B. Evaluasi Pengobatan pada Pasien Gangguan Saluran Pernapasan Periode
Januari - Juli 2012
Evaluasi pengobatan pada pasien gangguan saluran pernapasan dilakukan dengan mengidentifikasi dosis obat terlalu tinggi dan ada tidaknya interaksi yang
terjadi pada obat-obat yang diberikan berdasarkan penelusuran pustaka. Dari 43 kasus yang menggunakan obat saluran pernapasan, terdapat 3 kasus pasien yang
mengalami dosis terlalu tinggi dan 17 kasus yang mengalami interaksi obat.
1. Dosis Terlalu Tinggi:
Tabel X. Kasus dosis terlalu tinggi pada pasien yang menggunakan obat gangguan sistem saluran pernapasan di Rumah Sakit
Panti Rini Yogyakarta periode Januari - Juli 2012 Kasus
Jenis Obat Penilaian
Rekomendasi
20 Cefixime
Penggunaan cefixime
kurang tepat,
karena pasien mendapat 1000 mg
cefixime dalam sehari Dosis cefixime dikurangi
menjadi 400 mg sehari
31 Amlodipin
Penggunaan amlodipin
kurang tepat, karena dosis yang seharusnya diberikan
bagi penderita gangguan hepar adalah 2,5 mg
sehari. Pada kasus 31, pasien mendapat 1 tablet
10 mg amlodipin dalam sehari
Menurunkan dosis
amlodipin menjadi 2,5 mg 14 tablet sehari dan
melakukan pengecekan
tekanan darah pasien
39 Ondansetron
Penggunaan ondansetron injeksi
kurang tepat,
karena dosis
yang seharusnya diberikan pada
penderita gangguan hati adalah tidak lebih dari 2
ampul 8 mg dalam sehari. Pada kasus 39,
pasien mendapat 3 ampul 12
mg ondansetron
dalam sehari Dosis
ondansetron dikurangi menjadi 4-8 mg
dalam sehari
Menurut Drug Information Handbook, cefixime merupakan antibiotik golongan sefalosporin generasi III yang diindikasikan untuk infeksi saluran kemih
yang disebabkan oleh E. coli dan P. mirabilis, otitis media yang disebabkan oleh H. influenza dan S. pyogenes, faringitis karena S. pyogenes, dan gonore. Dosis
yang dianjurkan adalah 400 mg sehari. Pada kasus 20, pasien menerima dosis terlalu tinggi, yaitu 1000 mg cefixime dalam sehari. Penggunaan cefixime dengan
dosis terlalu tinggi dapat menyebabkan mual, muntah, dan diare, sehingga perlu dilakukan penurunan dosis cefixime.
Amlodipin adalah antihipertensi golongan antagonis kalsium. Mekanisme kerjanya adalah menghambat influks kalsium pada otot polos pembuluh darah dan
miokard, kemudian mengalami metabolisme di hati Drug Information Handbook, 2011. Pada kasus 31, pasien mengalami dosis terlalu tinggi karena amlodipin
yang diterima pasien sebanyak 10 mg dalam sehari. Menurut Macleods Pharmaceuticals Limited
2012 pemakaian amlodipin dalam dosis yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan vasodilatasi perifer yang berlebihan dan kemungkinan
terjadinya hipotensi sistemik yang berkepanjangan. Selain itu, diketahui pula bahwa mengalami pasien mengalami gangguan pada fungsi hati, yang dilihat dari
kadar SGOT dan SGPT pasien. Akibatnya, waktu paruh eliminasi amlodipin menjadi lebih panjang, yaitu 56 jam. Hal ini cukup membahayakan pasien,
sehingga perlu dilakukan pengurangan dosis amlodipin menjadi 2,5 mg amlodipin dalam sehari, kemudian dilakukan monitor pada pasien untuk mencegah
terjadinya hipotensi.
Ondansetron merupakan
obat antiemetik
dan secara
ekstensif dimetabolisme di hati oleh CYP1A2, CYP2C9, CYP2D6, dan CYP3A4 Drug
Information Handbook, 2011. Menurut Brunton, et al 2011 pasien dengan
gangguan fungsi hati menyebabkan penurunan plasma clearance. Pasien pada kasus 39 mengalami gangguan pada fungsi hati, karena tingginya kadar SGOT
dan SGPT. Oleh Karena itu, perlu dilakukan penyesuaian dosis, yaitu 4-8 mg ondansetron dalam sehari.
2. Interaksi Obat: