BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Surat Kabar
Salah satu komunikasi massa dalam bentuk media cetak adalah surat kabar. Dengan sendirinya surat kabar juga mempunyai fungsi -
fungsi komunikasi massa. Hal ini dapat diketahui batasan ataupun kriteria standard surat kabar.
Menurut Assegaf 1991: 140 surat kabar adalah penerbitan yang berupa lembaran yang berisi berita - berita, karangan - karangan dan iklan
yang dicetak dan terbit secara tetap dan periodik dan dijual untuk umum. Selain itu surat kabar juga mempunyai beberapa karakteristik. Menurut
Pareno 2005: 24 karakteristik surat kabar adalah sebagai berikut : 1
Berita merupakan unsur utama yang dominan. 2
Memiliki ruang yang relatif lebih leluasa. 3
Memiliki waktu untuk “dibaca ulang” lebih lama. 4
Umpan balik relatif lebih lamban. 5
Kesegaran immediately relatif lebih lamban. 6
Dalam hal kenyataan relatif kurang kredibel.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
7 Ditentukan oleh jalur distribusi.
Ada beberapa alasan orang membaca surat kabar. Seseorang ingin tahu sesuatu karena berbagai alasan : untuk meraih prestise,
menghilangkan kebosanan, agar merasa lebih dekat dengan lingkungannya, atau untuk menyesuaikan perannya di masyarakat. Bagi
sebagian orang, koran merupakan sumber informasi dan gagasan tentang berbagai masalah publik yang seruis. Bagi sebagian yang lain, koran bukan
untuk mencari informasi, melainkan untuk mengisi rutinitas. Sebagian pembaca juga menjadikan koran sebagai alat kontak sosial. Ada pula yang
menjadikan koran untuk membuang kejenuhan dari kehidupan sehari - hari. Rivers dan Peterson, 2003: 313
2.1.2 Pengertian Politik
Istilah politik berasal dari kata Politea atau secara lengkap berasal dari kata Polis dari bahasa Yunani yang berarti negara kota. Jadi
pengertian politik lebih mengacu pada sistem pengelolaan dan penyelenggaraan negara. Surbakti 1992: 2-11 menjelaskan bahwa ada
empat pandangan konsep - konsep politik. Pertama, politik ialah usaha - usaha yang ditempuh warga negara untuk membicarakan dan mewujudkan
kebaikan bersama. Kedua, politik adalah segala hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan negara dan pemerintahan. Ketiga, politik sebagai
kegiatan yang berkaitan dengan perumusan dan pelaksanaan kebijakan umum. Keempat, politik sebagai konflik dalam rangka mencari dan
mempertahankan sumber - sumber yang diangap penting.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Sebagaimana tentang komunikasi, terdapat berbagai macam definisi tentang politik. Politik adalah siapa memperoleh apa, kapan, dan
bagaimana pembagian oleh orang - orang yang berwenang, kekuasaan, dan pemegang kekuasaan, pengaruh, tindakan yang diarahkan untuk
mempertahankan dan memperluas tidakan lainnya. Dari semua pandangan yang beragam itu ada persesuaian umum bahwa politik mencakup sesuatu
yang dilakukan orang, politik adalah kegiatan dan ia adalah kegiatan yang dibedakan meskipun tidak selalu berhasil dari kegiatan yang lain :
ekonomi, keagamaan, olahraga, dan sebagainya. Politik hanyalah untuk mengartikan kegiatan orang secara kolektif
yang mengatur perbuatan mereka di dalam kondisi konflik sosial. Dalam berbagai hal orang berbeda satu sama lain, jasmani, bakat, emosi,
kebutuhan, cita - cita, inisiatif, perilaku, dan sebagainya. Terkadang perbedaan ini merangsang argument, perselisihan, dan percekcokan. Jika
mereka menganggap perselisihan itu serius, perhatian mereka dengan meperkenalkan masalah yang bertentangan itu, dan selesaikan. Inilah
kegiatan politik. Berbeda dengan Haryatmoko dalam bukunya Etika Politik dan
Kekuasaan 2003: 1 yang menyatakan, sesungguhnya politik riil adalah pertarungan kekuatan, dimana pertarungan kekuatan tersebut
kecenderungannya adalah “tujuan menghalalkan cara”. Sebenarnya bila dilihat lebih jauh, penyebab kecenderungan tersebut ialah karena obsesi
akan kebutuhan untuk mendapatkan dukungan. Lalu fokusnya yaitu pada
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
mobilitas massa. Sehingga tercipta wacana “menghalalkan segala cara”, yang cukup dominan dalam kehidupan politik Indonesia.
Namun, pemahaman terhadap politik yang ada saat ini memang tidak dapat dilepaskan dari perilaku politik, adanya perilaku politik inilah
yang menyebabkan terjadinya dinamika dalam politik itu sendiri. Tentunya, perilaku politik dapat terjadi melalui suatu kegiatan politik.
Perilaku politik dibagi menjadi dua, pertama perilaku politik lembaga - lembaga dan para pejabat pemerintah para elite politik, dan yang kedua
ialah warga negara, baik individu maupun kelompok - kelompok seperti mahasiswa, Lembaga Swadaya Masyarakat LSM, ormas - ormas, dan
sebagainya. Kedua golongan inilah yang mempunyai ketertarikan yang erat dalam suatu dinamika politik.
2.1.3 Kartun dan Karikatur