Tuberkulosis TB Gangguan Saluran Pernapasan

4. Tuberkulosis TB

a. Definisi Menurut Washington State Department of Health 2009 tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan Mycobacterium Tuberculosis atau basillus tuberkel. b. Etiologi Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis , yang sebagian besar menyerang paru-paru. Mycobacterium tuberculosis termasuk basil gram positif, berbentuk batang, dinding selnya mengandung komplek lipida-glikolipida serta lilin wax yang sulit ditembus zat kimia. Umumnya Mycobacterium tuberculosis menyerang paru dan sebagian kecil organ tubuh lain. Kuman ini mempunyai sifat khusus, yakni tahan terhadap asam pada pewarnaan, hal ini dipakai untuk identifikasi dahak secara mikroskopis, sehingga disebut sebagai Basil Tahan Asam BTA Binfar, 2005. c. Patofisiologi Sumber penularan adalah penderita TB BTA positif pada waktu batuk atau bersin, menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet. Orang dapat terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup kedalam saluran pernafasan. Setelah kuman TB masuk ke dalam tubuh manusia melalui pernafasan, kuman tersebut dapat menyebar dari paru ke bagian tubuh lainnya, melalui peredaran darah, saluran limfa, saluran nafas, atau penyebaran langsung ke bagian- bagian tubuh lainnya Binfar, 2005. d. Manifestasi klinis Gejala sistemik atau gejala umum yang sering terjadi adalah: 1 Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu dapat disertai dengan darah 2 Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam hari disertai keringat malam. 3 Penurunan nafsu makan dan berat badan 4 Perasaan tidak enak malaise, lemah Werdhani, 2002. e. Penatalaksanaan Menurut Depkes RI 2006 pengobatan TB bertujuan untuk menyembuhkan pasien, mencegah kematian, mencegah kekambuhan, memutuskan rantai penularan dan mencegah terjadinya resistensi kuman terhadap OAT. Obat yang umum dipakai adalah Isoniazid H, Rifampisin R, Pirazinamid Z, Streptomisin S, dan Etambutol E. Saat ini telah tersedia Obat Anti Tuberkulosis - Kombinasi Dosis Tetap OAT - KDT, yang terdiri dari 4KDT dan 2KDT. Dalam obat 4KDT, mengandung 75 mg Isoniazid, 150 mg Rifampisin, 400 mg Pirazinamid, dan 275 mg Etambutol. Sedangkan 2KDT mengandung 150 mg Isoniazid dan 150 mg Rifampisin. Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu: 1 Tahap awal intensif. Pada tahap ini pasien mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi secara langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat. Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya pasien menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu. 2 Tahap Lanjutan. Pada tahap ini pasien mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam jangka waktu yang lebih lama. Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister sehingga mencegah terjadinya kekambuhan. Paduan OAT yang digunakan oleh Program Nasional Penanggulangan Tuberkulosis di Indonesia adalah sebagai berikut: 1 Kategori 1: diberikan untuk pasien baru TB paru BTA positif, pasien TB paru BTA negatif, foto toraks positif, dan untuk pasien TB ekstra paru Tabel III. Dosis untuk paduan Obat Anti Tuberkulosis - Kombinasi Dosis Tetap untuk kategori 1 Depkes, 2006 Berat Badan kg Tahap Intensif: tiap hari selama 56 hari Tahap Lanjutan: 3 kali seminggu selama 16 minggu 30 - 37 2 tablet 4KDT 2 tablet 2KDT 38 - 54 3 tablet 4KDT 3 tablet 2KDT 55 - 70 4 tablet 4KDT 4 tablet 2KDT ≥ 71 5 tablet 4KDT 5 tablet 2KDT Keterangan: KDT = Kombinasi Dosis Tetap 2 Kategori 2: diberikan untuk pasien BTA positif yang telah diobati sebelumnya, yaitu pasien kambuh, pasien gagal, dan pasien dengan pengobatan setelah default terputus Tabel IV. Dosis untuk paduan Obat Anti Tuberkulosis - Kombinasi Dosis Tetap untuk kategori 2 Depkes, 2006 Berat Badan kg Tahap Intensif: tiap hari Tahap Lanjutan: 3 kali seminggu Selama 56 hari Selama 28 hari Selama 20 minggu 30 - 37 2 tab 4KDT + 500 mg Streptomisin inj. 2 tab 4KDT 2 tab 2KDT + 2 tab Etambutol 38 - 54 3 tab 4KDT + 750 mg Streptomisin inj. 3 tab 4KDT 3 tab 2KDT + 3 tab Etambutol 55 - 70 4 tab 4KDT + 1000 mg Streptomisin inj. 4 tab 4KDT 4 tab 2KDT + 4 tab Etambutol ≥ 71 5 tab 4KDT + 1000 mg Streptomisin inj. 5 tab 4KDT 5 tab 2KDT + 5 tab Etambutol Keterangan: KDT = Kombinasi Dosis Tetap 3 OAT Sisipan. Paket sisipan KDT adalah sama seperti paduan paket untuk tahap intensif kategori 1 yang diberikan selama 28 hari. Tabel V. Dosis Obat Anti Tuberkulosis - Kombinasi Dosis Tetap untuk sisipan Depkes, 2006 Berat Badan kg Tahap Intensif tiap hari selama 28 hari 30 - 37 2 tab 4KDT 38 - 54 3 tab 4KDT 55 - 70 4 tab 4KDT ≥ 71 5 tab 4KDT Keterangan: KDT = Kombinasi Dosis Tetap Rifampisin adalah suatu enzyme inducer yang kuat untuk cytochrome P-450 isoenzymes, mengakibatkan turunnya konsentrasi serum obat-obatan yang dimetabolisme oleh isoenzyme tersebut. Obat obat tersebut mungkin perlu ditingkatkan selama pengobatan TB, dan diturunkan kembali 2 minggu setelah Rifampisin dihentikan. Obat-obatan yang berinteraksi diantaranya: protease inhibitor , antibiotika makrolid, warfarin, siklosporin, fenitoin, digoxin, alprazolam, diazepam, triazolam dan beberapa obat lainnya. Rifampisin juga berinteraksi dengan kontrasepsi hormonal sehingga dapat menurunkan efektifitas kontrasepsi tersebut. Depkes RI, 2006. Isoniazid adalah inhibitor kuat untuk cytochrome P-450 isoenzymes, tetapi mempunyai efek minimal pada CYP3A. Pemakaian Isoniazide bersamaan dengan obat-obat tertentu mengakibatkan meningkatnya konsentrasi obat tersebut dan dapat menimbulkan risiko toksis. Antikonvulsan seperti fenitoin dan karbamazepin adalah yang sangat terpengaruh oleh isoniazid Depkes RI, 2006.

C. Pharmaceutical Care

Dokumen yang terkait

Kajian interaksi obat pada peresepan pasien rawat jalan diabetes melitus di Rumah Sakit Panti Nugroho Yogyakarta periode Januari-Juni 2016.

0 1 41

Kajian interaksi obat pada peresepan pasien Hipertensi Geriatri di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Panti Nugroho Yogyakarta Periode Januari-Juni 2016.

0 12 56

Kajian interaksi obat pada peresepan pasien rawat jalan sindrom koroner akut di Rumah Sakit Panti Nugroho Yogyakarta periode Januari-Oktober 2016.

0 1 53

Kajian interaksi obat pada peresepan pasien tuberkulosis di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Panti Nugroho Yogyakarta periode Januari 2015-Juni 2016.

0 0 50

Kajian interaksi obat pada peresepan pasien rawat jalan diabetes melitus di Rumah Sakit Panti Nugroho Yogyakarta periode Januari Juni 2016

0 0 39

Efektivitas pengobatan pasien gangguan saluran pencernaan di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta periode Juli 2012.

0 5 124

Penatalaksanaan gangguan saluran cerna di RS Panti Rini Yogyakarta periode Juli 2012 : kajian kemungkinan interaksi obat dan dosis obat.

4 22 126

Efektivitas pengobatan pasien gangguan saluran pencernaan di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta periode Juli 2012

1 29 122

Penatalaksanaan gangguan saluran pernapasan di Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta periode Januari Juli 2012 kajian dosis dan kemungkinan interaksi obat

1 28 162

Penatalaksanaan gangguan saluran cerna di RS Panti Rini Yogyakarta periode Juli 2012 : kajian kemungkinan interaksi obat dan dosis obat - USD Repository

0 2 124