatu kewajiban bagi setiap orang yang tidak boleh diabaikan. Hal ini telah ditegaskan Allah dalam firmannya, yang
artinya: “Dan saling tolong-menolonglah kamu atas kebaikan dan taqwa dan janganlah kamu saling tolong menolong atas dosa dan permusuhan”.
122
Dalam ayat ini Allah menyuruh ummat manusia supaya saling tolong menolong dalam berbuat kebaikan dan taqwa kepadaNya. Dalam hal ini memberikan
sebagian harta kepada orang yang memerlukan, apakah dengan jalan shadaqah, hibah, wasiat dan sebagainya, termasuk dalam rangkaian pengertian tolong menolong dalam
usaha kebaikan seperti yang terkandung dalam ayat tersebut di atas.
123
Pengertian menolong di sini bukan hanya menolong orang lain tetapi juga temasuk menolong anak kandung sendiri, sebab di antara anak itu sendiri ada yang
memiliki kondisi kehidupannya membutuhkan pertolongan.
122
Al-Qur’an, Surat Al Maidah ayat 2.
123
M. Hasballah Thaib, Hukum Benda Menurut Islam, Universitas Dharmawangsa, Medan, 1992, hal. 89.
Orang yang dalam keadaan lemah, berhak mendapat pertolongan, baik yang datangnya dari orang lain, saudara kandung, terlebih dari orang tuanya sendiri. Jadi,
setiap pemberian dalam bentuk dan jenis apapun yang diberikan kepada seseorang yang lemah adalah merupakan haknya sendiri, karena di dalam harta orang yang
mampu terdapat sebagian milik orang yang lemah yang dititipkan Allah SWT sebagaimana yang dijelaskan dalam FirmanNya, yang artinya: “Dan pada harta-harta
mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bahagian”.
124
Oleh karena itu, kalau seandainya orang tua menghibahkan sebagian hartanya dalam rangka memberikan pertolongan kepada anaknya yang lemah adalah sangat
dibenarkan dalam Islam. Sebab harta pemberian orang tuanya itu adalah merupakan haknya, karena ia adalah tergolong orang yang lemah yang wajib mendapat
pertolongan bukan saja dari orang tuanya, namun juga dari saudara kandungnya sendiri.
Setiap anak memang pantas diberi pertolongan melalui hibah, karena sasaran hibah itu sendiri diperuntukkan kepada:
125
a. Karib kerabat b. Anak yatim
c. Fakir miskin d. Orang yang musyafir
e. Orang-orang yang meminta karena tiada kuasa berusaha sebab lemah, potong tangan dan lain sebagainya.
124
Adz Dzaariyat ayat 19.
125
Sudarsono, op. cit., hal. 372.
Jelasnya bahwa hibah yang diberikan orang tua kepada seorang anak yang lemah bukan berarti mengurangi bagian saudaranya yang mampu. Sebab hibah
tersebut merupakan hak anak yang lemah yang dititipkan Allah kepada orang tuanya. Dengan demikian, tidak ada alasan bagi anak yang mampu untuk memprotes
pemberian hibah tersebut, karena hibah tersebut milik anak yang lemah bukan milik anak yang mampu. Lagipula seorang saudara yang mampu juga berkewajiban
membantu setiap muslim yang lemah, terlebih terhadap saudara kandungnya sebagaimana yang diisyaratkan dalam surat Al Maidah ayat 2 di atas.
Allah SWT mensyariatkan hibah ini kepada hambanya semata-mata untuk kemaslahatan manusia itu sendiri, karena di dalam hibah itu berperan dan berfungsi
dalam memberikan pertolongan dan perlindungan bagi kaum lemah. Anjuran melaksanakan hibah ini dapat dilihat dalam surat Ali Imran ayat 92, yang artinya:
“ Kamu sekali-kali belum sampai kepada kebaktian yang sempurna sebelum kamu
menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai” Ayat di atas memberikan pengertian bahwa di antara kebaktian kepada agama
ataupun untuk mencapai kebaikan yang sempurna dalam agama, hendaknya rela memberikan sebahagian harta benda yang dimiliki kepada jalan yang diridhoi Allah
SWT. Memberikan harta yang dicintai, apakah dengan jalan shadaqah ataupun dengan hibah dan sebagainya termasuk suatu kebaktian yang sempurna menurut
pandangan agama Islam.
126
126
M. Hasballah Thaib, op. cit., hal. 90.
2. Hibah Berfungsi Menumbuhkan Rasa Cinta