Pengertian Keluarga Macam – Macam Pola Komunikasi

9

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori 2.1.1 Keluarga

2.1.1.1. Pengertian Keluarga

Pengertian keluarga dapat ditinjau dari dimensi hubungan darah dan hubungan social. Dalam dimensi hubungan darah, merupakan kesatuan yang diikat oleh hubungan darah antara satu dengan yang lainnya. Keluarga dapat dibedakan menjadi keluarga besar dan keluarga inti. Sedangkan dalam dimensi hubungan sosial, keluarga merupakan satu kesatuan yang diikat adanya saling berhubungan atau interaksi dan saling mempengaruhi, walaupun diantara mereka tidak terdapat hubungan darah. Djamarah, 2004:16. Menurut Soeleman, secara psikologis, keluarga adalah sekumpulan orang yang hidup bersama dalam tempat tinggal bersama dan masing2 anggota merasakan adanya pertautan batin sehingga terjadi saling mempengaruhi, saling memperhatikan dan saling menyerahkan diri. Djamarah, 2004:17. Menurut Mulyono 1984:26 keluarga merupakan wadah pembentukan pribadi anggota keluarga terutama untuk anak – anak yang sedang mengalami pertumbuhan fisik dan rohani. Dengan demikian kedudukan keluarga sangat fundamental dan mempunyai peranan yang vital bagi pendidikan seseorang akan Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 10 lingkungan keluarga, secara pontensial dapat membentuk pribadi anak atau seseorang untuk hidup secara lebih bertanggung jawab.

2.1.1.2. Fungsi Keluarga

Menurut Djamarah 2004:18 Konsep keluarga sudah banyak diuraikan pada bagian terdahulu, dimana pada hakikatnya keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami – istri, istri dan anak – anaknya, atau ayah dan anak – anaknya, atau ibu dan anaknya. Hidup berkeluarga sebagai sepasang suami istri tidak bisa sembarangan. Namun nyatanya dalam kasus tertentu masih ada orang tua yang mengawinkan anaknya dalam usia dini. Misalnya seperti yang terjadi dalam masyarakat tradisional, dimana masih ada orang tua yang mengawinkan anaknya dalam keadaan usia dini. Padahal anaknya belum siap lahir batin. Penyaluran nafsu seksual secara sah menurut ajaran agama via perkawinan bukanlah tujuan utama. Karena masih ada tujuan lain yang lebih mulia yang ingin dicapai, yaitu ingin membentuk keluarga sejahtera lahir dan batin. Djamarah, 2004:18. Dalam Peraturan Pemerintah RI No. 21 Tahun 1994 tentang penyelenggaraan pembangunan keluarga sejahtera, Bab I, Pasal I, Ayat 2, disebutkan, bahwa: Keluarga sejahtera adalah keluarga yang dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan materiil yang layak, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki hubungan yang serasi, selaras dan seimbang antara anggota dan antara keluarga dengan masyarakat dan lingkungan Djamarah, 2004:19. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 11 Untuk menciptakan keluarga sejahtera tidak mudah. Kaya atau miskin bukan satu – satunya indikator untuk menilai sejahtera atau tidak suatu keluarga. Buktinya cukup banyak ditemukan keluarga yang kaya secara ekonomi ditengah kehidupan masyarakat, tetapi belum mendapatkan kebahagiaan. Tetapi tidak mustahil bagi keluarga yang miskin secara ekonomi ditemukan kebahagiaan. Oleh karena itu, kaya atau miskin bukan suatu jaminan untuk menilai kualitas suatu keluarga karena banyak aspek lain yang ikut menentukan, yaitu aspek pendidikan, kesehatan, budaya, kemandirian keluarga dan mental spiritual serta nilai – nilai agama yang merupakan dasar untuk mencapai dasar untuk mencapai keluarga sejahtera. Djamarah, 2004:19. Dalam rangka untuk membangun keluarga yang berkwalitas tidak terlepas dari usaha anggota keluarga untuk mengembangkan keluarga yang berkwalitas yang diarahkan pada terwujudnya kualitas keluarga yang bercirikan kemandirian keluarga dan ketahanan keluarga. Sedangkan penyelenggaraan pengembangan keluarga yang berkualitas ditujukan agar keluarga dapat memenuhi kebutuhan spiritual dan materiil sehingga dapat menjalankan fungsi keluarga secara optimal. Sedangkan fungsi keluarga itu sendiri berkaitan langsung dengan aspek – aspek keagamaan, budaya, cinta kasih, melindungi, reproduksi, sosialisasi dan pendidikan, ekonomi, dan pembinaan lingkungan. Djamarah, 2004:19. Keluarga adalah ladang terbaik dalam penyemaian nilai – nilai agama. Orang tua memiliki peranan yang strategis dalam menstradisikan ritual keagamaan sehingga nilai – nilai agama dapat bersemi dengan suburnya dalam jiwa anak. Kepribadian yang luhur agamis yang membalut jiwa anak Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 12 menjadikannya insane – insane yang penuh iman dan takwa kepada Allah SWT. Djamarah, 2004:19. Keluarga dalam konteks sosial budaya tidak bisa dipisahkan dari tradisi budaya yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat. Dalam konteks sosial, anak pasti hidup bermasyarakat dan bergerumul dengan budaya yang ada dalam masyarakat. Dalam hal ini orang tua memiliki tanggung jawab untuk mendidik anak agar menjadi orang yang pandai hidup bermasyarakat dan hidup dengan budaya yang baik dalam masyarakat. Sebagai anggota masyarakat, anak dituntut untuk terlibat langsung didalamnya dan bukan sebagai penonton tanpa mengambil peranan. Djamarah, 2004:20. Ketika cinta kasih antara orang tua dan anak menyelinap ke relung hati, disana terpatri keinginan untuk selalu bersama, bercengkraman dan bersenda gurau, membicarakan tentang hidup dan kehidupan. Rasa aman dalam kebersamaan mampu menumbuhkan kehangatan cinta kasih secara timbal balik. Cinta kasih yang disemai oleh orang tua mendapat sambutan hangat dari anaknya untuk membalasnya. Anak merindukan orang tua dan orang tua pun merindukan anaknya. Oleh karena itu, perpaduan cinta kasih dan kerinduan dapat mengakrabkan hubungan orang tua dengan anaknya. Djamarah, 2004:20. Kerinduan suami – istri untuk selalu bersama, berhubungan berlandaskan cinta kasih membuahkan hasil dengan lahirnya seorang anak. Bagi orang tua, anak adalah buah hati dan harapan di masa depan. Karenanya, sering ditemukan orang tua yang bersedih karena belum diberi anak oleh Tuhan YME. Karena suatu sebab, misalnya karena mandul sehingga reproduksi tidak berfungsi dengan baik, Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 13 karena menderita kanker rahim, keguguran semasa banyi dalam kandungan, dan sebagainya. Dan tidak sedikit orang tua yang merasa sepi tanpa kehadiran seorang anak. Anak adalah penghibur orang tua dalam suka dan duka. Sampai kapan pun kehidupan berumah tangga itu berlangsung, suami – istri selalu mendambakan kehadiran seorang anak disisi mereka. Tak peduli, apakah anak yang akan lahir itu laki – laki atau pun perempuan, yang penting mendapatkan anak sebagai buah dari cinta kasih sepasang suami – istri. Djamarah, 2004:21. Kehadiran anak disisi orang tua tidak harus membuat orang tua terbuai dengan kebanggaan. Kebanggaan itu mungkin saja membuat orang tua terlena. Hidup dalam keterlenaan biasa menyebabkan tugas – tugas penting terlupakan. Bangga terhadap anak, boleh saja, asalkan dalam batas – batas yang wajar. Karena tugas lain seperti mendidik anak masih menunggu. Mendidik anak adalah tanggung jawab orang tua. Kalaupun tugas mendidik anak dilimpahkan kepada guru di sekolah, tetapi tugas – tugas guru hanya sebatas membantu orang tua bukan mengambil alih tanggung jawab orang tua sepenuhnya. Oleh karena itu, menyerahkan sepenuhnya tugas orang tua kepada guru sama halnya dengan melepas tanggung jawab. Itulah figur orang tua yang tidak bertanggung jawab terhadap anaknya. Apapun usaha yang dilakukan orang tua dalam mendidik anaknya, yang penting anak menjadi cerdas dan bias menyesuaikan diri dengan alam lingkungannya di masa depan. Orang yang pandai menyesuaikan diridengan lingkungannya berarti dia pandai menempatkan diri secara serasi, selaras dan seimbang sesuai dengan daya dukung alam dan lingkungan yang berubah secara dinamis. Djamarah, 2004:21. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 14 2.1.2 Pola Komunikasi 2.1.2.1 Pengertian Pola Komunikasi Pola diartikan sebagai bentuk atau struktur yang tetap. Sedangkan adalah suatu proses pengiriman dan penerimaan pesan antara dua orang atau lebih dengan cara yang tepat sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Dengan demikian, yang dimaksud pola komunikasi adalah pola hubungan antara dua orang atau lebih dalam pengiriman dan penerimaan pesan dengan cara yang tepat sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami Bahri, 2004 : 1. Pemahaman lainnya, pola komunikasi adalah suatu gambaran sederhana dari proses komunikasi yang memperlihatkan kaitan antara satu komponen komunikasi dengan komponen lainnya. Dimensi pola komunikasi terdiri dari dua macam, yaitu pola yang berorientasi pada social yang mempunyai arah hubungan yang berlainan. Sunarto, 2006 : 1. Tubbs dan moss mengatakan bahwa pola komunikasi atau hubungan – hubungan itu dapat dicirikan oleh komplementaris atau simetri. Dalam hubungan komplementer, satu bentuk perilaku akan diikuti oleh lawannya. Contohnya perilaku dominan dari satu partisipan mendatangkan perilaku tunduk dari lainnya. Dalam simetri, tingkatan sejauh mana orang berinteraksi atas dasar kesamaan. Dominasi bertemu dengan dominasi atau kepatuhan dengan kepatuhan Tubbs dan Moss, 2001 : 26. Disini kita mulai melihat bagaimana proses interaksi menciptakan struktur system. Bagaimana orang merespon satu sama lain menentukan jenis hubungan yang mereka miliki. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 15 Dari pengertian di atas maka suatu pola komunikasi adalah bentuk atau pola hubungan antara dua orang atau lebih dalam proses pengiriman dan penerimaan pesan yang mengkaitkan dua komponen, yaitu gambaran atau rencana yang meliputi langkah – langkah pada suatu aktifitas, dengan komponen – komponen yang merupakan bagian penting atas terjadinya hubungan komunikasi antar manusia atau kelompok dan organisasi.

2.1.2.2 Macam – Macam Pola Komunikasi

Empat dasar pola komunikasi akan diperkenalkan dan tiap hubungan perorangan akan menunjukan sebagai suatu perubahan pada satu dari pola dasar. Pola – pola komunikasi menurut Devito 2007:277 - 278 adalah 1. Pola Keseimbangan Pola keseimbangan ini lebih terlihat pada teori dari pada prakteknya, tetapi ini merupakan awal yang bagus untuk melihat komunikasi pada hubungan yang penting. Pada pola komunikasi keseimbangan ini, masing – masing anggota dalam keluarga membagi sama dalam berkomunikasi. 2. Pola Keseimbangan Terbalik Dalam pola keseimbangan terbalik, masing – masing anggota keluarga mempunyai otoritas diatas daerah atau wewenang yang berbeda. Masing – masing anggota keluarga adalah sebagai pembuat keputusan. Konflik yang terjadi dalam keluarga dianggap bukan ancaman oleh anggota keluarga karena masing – masing memiliki keahlian sendiri yang menyelesaikannya. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 16 Contoh : dalam keluarga yang tradisional, ayah memiliki kredibilitas yang tinggi dalam pekerjaan, sedangkan ibu memiliki kredibilitas yang tinggi pula dalam mengurus rumah tangga dan anak. 3. Pola Pemisah Tidak Seimbang Dalam hubungan terpisah yang tidak seimbang, satu orang dalam keluarga orang tua atau orang dewasa lainnya dalam keluarga mendominasi. Maka dari itu, satu orang ini secara teratur mengendalikan hubungan dan hamper tidak pernah meminta pendapat anggota keluarga yang lain. Sedangkan anggota keluarga lainnya yang dikendalikan membiarkan untuk memenangkan argumentasi ataupun membuat keputusan. 4. Pola Monopoli Dalam pola keluarga monopoli ini, orang tua dianggap sebagai penguasa. Orang tua lebih suka member nasihat dari pada berkomunikasi untuk saling tukar pendapat dengan anggota keluarga yang lainnya. Konflik sering terjadi dalam keluarga yang menganut pola komunikasi, sehingga anak sering merasa tersakiti hatinya karena tidak bias bebas untuk berpendapat.

2.1.2.3 Fungsi Komunikasi Keluarga

Dokumen yang terkait

Pola Komunikasi Orang Tua Dengan Remaja Perokok (Studi Deskriptif Mengenai Pola Komunikasi Orang Tua Dengan Remaja Perokok Dalam Membentuk perilakunya Di Kota Cimahi)

0 5 1

POLA KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN ANAK PADA KASUS SEKS PRANIKAH (Studi Deskriptif Pola Komunikasi Orang Tua Dengan Anak Pada Kasus Seks Pranikah di Surabaya).

0 0 12

KOMUNIKASI INTERPERSONAL IBU DENGAN REMAJA PUTRI DALAM MEMAHAMI RESIKO SEKS PRA NIKAH DI SURABAYA (STUDI DESKRIPTIF KOMUNIKASI INTERPERSONAL IBU DENGAN REMAJA PUTRI DALAM MEMAHAMI RESIKO SEKS PRA NIKAH DI SURABAYA).

0 3 87

POLA KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN ANAK PADA KASUS SEKS PRANIKAH (Studi Deskriptif Pola Komunikasi Orang Tua Dengan Anak Pada Kasus Seks Pranikah di Surabaya).

0 0 100

POLA KOMUNIKASI ORANG TUA TUNGGAL DAN ANAK REMAJA DALAM MENCIPTAKAN HUBUNGAN YANG HARMONIS (Studi Deskriptif Kualitatif Pola Komunikasi Orang Tua Tunggal dan Anak Remaja dalam Menciptakan Hubungan yang Harmonis di Surabaya).

4 9 112

POLA KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN ANAK REMAJA DALAM BERINTERNET SEHAT DI SURABAYA ( Studi Kualitatif Tentang Pola Komunikasi Orang Tua dengan Anak Remaja dalam Berinternet Sehat di Surabaya ).

8 16 112

POLA KOMUNIKASI ORANG TUA DAN REMAJA DALAM MEMAHAMI RESIKO SEKS PRA NIKAH DI SURABAYA (Studi Deskriptif Pola Komunikasi Orang Tua Dan Remaja Dalam Memahami Resiko Seks Pra Nikah Di Surabaya) SKRIPSI

0 0 20

POLA KOMUNIKASI ORANG TUA TUNGGAL DAN ANAK REMAJA DALAM MENCIPTAKAN HUBUNGAN YANG HARMONIS (Studi Deskriptif Kualitatif Pola Komunikasi Orang Tua Tunggal dan Anak Remaja dalam Menciptakan Hubungan yang Harmonis di Surabaya)

0 0 24

POLA KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN ANAK PADA KASUS SEKS PRANIKAH (Studi Deskriptif Pola Komunikasi Orang Tua Dengan Anak Pada Kasus Seks Pranikah di Surabaya)

0 0 18

KOMUNIKASI INTERPERSONAL IBU DENGAN REMAJA PUTRI DALAM MEMAHAMI RESIKO SEKS PRA NIKAH DI SURABAYA (STUDI DESKRIPTIF KOMUNIKASI INTERPERSONAL IBU DENGAN REMAJA PUTRI DALAM MEMAHAMI RESIKO SEKS PRA NIKAH DI SURABAYA)

0 0 18